tag:blogger.com,1999:blog-89502860561677372132024-03-18T12:58:24.807-07:00kisah cinta membarakumpulan cerita seks ..jah.for.youhttp://www.blogger.com/profile/15243585736689821954noreply@blogger.comBlogger14125tag:blogger.com,1999:blog-8950286056167737213.post-38227169889073931982011-08-04T09:08:00.000-07:002011-08-04T09:29:59.655-07:00list of kisah cinta membara* aku mengeksekusi nya di warnet<br />* cindy sang selingkuhan<br />* diperkosa tanpa henti<br />* dosen ku mengajarkan ku ..<br />* jilatan mantaap dari dita ..<br />* kantor ku tempat ku ngentot<br />* karena film porno aku menyetubuhi tetangga ku<br />* kisah ngentot smp<br />* nikmat nya menyetubuhi sepupu<br />* pembantu binal yang ku taklukkan<br />* teman kantor yang membuatku horny<br />* wanita kostjah.for.youhttp://www.blogger.com/profile/15243585736689821954noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8950286056167737213.post-2009203143789674972011-07-29T03:12:00.000-07:002011-07-29T03:12:42.064-07:00kantor ku tempat ku ngentot<div style="text-align: justify;">Sebut aja namaku Alex, aku tinggal di kota kuno yang banyak seniman dan budayawannya. Umurku 35 tahun, punya istri dan dua anak. Aku buka usaha dibidang advertising. Kantorku memang sering kedatangan customer para seniman yang minta dibuatkan leaflet, poster, buku pameran dan sebagainya. Dan biasanya semua customer dilayani sama sekretarisku, kecuali kawan atau customer setia, pasti aku langsung yang turun tangan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
Di kantor, ruangan kerjaku di bagian depan, jadi bisa tahu siapa saja tamu yang datang. Ruang sekretaris dan ruang kreatif ada di samping ruang kerjaku. Siang itu, jumat, ada tamu cewek, dia ingin dibuatkan buku panduan untuk pementasan tari. Stafku langsung melayani dia dengan standar keakraban perusahaan advertising. Lama banget mereka diskusi, aku denger-denger si customer lagi kebingungan dengan konsep bukunya. Karena mungkin stafku dianggap kurang mampu, dia minta langsung ketemu sama aku. Terus staf aku masuk ke ruanganku, dan beri tahu ada customer yang pengen ketemu. Ya udah aku keluar ke ruang tamu dan temuin dia.<br />
</div><div style="text-align: justify;">Kita kenalan, namanya Yuli, dia penari dan lagi mau garap pementasan tari di Jakarta. Tubuhnya mungil, tingginya sekitar 160 cm, sintal, wajah natural, putih, dadanya montok, bibirnya tipis sexy. Dia udah nikah dan punya anak satu, suaminya juga seniman yang waktu itu dapat beasiswa kuliah di amrik. Kemudian ane dan Yuli terlibat obrolan yang akrab. Dan obrolan beralih dari soal buku panduan ke masalah pribadi. Dia banyak cerita kehidupannya sebagai seniman tradisional, kuliah suaminya yang nggak selesai-selesai padahal limit yang diberikan kampus tempat suaminya mengajar sudah hampir habis. Pas dia mau pamit pulang, dia minta no hp aku, ya udah aku kasih. Aku juga minta no hp yuli.</div><div style="text-align: justify;"><br />
Malam jam 10, ada sms masuk ke hpku. Ternyata Yuli, dia bilang boleh menelepon aku ngga. Standar di kantor, kalo ada customer mau kontak, maka kita yang harus menelponnya, dan waktu itu aku lagi ngga ada gawean, langsung aja aku telepon dia. Di telepon dia bilang setuju sama konsep yang aku tawarkan, terus besok siang mau ke kantor, dan dia pesan ga mau kalo ditangani ama stafku, maunya langsung ama bos. Aku bilang kalo sabtu kantor tutup. Tapi dia maksa besok mau ke kantor. Karena dia maksa, ya udah aku setujuin aja. Customer adalah raja, apapun kemauannya kita ikutin.<br />
Besok siangnya sesuai janji aku ke kantor, di kantor cuma ada OB, tapi dia sudah ada janji mau tengok saudaranya yang sakit, pulang malam katanya, jadi kunci aku suruh tinggal. Ga berapa lama Yuli datang, dengan baju warna putih tulang yang serasi ama kulitnya, dan kancing bagian atasnya terlepas, jadi bisa keliatan tuh bagian bawah lehernya yang putih. Ia pake rok jeans ketat, jadi aku bisa tau pantatnya yang montok, maklum penari.<br />
