Jumat, 29 Juli 2011

pembantu binal yang ku taklukkan

Naluri kenakalan lelakiku mendadak terpancing saat Tri, pembantu binal terus menggodaku. Cerita panas berikut ini akan menceritakan bagaimana sepak terjangku menggauli pembantu-pembantu cantik dan genit.

Di kompleks perumahan ibuku, Tri terkenal sebagai pembantu yang genit, ganjen dan centil. Dia sering gonta-ganti pacar. Tri baru berusia kurang lebih 22 tahun. Bentuk tubuhnya bagus.Payudaranya berukuran kira-kira 34D dengan pantat bulat dan padat. Yang lebih menggairahkan adalah cara berpakaiannya. Trisenang mengenakan kaos ketat dan celana ABG sekarang yang memperlihatkan pinggul dan pusar. Wajahnya cukup manis.Bibirnya sensual sekali. Aku sering terkesima bila melihat bibirnya.

Tugas Tri adalah menjaga anak majikannya yang masih kecil. Kalau sore hari, dia selalu mengajak anak majikannya berjalan-jalan sambil menyuapinya makan. Nah, aku sering sekali berpapasan dengannya saat dia sedang mengasuh Nabila, anak bungsu pasangan tempat Tri bekerja. Nabila anaknya lucu, sehingga aku suka mencubit gemas pipinya.
Suatu kali, seperti biasa aku bertemu dengan Tri yang sedang mengasuh Nabila, dan aku berhenti sebentar untuk mencubit pipinya.Tiba-tiba Tri nyeletuk..
“Kok cuma Nabila yang dicubit Pak?”, celetuk Tri. Aku terkesiap dan memandangnya dengan pandangan tak percaya.
Tri menatapku dengan kerlingan genit dan tersenyum menggoda.
“Habis, kalau aku cubit pipi kamu Tri, nanti kamu marah”, kataku.
“Kalau cubitnya pelan-pelan, aku nggak marah kok Pak. Malah seneng..”,balasnya enteng.Kurang ajar anak ini, pikirku membatin, tapi mulai tergoda dan penasaran untuk memancingnya lebih jauh.
“Kalau cuma cubit aku nggak mau Tri..”, kataku.
“Terus maunya apa? Emang berani?”, katanya menantang. Benar-benar ganjen anak ini.
“Aku maunya, cium bibir kamu yang seksi itu, boleh?”,tanyaku memancing.
“Cuma cium? Nggak mau ah kalau cuma cium..”, jawabnya. Astaga, ini sudah keterlaluan.
“Lho? Maksud kamu?”,tanyaku nggak mengerti.
“Iya, Pak Irwan pasti tahu dong. Masak cuma Mbak Enny aja yang boleh ngerasain Pak Irwan..”, balas Tri.
Aku kaget juga mendengar ucapan Tri. Ternyata Enny, salah satu pembantu seksi yang pernah aku tiduri cerita pada Tri. Tapi, kepalang tanggung pikirku.
“Jadi benar nih kamu mau Tri?”,tanyaku memastikan.
“Siapa takut? Kapan?”, tanya Tri menantangku.
“Aku sih kapan aja bisa. Kamu bisanya kapan?”, jawabku sambil melirik ke arah dadanya yang bagus.
Saat itu Tri pakai kaos ketat yang agak tipis, sehingga bra hitamnya membayang dan memperlihatkan lekuk yang sangat mengairahkan. Terus terang, saat itu aku horny banget. Penisku kurasakan sudah mengeras.
“Ya sudah, nanti malam aja Pak, kebetulan Bapak-Ibu mau ke Bogor.. menginap”, kata Tri.
“Oke, nanti jam berapa aku ke rumahmu?”, tanyaku.
“Ya, sekitar jam delapanan deh”, jawab Tri sambil membusungkan dadanya.Dia tahu aku sedang memperhatikan dadanya. Nafsuku menggelegak.
“Kamu beneran nih Tri, ya sudah, nanti jam delapan aku dateng. Awas nanti kamu ya..”, ancamku sambil tersenyum.
“Asal Pak Irwan kuat aja nanti malam..”, tantangnya sambil mengedipkan mata dan bibirnya membuat gerakan mengecup. Ya ampun, bibirnya benar-benar seksi.
“Kalau gitu aku pulang dulu ya Tri, sampai nanti malam ya..”, kataku.
“Bener ya. Jangan boong lho. Tri tunggu ya Pak..”, Tri membalas.