Karena mau bahas masalah kerjaan ane suruh dia masuk ke ruang kerjaku. Pintu depan udah aku kunci. Kita duduk di sofa bersebelahan, sampai bisa aku cium bau parfumnya yang buat aku ga bisa konsen. Dia serahin foto-foto yang perlu diekspose, sambil kasih penjelasan dikit-dikit. Setelah semua penjelasan selesai, obrolan beralih ke masalah pribadi. Aku tanya sudah berapa lama suaminya di amrik, dia bilang sudah dua tahun, tapi tahun lalu suaminya sempat pulang 1 bulan.<br />
“Jadi udah satu tahun dong ngga pernah disentuh ama suami?” tanyaku pengin tahu.<br />
“Begitulah,” jawab Yuli pendek.<br />
“Aku heran, padahal baru kemarin kita ketemu, tapi kok kesannya udah akrab banget seperti kawan lama ya?” tanya dia.<br />
“Itu karena mbak Yuli pandai mencairkan suasana,” jawabku memujinya.<br />
“Apa setiap customer kamu perlakukan seperti aku?” selidik Yuli.<br />
Aku jawab, kalo aku jarang nemuin customer secara langsung, biasanya mereka ditemui sekretaris. Kalopun customer lama atau kawan, biasanya mereka juga tidak datang ke kantor hari sabtu. “jadi mbak Yuli ini customer spesial,” kataku.<br />
Dia tampak senang dengan jawabanku. Terus dia cerita sehabis ketemu aku kemarin, dia seperti menemukan seseorang yang terpercaya buat curhat. Sejak semalam ia kebayang-bayang aku. “Padahal mas Alex ini secara fisik bukan cowok yang ideal, tubuh kurus, wajah sih biasa aja, tapi kenapa kok aku ga bisa melupakan mas Alex. Apa aku kamu sihir?” tanyanya bercanda.<br />
“He he he iya, aku emang penyihir. Karena aku kemarin kagum banget sama mbak Yuli, cantik, putih, bahenol, penari, entah kenapa kok aku juga sejak kemarin mikirin mbak Yuli terus.” Kataku.<br />
“Ah gombal,” katanya.<br />
Terus aku tanya bagaimana dengan suaminya. Dia agak sungkan menjawabnya. Tapi akhirnya dia cerita juga. Dia menikan sama mas Anton karena terpaksa, bukan karena cinta. Sampai di malam pernikahan mereka, Yuli merasa sangat tersiksa ketika keperawannya direnggut oleh suaminya. “Saya tidak merasakan kenikmatan, justru saya sangat sakit, perih, tersiksa dan terhina. Setelah suami orgasme, dia langsung tertidur, membiarkan saya tersiksa sendirian.”<br />
Yuli juga mengaku sampai sekarang dia belum pernah merasakan nikmatnya bercinta sama suami, meskipun mereka sudah dikaruniai satu orang anak. Dia mengaku melakukan hubungan suami istri hanya sekedar menjalankan kewajiban.<br />
Karena penasaran dengan ceritanya aku tanya, “Emang mbak Yuli, sebagai perempuan apa tidak pengen merasakan kenikmatan sex?”Aku tanya begitu, ternyata reaksinya luar biasa, dia menatap wajahku, matanya berbinar-binar, dan terus dia megang tanganku. Waduh, mimpi apa aku semalam? Refleks aku sambut tangan dia, aku belai lembut, terus dia deketin wajahnya ke aku. Oughh bau parfum dan bibirnya yang basah buat aku ga tahan, langsung aja kusambut bibir itu, kucium lembut bibirnya, aku sapu bibirnya dengan ujung lidahku. Yuli makin memajukan badannya sampai mepet ke badanku. Terus refleks kita berdiri masih dengan ciuman. Lidahku masuk ke mulut dia dan disedot lembut, terus ganti lidah dia yang masuk ke mulutku.<br />
Aku memang sering terobsesi bercinta dengan penari. Apalagi aku tipe cowok yang tidak suka bercinta terburu-buru, aku lebih suka bercinta dengan kelembutan dan gerakan yang erotis. Pikiranku langsung bekerja, sekarang waktunya mewujudkan impianku.<br />
Tangan kami sudah tidak lagi berpegangan, sedang bibir kami masih lengket berpagutan. Tanganku mulai mengelus rambutnya, terus turun ke leher, membelai punggungnya, dan akhirnya mendarat di pantatnya yang bahenol. Aku belai pelan-pelan, sambil sesekali meremas-remas dua bongkahan pantatnya.<br />
Tangan Yuli juga ga mau kalah, dia pegang kepalaku, jambak pelan-pelan rambutku, terus menggerayangi pantatku. Tubuhku sih biasa ajah, kurus, tapi konti ku lumayan gedhe. Gerakan tangan dia makin liar, dia mulai melepas bajuku, terus melepas resleting celanaku sampai melorot dan meninggalkan celana dalam dengan konti yang tegang.<br />
Aku langsung berreaksi, kulepas kancing baju dia satu persatu, dan kulepas bajunya, lalu kulepas rok jeansnya, dan tali ikatan branya, lalu kulepas pula celana dalamnya. Dia sudah telanjang bulat. Aku betul-betul takjub melihat bentuk tubuhnya, bokongnya montok banget membuat aku jadi gemes, toketnya gedhe 34b dan kenceng, pentilnya udah mengeras, dan bulu-bulu jembutnya tertata rapi. Dia melepas celana dalamku dan terkuaklah batang kemaluanku yang sudah ngaceng penuh. Kita masih tetap ciuman dengan lembut dan berirama. Hanya tangan kita yang semakin liar bergerilya. Dia pegang lembut kontiku, oughhhh enak banget. sedang tanganku menari di atas bongkahan pantat dan dua bukit kembarnya.<br />
Setelah itu aku putar tubuh Yuli, posisinya sekarang dia membelakangiku, kuselipkan konti yang sudah tegang itu ke belahan pantatnya, bibirku menjelajahi inci demi inci belakang telinganya terus turun ke leher, dan tanganku memilin pentilnya. Yuli cuma bisa mendesah, dia berusaha menoleh ke aarahku, mau menciumku, tapi sengaja tak kuberikan. Dia cuma bisa mendesah keenakan, “oughhhhh shhhhhhhhhtt”<br />
Bibirku terus menjelajah, sampai ke punggung, kucium dan jilat itu punggung. Tanganku yang satu meremas-remas toketnya, sedang yang satunya lagi berpindah ke selangkangannya. Jariku mengelus-elus lembut mekinya yang sudah mulai basah. Kugesek-gesek memeknya pelan-pelan, aku tidak ingin memasukkan jariku ke mekinya, karena biasanya perempuan ga suka jari tangan masuk ke mekinya. Terus aku mainin clitnya dengan jari-jariku.<br />
Mendapat perlakuan seperti itu, Yuli cuma bisa mendesah dan menggerak-gerakkan pinggulnya, yang otomatis membuat konti anak kegesek-gesek bongkahan pantatnya yang sudah basah oleh keringat. Desahan Yuli semakin keras, “uuuuughhhhh sayyyyy terusiiiiiinnnnn shhhhhhhttttt.”<br />
Dan gerakannya betul-betul erotis, seperti penari sedang menari di atas panggung. Dan aku ikutin gerakannya itu. Dan rupanya Yuli sadar kalau aku ingin dia menari telanjang sambil tubuh kita tetap menyatu rapat. Tubuhnya semakin ia rapatkan ke tubuhku, dan dia mulai melakukan gerakan tari, tarian erotis yang semakin mengundang birahi. Semakin cepat gerak tariannya, semakin cepat pula jari-jariku menggesek meki dan memijat-mijat clitnya. Yuli semakin liar menari, dan desahannya semakin sering terdengar, “ughhhhhsssshhhh, oughhhhhh puasin aku say…iyyyyaaaa terussssssshhhh” racaunya.<br />
Sepuluh menit kita menari birahi, dan bibirku tetap menciumi punggung atau lehernya, kontiku merasakan nikmat berada di bongkahan pantatnya yang basah, tanganku yang satu berpindah-pindah dari satu toket ke toket yang lain, dan tangan yang satu membelai mekinya. Sedang tangan Yuli dilingkarkan ke belakang, di punggungku.<br />
Gerakan Yuli tambah liar, sampai konti ane sering lepas dari bongkahan pantatnya. Dari mulutnya terus meracau dan mendesis… shhhhhhhhsss akhhhhhhhhh. Ouuuugggghhhhh…… yaaaaaaassssshhhhhh….. Dan tiba-tiba aja dia mengangkat pahanya tinggi-tinggi kakinya ditekuk dan telapak kakinya tepat di dengkulku. Tubuhnya condong ke depan, badannya mengejang….<br />
“Sayyyyy aku ga tahaaaaannnn, aku moooooo keluarrrrrrrrrrr, akhhhhhssssshhhhhh terussssss” belum selesai dia bicara tubuhnya tiba-tiba mengejang, dan tanganku merasakan leleran cairan kenikmatan dari vaginanya…….. “ougggggghh Goddddd enakkkk bangetsssss” rupanya dia sudah 0 pertama.<br />
Abis itu dia lemas, dengan tetap membelakangiku, kupeluk tubuhnya, kedua tanganku memegang toketnya. “Kamu pintar banget muasin perempuan sayang……” katanya. Setelah itu aku dudukkan dia di sofa kembali. Kepalanya disandarkan ke bahu ane. “Kamu hebat, aku nggak pernah merasakan bercinta dengan lembut dan berirama seperti ini,” pujinya.<br />
Kami bicara-bicara sebentar, tanganku yang satu tetap memegang toketnya, sedang yang lain membelai pahanya yang putih mulus. Tangan Yuli membelai lembut kontiku…. “Kontol kamu gede banget sayang, memekku belom pernah dimasukin kontol segede punya mu…” katanya.<br />