*****

Malamnya, jam delapan, aku sudah berada di depan pagar rumah Tri, lebih tepat rumah majikannya. Tri sudah menungguku. Dia membukakan pintu pagar dan aku langsung masuk setelah melihat situasi aman, tidak ada yang melihat. Kami masuk ke dalam dan Tri langsung mengunci pintu depan.
Tri memakai celana yang sangat pendek, dengan kaos ketat. Kulitnya cukup mulus walaupun tidak terlalu putih, namun dibandingkan dengan Enny, masih lebih putih Tri. Aku tidak mau membuang waktu, langsung kudekap dia dan kuserbu bibirnya yang memang sudah lama sekali aku incar. Bibir kami berpagutan, lidah kami saling membelit, dipadu dengan nafas kami yang memburu.
Tiba-tiba Tri melepaskan ciuman kami, dan dia memegang kedua pipiku sambil menatapku, lalu berkata manja.
“Pak Irwan, kalau Pak Irwan mau ngewe sama aku, ada syaratnya Pak..”, kata Tri.
“Apa syaratnya Tri?”, tanyaku.
“Syaratnya, Pak Irwan harus panggil aku Mbak, terus aku panggil Pak Irwan Yayang. Gimana? Mau nggak?”, tanya Tri sambil tangannya bergerak turun ke dadaku dan meremas dadaku dengan gemas.
Ini yang mengherankan.Usiaku sudah di atas 40 tahun, punya isteri dan anak, jabatanku cukup tinggi di kantor, dan seorang pembantu rumah tangga yang berumur baru 22 tahun mencoba untuk menguasaiku, tapi justru aku merasa senang.
“Iya Mbak, aku mau..”, jawabku sambil mengangguk. Saat itu, penisku sudah ereksi dengan maksimal.
“Sekarang, Yayang harus nurut apa yang Mbak bilang ya..”, perintah Tri.
“Iya Mbak..”, jawabku pasrah.
Lalu Tri menuntunku ke kamarnya di bagian belakang rumah. Tri menutup pintu kemudian memeluk dan menyerbu bibirku. Kembali kami berpagutan sambil berdiri, lidah saling belit dalam gelora nafsu kami.
“Yang, kamu jongkok dong..”, pinta Tri dengan nada manja. Aku menurut dan berjongkok di depan Tri.
“Lepasin celana Mbak, Yang.Pelan-pelan ya Yang..”, perintahnya.
“Iya Mbak..”, cuma itu kata yang bisa aku keluarkan.
Lalu aku menurunkan celana pendeknya yang tinggal ditarik saja kebawah karena dia memakai celana olahraga. Perlahan mulai tampak pemandangan indah di depan mataku persis. Tri tidak pakai celana dalam saat itu. Kemaluannya gundul tanpa bulu sedikitpun, dan montok sekali bentuknya. Warnanya kemerahan dan diatasnya terlihat klitorisnya yang juga montok. Tri membuka kakinya, sehingga kemaluannya agak terkuak. Tri mendongakkan wajahku dengan tangannya.
“Gimana Yang? Bagus nggak memek Mbak?”, tanyanya padaku.
“Iya Mbak. Bagus banget. Tembem..”, jawabku tersendat, karena menahan nafsu dalam diriku.
“Yayang mau cium memek Mbak?”, tanyanya.
“Mau Mbak..”, jawabku.
Aku tidak menunggu diperintah dua kali. Langsung kuserbu kemaluannya yang sangat indah itu. Tri menaikkan sebelah kakinya ke atas tempat tidur, sehingga lebih terbuka ruang bagiku untuk mencium keharuman kemaluannya.Mula-mula hidungku menyentuh kelembaban kemaluannya, dan kuhirup keharumannya. Kususupkan hidungku dalam jepitan daging kenikmatan kemaluan Tri.
“Aaahh, Yayaang. Terusin Yang..”, erang Tri.
Kukecup kemaluannya dengan penuh kelembutan. Dan perlahan lidahku terjulur untuk menjelajahi bibir kemaluannya. Kugerakkan lidahku perlahan-lahan kesekeliling kemaluannya. Tanganku meremas-remas pantatnya. Sesekali lidahku menyapu klitorisnya, dan kujepit klitorisnya dengan kedua bibirku.Tubuh Tri mengejang.