“Mau coba dimasukin?” tanyaku… Yuli ga menjawab, cuma kocokan tangannya di kontiku semakin cepat.<br />
Terus dia bangun dan mendekatkan wajahnya ke wajahku, bibirnya mencium lembut bibirku, terus turun ke bawah, menjilati pentilku yang kecil. Mendapat serangan mendadak gitu aku cuma bisa merem-melek keenakan. Bibir Yuli terus menyusur ke bawah, ke perut, dan terus sampai ke konti. Dia ciumi lembut kontiku, ia jilat-jilat lobang konti, dan jilatannya turun ke batang, pelan dan lembut sekali. Ane dibuat kelenjotan. Kemudian mulutnya mainin buah pelerku dan tangannya mengocok lembut kontolku. Buah pelerku dimasukin ke mulut, disedot, dikeluarkan secara bergantian. Terus mulutnya naik ke atas, menjilat-jilat kepala konti, terus konti ku dimasukin ke mulutnya pelan-pelan… dan tangannya meremas-remas buah pelerku. Aku cuma bisa mendesis shhhhhh akhhhhhhhh.<br />
Tanganku mulai lagi memainkan toketnya. Yuli semakin bernafsu kulum kontiku waktu teteknya aku pijat-pijat. Kontol ku seperti kena strum, tapi strum enakkkk. Karena sudah ga tahan, kubimbing dia untuk bangkit, terus aku dudukin di sofa. Pahanya aku buka lebar-lebar, dan tampaklah mekinya yang kemerahan dan basah. Aku jilati mekinya dari ujung bawah, terus naik sampai clitorisnya, aku isep-isep, Yuli cuma bisa mendesah dan menggelinjang. Mekinya makin basah, bercampur dengan air liurku…<br />
“akhhhhsssshh sayyyyyanggggg aku ga kuattttt, masukin sayyyyaaaangggg, puasin akuuuuu” pintanya.<br />
Aku sendiri udah ga nahan liat mekinya dan denger desahannya. Langsung aja aku berdiri dan arahkan kontolku ke mekinya. Aku gosok-gosokin kepala konti ke clitnya beberapa kali, terus baru aku masukin pelan-pelan…. gileee sempit banget meki dia.<br />
<br />
“sayyyyyy kontol kamu gede bangetttt, pelan-pelan masukinnya sayyyang…..” katanya.<br />
Aku masukin kontol aku pelan-pelan, kocok maju mundur, baru setengah kontiku yang masuk. Biar dia ga teriak kesakitan waktu kontiku masuk ke mekinya, aku sedot tuh putingnya yang merah kecoklatan. Sambil pinggulku maju mundur berusaha menerobos kontinya yang sempit.<br />
“Akhhhhh ya terussss masukin pelan-pelan sayyyyanggg,” katanya dengan tatapan mata yang sayu. Tangannya memegang pantatku. Sedang toketnya masih kusedot-sedot. Gerakan pinggulku kubuat berirama, kadang cepat kadang lambat, sesekali maju mundur, sesekali berputar. Yuli sepertinya mampu mengimbangi permainanku. Dia goyangkan pinggulnya mengikuti irama sodokan kontolku di memeknya.<br />
Setelah 10 menit kontolku menari dimemek Yuli, aku merasakan ada desakan lahar mani di kontolku. “Sayang, aku mau keluarrrrrr…”<br />
“Sama sayyaaaanggg, aku juuuuuggga. Kita keluuuuuurarrrr bareng-barengg.”<br />
Aku tekan kuat-kuat kontolku ke dalam memeknya, dan Yuli mengejangkan vaginanya hingga terasa kontolku diperas-peras. Tidak lama kemudian crot crot crot pejuhku membanjiri vagina Yuli. Dan bersamaan dengan itu, Yuli juga menegang pinggulnya terangkat ke atas, tangannya menekan pantatku kuat-kuat. Rupanya dia juga mengalami orgasme.<br />
Kubiarkan kontolku tetap didalam memeknya beberapa waktu, sambil bibir kami saling berpagut.<br />
“Terima kasih sayang, kamu sudah memuaskan aku. Aku belom pernah ngentot seenak ini,” katanya.<br />
“Sayang kita baru sekarang ketemu, coba kalau beberapa tahun lalu, pasti aku mau menikah denganmu Yuli,” kataku. Kami berpelukan erat, saling merasakan detak jantung yang merasakan kedamaian dan keindahan. Setengah jam kami berpelukan di sofa, kemudian dia bangun dan menuju kamar mandi di ruang kerjaku, bersih-bersih. Setelah selesai dia berpamitan pulang, sebelum dia pulang kami sempat berciuman lagi.<br />
Setelah hari itu, kami sering bertemu dan bercinta lagi di beberapa tempat.</div>Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-8950286056167737213.post-3826213348468827952011-07-29T03:09:00.001-07:002011-07-29T03:09:38.819-07:00karena film porno aku menyetubuhi tetangga ku<div style="text-align: justify;">Kejadian ini sudah terjadi beberapa tahun yang lalu, Ketika aku baru beberapa bulan pindah ke sebuah perumahan yang masih sepi dari penghuni.<br />
<br />
Jika malam itu adalah malam sial bagiku, mungkin benar… pasalnya siangnya Puspa istriku berangkat ke Semarang dijemput mas Tono kakak lelakinya, untuk menghadiri pernikahan sepupu mereka, sedangkan aku memang ga ikut karena ga mungkin meninggalkan tugas kantor yang memang sedang tinggi loadnya di akhir tahun ini… Yang pertama malam ini aku bakal kesepian di rumah, yang kedua baru tadi pagi menstruasi Puspa istriku berhenti, seharusnya malam ini aku dapat jatah setelah selama hampir seminggu kejantananku ga ketemu musuh … Makanya sepulang kantor aku mampir ke Glodok tempat yang memang sehari-hari aku lewati… kubeli beberapa filem bokep… pikirku lumayan untuk menghabiskan week end ini…. Menjelang memasuki gerbang perumahan yang masih sepi dari penghuni ini, hampir aku mengumpat keras, ketika ingat kalao DVD playerku masih berada di tukang service yang seharusnya sudah bisa diambil beberapa hari yang lalu dan sekarang, gila aja kalau aku harus putar balik menembus kemacetan Jakarta hanya untuk mengambil benda itu…. Aaaah… aku ingat mas Budhi satu-satunya tetangga terdekatku yang rumahnya bersebelahan dengan rumahku, aku bisa pinjam dia… kembali aku bernafas lega. Sehabis mandi, segera aku bertandang ke rumah sebelah, aku sempat heran, ga biasanya masih jam 20.30 ruang tamunya sudah gelap, padahal mobil Avanza hitam miliknya ada di rumah, berarti mas Budhi ada dirumah… simpulku sederhana…<br />
“ Mas Budhii… maaas…” panggilku dari luar pagar, sesekali kuketok-ketokkan gembok ke pagar besi, sehingga terdengar suara besi beradu nyaring… Agak lama kulihat lampu ruang tamu menyala, tapi pintu tidak segera dibuka, kulihat tirai sedikit tersingkap dan ada yang mengintip dari dalam, tumben pake diintip segala…. Biasanya mas budhi langsung buka pintu.<br />
“ Eeeiii… Bimooo… sorry ya…ayo masuk pagar ga dikunci kan..?” seru suara wanita yang sangat aku kenal, mbak Astrid istri mas Budhi keluar dari pintu dengan pakaian tidurnya dilapisi sweater<br />
“ Lho mas Budhi mana mbak… sudah tidur..? waduu jadi ngganggu neeh..?” kataku agak kikuk ketika aku sudah duduk di ruang tamu itu mas Budhi ga muncul..<br />
“ Mas Budhi sedang tugas ke Medan Bim… eh mau minum apa neeh..?” mbak Astrid wanita berwajah cantik ini menawarkan minum yang membuatku semakin jengah untuk duduk berlama-lama disitu, pasalnya mba Astrid dengan pakaian tidur yang tipis memperlihatkan bayangan celana G-String putihnya… aku yakin bagian atas jika tak tertutup sweater akan membayang BH nya… atau mungkin ga pake… yang aku tahu ibu ini buah dadanya sangat montok… Sebenarnya antara aku dan mbak Astrid sudah akrab sekali, bahkan kalo bercanda kadang-kadang agak seronok… tapi itu justru jika ada di depan mas Budhi atau ada Puspa istriku.. ketika berdua begini aku jadi kaya mati angin… sementara mba Astrid masih bersikap wajar…<br />
“ Waah.. ga usah repot-repot mbak… aku hanya mau pinjem DVD player aja kalo bisa…” kataku dengan agak sungkan…<br />
“ Ada kok Bim… bentar aku lepasin kabel-kabelnya yah… sendirian di rumah… mau nonton film jorok ya..?” Tebak mbak Astrid yang tengah berlutut di lantai mencabuti kabel DVD player yang berada dibawah kolong membelakangiku sehingga pantatnya yang montok itu ngepress di baju tidurnya yang tipis dengan celana G-String, terlihat pantat montok itu bagaikan tanpa celana…mau ga mau kejantananku yang sudah seminggu ga ketemu musuhnya merespon positif… mulai menggeliat bangun.<br />
“ Waaah… eeehhh… anuu… buat nonton video pengantin temen yang baru diedit” jawabku sempat gagap…<br />
“ Alllaaaaaa… ga usah ngelesslaaah… iya juga gapapa… udah gede ini…haa..haaa..” potong mbak Astrid sambil meletakkan benda elektronik tipis ini di meja… dengan posisi aga menunduk ini mataku menangkap dua gundukan montok putih mulus tanpa lapisan dari sela-sela sweaternya di dalam daster yang memang berleher rendah… dan mbak Astrid seolah ga merasa akan hal itu…<br />