“Aarrgghh.. Yayaanngg.. Ennaakk Yaanngg..”, erang Tri lagi.
Kedua tangan Tri meremas rambutku sambil menekan kepalaku ke belahan pahanya. Wajahku terbenam di kemaluannya dan hampir tidak bisa bernafas.
“Yaanngg.. Tunggu Yaang. Mbak nggak kuat berdiri Yang..”, rengeknya.
Lalu Tri merebahkan tubuhnya di kasur sambil melepaskan kaos dan branya. Dia celentang di kasur. Aku berdiri dan ingin melepas baju dan celanaku.
“Jangan Yang, kamu jangan buka baju dulu. Jilatin memek Mbak dulu Yang..”, pinta Tri. Lagi-lagi aku menurut.
Tri kembali menekan kepalaku ke selangkangannya dankuteruskan kegiatan jilat-menjilatku di pesona kewanitaan Tri yang indah. Kumasukkan lidahku ke dalam liang kemaluannya, dan kuputar-putar di dalamnya. Tri menggelinjang kenikmatan. Rambutku sudah berantakan karena diremas-remas oleh Tri. Sekitar sepuluh menit kujilati kemaluan Tri dan memberinya kenikmatan surgawi. Akhirnya dia menjerit, tubuhnya mengejang dan tangannya menekan kepalaku dengan kuatnya.
“Aaaaahh.. Yang. Mbak.. keluaarr Yaang”, rintihnya.Pantat dan pingulnya bergerak memutar dengan liar.
“Sssshh.. ooohh.. Yaanggg.. Enak banget Yaanggg..”, lanjutnya penuh rasa puas.
Kusedot seluruh cairan yang membanjir dari kemaluan Tri. Kurasakan becek sekali kemaluan Tri saat itu. Setelah berisitirahat kurang lebih sepuluh menit, Tri bangun dan mulai membuka pakaianku.
“Sekarang giliran kamu Yang. Mbak mau puasin kamu..”, katanya.
Setelah semua pakaianku lepas, Tri melihat penisku yang sedari tadi sudah keras. Tri menggenggam penisku dengan gemas dan mulai mengocoknya dengan lembut. Kemudian aku disuruhnya celentang, lalu dia mendekatkan kepalanya ke penisku. Dikecupinya kepala penisku, dan lidahnya mulai menjelajahi bagian atas penisku.
Astaga, permainan lidahnya luar biasa sekali. Dalam sekejap aku dibuatnya melayang ke angkasa. Kenikmatan yang diberikan melalui lidah dan mulutnya, membuatku mendesah dan menggelepar tidak karuan. Dari bagian kepala, lalu ke batang penisku dan biji zakarku semua dijilatinya dengan penuh nafsu. Sesekali biji zakarku dimasukkan ke dalam mulutnya. Ujung lidahnya juga menyapu bahkan menusuk anusku. Kurasakan listrik yang menyengat ke sekujur tubuhku saat lidah Tri bermain-main di anusku. Sepuluh menit lamanya Tri menjilati dan mengemut penisku.
Kemudian Tri merayap naik ke badanku, mengangkangiku, dan mengarahkan penisku pada liang kemaluannya. Perlahan dia menurunkan pantatnya. Kurasakan penisku mulai melakukan penetrasi ke dalam belahan kemaluannya yang sangat montok itu. Agak susah pada awalnya karena memang tembem sekali bibir kemaluan Tri. Setelah masuk semua, Tri mulai menaik- turunkan pantatnya.
“Aauugghh, Mbak. Enak Mbak”, rintihku.
“Iya Yang, Mbak juga.. Aduuhh. ‘punya’ kamu enak banget Yang..”, balasnya.
Tri mulai melakukan putaran pinggulnya. Pantatnya tidak lagi turun naik, melainkan pinggulnya yang berputar. Ini benar-benar membuat sensasi yang luar biasa nikmatnya. Tri sangat pintar memutar pinggulnya. Aku mengimbangi gerakannya dengan menusuk-nusukkan penisku.
“Yaangg. Kamu diem aja.. Biar Mbak aja yang muter..”, pintanya.
Aku lagi-lagi menuruti kemauannya dan Tri semakin liar memutar pinggulnya. Tidak lama kemudian, Tri berhenti memutar-mutar pinggulnya, dan kurasakan kemaluannya menyedot penisku. Serasa dipilin oleh gumpalan daging yang hangat, kenyal dan kesat.Lalu Tri mengerang keras.
“Yaangg.. Aaaacchh.. Mbak keluar lagi Yang..”, erangnya.
Tri rebah di atas tubuhku, sementara kemaluannya terus menyedot penisku. Luar biasa sekali rasanya. Kemudian Tri memberi perintah agar aku berganti posisi di atas. Aku menurut, dan tanpa melepaskan penisku dari dalam kemaluannya kami berubah posisi.Sekarang aku berada di atas. Tri melingkarkan kakinya ke kakiku, sehingga aku tidak leluasa bergerak. Rupanya ini yang diinginkan oleh Tri, agar aku diam saja. Tri juga tidak menggerakkan pinggulnya, hanya kurasakan daging di dalam kamaluannya yang melakukan gerakan menyedot, memijit, memutar dan entah gerakan apa namanya. Yang pasti aku merasakan jepitan kemaluanTri yang sangat kuat namun enak sekali. Aku tidak dapat menggerakkan penisku di dalam,juga tidak dapat menarik penisku dari dalam kemaluannya. Tidak lama kurasakan kemaluan Tri menyedot penisku. Lalu perlahan Tri mulai memutar pinggulnya.
Aku merasa seperti perahu yang berada di dalam lautan yang bergelora karena ada badai yang dahsyat. Dan semakin lama gelombang itu semakin kuat menggoncang perahu. Nafas kami sudah memburu, keringat sudah mengucur membasahi tubuh kami. Kurasakan kemaluan Tri mulai berdenyut lagi, bersamaan dengan aku mulai merasakan desakan lahar dalam diriku yang menuntut untuk keluar dari tubuhku. Putaran pinggul Tri semakin menggila.Aku membantu dengan menekan-nekankan pinggulku walaupun tidak terlalu bebas.
“Oouuhh.. Yaangg.. Mbak nggak kuat lagi Yaangg..”, erang Tri.Aku juga sudah tidak bisa menahan lagi desakan dari dalam penisku.
“Iya mbak.. aku juga.. Aarrgghh..”, rintihku.
Aku tidak dapat meneruskan kata-kataku, karena saat itu muncratlah spermaku di dalam kemaluan Tri. Bersamaan dengan itu, Tri juga sudah mengejang sambil memelukku dengan kuatnya.
“Ssshh.. ooouuhh.. Enak banget Yaangg..”, desah Tri yang masih menikmati orgasmenya.
Kami merasakan nikmat yang tiada duanya saat spermaku bercampur dengan cairannya di dalam kemaluan Tri. Tri mencium bibirku, akupun membalasnya dengan penuh gairah. Dan.. kamipun terkulai tak berdaya. Aku terhempas di atas tubuh Tri. Nafas kami tinggal satu-satu. Seprai dan kasur Tri sudah acak-acakan sama sekali.
“Yayaangg..”, Tri memanggilku dengan mesranya.
“Iya mbak..”, jawabku dengan tidak kalah mesranya.
“Kamu hebat deh Yang..”, kata Tri sambil mengecup bibirku dengan lembut.
“Mbak juga hebat. Memek Mbak enak banget deh..”, kataku. Tri tersenyum mendengar pujianku.
“Yayang suka sama memek Mbak?”, tanyanya.
“Suka banget Mbak. Memek Mbak bisa nyedot gitu. Nanti boleh minta lagi ya Mbak?”, aku merayunya.
“Pasti boleh Yang. Hari ini, memek Mbak emang khusus untuk Yayang kok..”,kata Tri.
Dan malam itu, kami melakukannya sebanyak tiga kali, sampai kudengar adzan subuh dari mesjid terdekat. Lalu aku keluar dari rumah itu setelah melihat bahwa situasi aman, dan pulang ke rumahku.

0 komentar:

Posting Komentar