“ Haaa…haaa… mbak Astrid nuduh neeh… nonton bokep sendirian ga seru… kalo ditemenin mbak Astrid baru seruuu…” jawabku mulai terbawa gaya sembarangannya mbak Astrid…<br />
“ Heeee..??? bener ya Bim..? seumur-umur aku belom pernah nonton bokep… soalnya mas Budhi ga pernah ngasih… kamu ada kan filemnya..?” cerocos mbak Astrid tanpa bisa kujawab… dan sebelum aku bisa jawab…<br />
“ Ya udah sana kamu duluan aku ngunciin pintu sama matiin lampu dulu….” Tanpa menunggu jawabanku ibu muda ini sudah menghilang ke belakang…<br />
Dengan gontai aku melangkah pulang sambil nenteng DVD player milik mba Astrid… pikiranku jadi kacau, karena mba Astrid kepengen ikut nonton bokep sama aku… Sampai dirumah sambil masangin kabel-kabel ke monitor aku bingung sendiri… aku bakal mati gaya, nonton bokep berduaan dengan istri orang… Lain semasa bujangan dulu, kalo nonton bokep justru cari pendamping yang bisa dijadikan pelampiasan… Lulu anak Fakultas Psikologi, pendampingku setia nonton bokep… ujung-ujungnya kami saling melampiaskan walaupun hanya sampe oral sex… Lulu ga mau aku setubuhi, katanya waktu itu dia masih perawan… Trus beberapa lagi Titiek, Anita, Mimi… kalo mereka bertiga memang sudah dapat predikat ayam kampus. Bahkan pernah aku dikeroyok mereka bertiga semaleman…<br />
“ Heeeiii aku datang…! ko malah ngelamun Bim…?” Suara mba Astrid membuyarkan lamunanku. Mba Astrid datang dengan membawa tentengan berupa beberapa minuman kaleng dan makanan kecil..<br />
“ Busyeeet bekelnya banyak bener…? Mau sampe pagi…?” seruku untuk menetralisir kebingunganku… Waddduuu… aku pikir mba Astrid tadi berganti baju yang lebih pantas, ternyata masih menggunakan baju tidur yang sama… ini namanya sial atau keberuntungan siiih..???<br />
“ Heh..? siapa tau sampe pagi…? Bim aslinya… sebelum kamu datang tadi aku di dalam rumah sendirian, tuh takut… tau ga siih..? sepi bangeeet… makanya aku bawa banyak bekel, ntar kita ngobrol aja sampe pagi… setuju..?” celoteh mba Astrid panjang lebar bener-bener ga berubah sikapnya, ada atau ga ada suaminya…<br />
“ Sekarang mau nonton yang mana dulu..? silakan nyonya Astrid menentukan pilihan…” kataku sambil menyodorkan segepok piringan DVD lengkap dengan sampulnya…<br />
Pilihan mba Astrid rupanya tepat, pilihan filmnya masih yang XX… jadi sewaktu nonton kami masih bisa sambil santai bercanda mengkomentari adegan demi adegan, walaupun 2 jam kemudian setelah film pertama selesai aku lihat wajah mba Astrid agak memerah dan sesekali merapatkan sweaternya seolah-olah menyembunyikan dadanya yang montok….<br />
“ Mmm… apa sih yang dikuatirkan mas Budhi dengan aku nonton Bokep, kalo beginian sih ga begitu ngaruh aku rasa Bim…?” kata mba Astrid sedikit arogan.. sambil milih-milih lagi film yang akan ditonton berikutnya…<br />
“ Yang bener aja deeeh Nyonya Astrid..?? kalo nontonnya sama suami orang..?” Jawabku menggodanya.. entah kenapa aku bisa menemukan panggilan Nyonya Astrid untuknya yang selama ini ga pernah muncul..<br />
“ Haa… haaa… suami Puspa sih anak kemaren sore mana berani macem-macem..?” sahutnya setengah menantang dengan bibir manisnya dicibirkan padaku… Memang usia mba Astrid lebih tua 2-3 tahun dari aku, makanya sering ledekannya kepadaku selalu menyangkut umur dan apalagi memang wajahku kata orang adalah baby face, innocent… seandainya orang tau kelakuanku di jaman kuliah dulu… pernah kencan ranjang dengan dosen manajemen… pernah pacarin anaknya sekaligus nidurin mamanya… ibu kospun pernah aku embat… mungkin akan lain kesannya padaku dan kebetulan Puspa istriku aku dapatkan ketika aku sudah di Jakarta dan sama sekali tak tahu masa laluku yang brengsek…<br />
“ Biim… iihh asyik banget tuh mereka yak..?” Gumam mba Astrid yang memang dasar mulutnya ga bisa diem… melihat adegan pose 69 kayanya heran banget…<br />
“ Emang kamu belum pernah mba..?” sahutku polos…<br />
“ Eeeh… enggak… no comment.. sssst diem aja ya sekarang..” kudengar mba Astrid menjawab gagap dan suaranya agak bergetar…. Benar saja suasana jadi hening, apalagi volume film memang kecil supaya ga kedengaran dari luar…. Tapi kini yang aku dengar adalah suara nafas mba Astrid yang tidak teratur, seolah-olah terengah-engah… sedangkan aku juga sudah terhanyut dengan adegan syuuur yang terpampang di monitor dan film kali ini adalah XXX… celana pendekku yang gombrong, di bagian selangkanganku sudah menggembung akibat batang kemaluanku sudah menegang kencang, makanya kutumpangkan bantalan kursi agar ga terlihat oleh mba Astrid… awalnya aku ga begitu memperhatikan mba Astrid, karena aku sangat terbawa oleh adegan dan wajah-wajah seksi di film itu… tapi beberapa kali kudengar mba Astrid menghela nafas panjangnya… dan beberapa kali merubah posisi duduknya, seolah gelisah… mulailah aku memperhatikan tingkah wanita yang menahan gejolak birahi…. kulihat sering nyonya muda ini meregangkan jari-jari tangannya…. dan kulihat wajah yang cantik berkulit putih ini makin memerah, seperti layaknya orang habis minum arak… Satu setengah jam berlalu… sesekali kulirik mba Astrid yang duduk di sebelahku persis… kegelisahannya kulihat semakin hebat… dan hilang sudah komentar-komentar konyolnya seperti pada film pertama… Pada suatu saat menjelang film ini selesai… mata kami bertemu pandang… kulihat sorot mata yang aneh dari mba Astrid… sementara kurasa matakupun sudah aneh juga… dimata mba Astrid..<br />
“ Biiiiiimmmm….” Kudengar suaranya mendesah memanggil namaku<br />
“ Ya mbaa…” jawabku tak kalah lirih, dalam pandanganku saat itu yang dihadapanku bukanlah Astrid sebagai wanita yang sudah kukenal baik…tetapi Astrid sebagai wanita yang sangat menggairahkan sedang menggelar libidonya… entah siapa yang memulai… tahu-tahu tangan kami sudah saling menggenggam… kuremas lembut jari-jari halus mba Astrid. Mba Astrid menundukkan wajahnya ketika wajahku mendekat, kusibakkan rambut panjangnya yang jatuh menutup sebagian wajahnya… kembali dia mengangkat wajahnya dan wajah kami hampir tak berjarak, hembusan nafasnya terasa hangat dihidungku.. matanya menatapku penuh makna… Entah keberanian dari mana yang mendorongku mengulum bibir indah yang setengah terbuka milik mba Astrid… aah reaksi positif kudapatkan… kulumanku dibalasnya, sejenak bibir kami berpagutan mesra, sampe akhirnya dia melepaskan pagutan bibirnya dengan nafas terengah-engah.<br />
“ Aaah Biimo… jangan… jangan diteruskan… bahaya…” katanya setengah berbisik sambil berusaha melepaskan rengkuhanku… tak akan kulepaskan nyonya cantik ini… kepalang tanggung..pikirku.<br />
“ Kenapa mba..? apanya yang berbahaya..?” sahutku sekenanya sambil mendaratkan kecupan bibirku di lehernya yang jenjang… sejenak dia meronta-ronta kecil berusaha menghindari kenakalan bibirku pada leher mulusnya, sementara tanganku tengah meremasi kemontokan buah dada yang ternyata memang tak mengenakan bra… beberapa kali tangan halusnya menepiskan tanganku dari dadanya… tapi segera tanganku kembali ke tempat semula, sampai sesaat kemudian perlawanannya berhenti dengan sendirinya, berubah dengan desah nafas memburu dan geliatan tubuhnya… serangankupun kukendorkan.. kecupan bibirku kuperlembut demikian juga remasan tanganku berubah menjadi elusan lembut pada kulit payudaranya dan gelitikan mesra pada puting susunya yang sudah mengeras…<br />
“ Bimo… ssss… aku ngga tahaaan..” bisiknya pendek, dekat sekali suara itu di telingaku… ooowww… daun telingaku dikulumnya… dijilatinya…<br />
“ Ikuti aja mba… nikmati aja..” bisikku mesra sambil menarik tali daster yang tersimpul di pundaknya, sehingga memperlihatkan kesempurnaan bukit montok di dadanya.. begitu mulus dengan puting mungil mengeras berwarna merah kecoklatan… kudaratkan jilatan ujung lidahku pada benda itu, tubuh mba Astrid menggeliat sambil mendesah panjang…<br />
“ Ssssssshhh… aaahh… Biimm..ooo.. aku.. takuut… mmmmmhh” Tak kupedulikan lagi kalimat-kalimat mba Astrid, karena nafsukupun sudah di ubun-ubun apalagi menghadapi kenyataan ternyata tubuh ibu muda ini memang tak layak untuk dilewatkan sesentipun… desah-desah resah berhamburan dari mulut mba Astrid, geliatan tubuhnya sudah menunjukkan kepasrahannya kepada birahinya sendiri… tangannya mulai melingkar di leherku, betapa rambutku digerumasinya, betapa kuatnya jari lentik mba Astrid mencengkeram kulit punggungku, manakala puting susunya kukulum dalam waktu yang lama….<br />
“ Duuuh… ampuuunn…..” desahnya lirih, perutnya yang rata berkulit putih dihiasi lubang pusar berbentuk bagus ini menggeliat erotis, manakala bibirku mengecupinya… Tubuh atas mba Astrid sudah kutelanjangi, entah kemana daster dan sweaternya jatuh ketika kulempar tadi. Tubuhnya setengah rebah dengan kepala berada di sandaran tangan sofa, sementara kulihat tangannya meremasi payudaranya sendiri… Mba Astrid mengerang panjang dengan menggoyang-goyangkan kepalanya yang mendongak ketika lubang pusarnya kukorek-korek mesra dengan lidahku… tubuhnya menggeliat erotis sekali, rupanya disitu adalah salah satu daerah sensitifnya…<br />
“ Owww… Biimmoo… jangaaan… aku ga mauu…” bisiknya sambil tangannya menahan daguku… ketika kukecupi gundukan kemaluannya dari balik celana G Stringnya yang sudah tampak bercak basah…<br />
“ Kenapa mbak..?” tanyaku lembut..<br />
“ Ssssshh… aku belum.. pernah… maluuu..” jawab mba Astrid, sambil berusaha menarik tubuhku ke atas… Busyeet jadi diapain aja tubuh indah ini sama mas Budhi..? Selanjutnya tanpa permisi celana G String itu kusingkap ke samping…. Fuuuiii..! sebuah gundukan kecil yang dibelah tengah dengan rambut kemaluan ga begitu lebat… sebuah bentuk luar kemaluan wanita yang masih orisinil… indah sekali belahan yang basah kulihat berdenyut-denyut… tak ayal lagi lidahku terjulur menyapu cairan yang membasahi belahan indah itu….<br />
“Aaaaahhh… Biiiimmoooo… kamu bandeeelll…” Erang mba Astrid dengan tubuh semakin hebat menggeliat… sepasang kaki panjangnya semakin terkangkang lebar… kaki sebelah kiri terjuntai ke lantai yang beralaskan karpet tebal dan kaki sebelah kanannya ditumpangkan di atas sandaran sofa… setelah G Stringnya kutanggalkan. Rambutku habis diacak-acak tangannya yang gemas yang kadang mencengkeram erat kulit pundakku… hal ini membuat aku semakin kesetanan ditambah aroma vaginanya yang segar… bibirku menciumi bibir vaginanya selayaknya mencium bibir mulutnya dan lidahku menyelip-nyelip memasuki liang yang basah itu sampai sedalam-dalamnya…. sesekali kukulum clitoris mungil yang sudah mengeras…<br />
“ Biiimmmmooo…. ampuuuunn… nikmaaaaat bangeeettt…” mba Astrid merintih-rintih dengan suara seperti orang mau menangis… pinggulnya bergerak-gerak merespon ulah lidah dan bibirku di selangkangannya…<br />
“ Ooowwh… Biiimmm… sudaaaaahhhh aku ga tahaaaaan…” Suara mba Astrid semakin memilukan… Tiba-tiba tubuh mba Astrid bangkit dan mendorong lembut tubuhku yang tengah bersimpuh di karpet tebal kuikuti saja sehingga tubuhku telentang di karpet sedangkan tubuh mba Astrid mengikuti arah rebah tubuhku sehingga tubuhku kini ditindihnya…. payudaranya yang montok dan kenyal itu kini menempel ketat di dadaku… wajah kami begitu dekat dan wajah wanita yang tengah diamuk birahi memang akan semakin terlihat memikat, seperti wajah mba Astrid ini kulihat semakin mempesonaku…<br />
“ Bimooo… ayo masukin yaaah..?” Desisnya dengan bibir indahnya kulihat gemetar…<br />
Alis indah di wajah cantik mba Astrid mengerinyit dan matanya yang agak sipit semakin menyipit sayu…<br />
“ Ouught… pelaaan Biiimm… ssssss… nyeriii…” keluhnya… sambil memepererat pelukannya… kurasakan liang sanggama ibu muda ini sempit sekali ketika palkonku berusaha menerobosnya… Tapi ibu muda ini sangat bersemangat untuk menuntaskan gairah binalnya… walaupun dengan ekspresi yang nampak kesulitan dan kesakitan…. diiringi geal-geol pinggulnya… akhirnya amblaslah seluruh batang kemaluanku tertanam di liang sanggamanya yang sempit..<br />
“ Sssshhh… gilaaa… gede banget punya kamu… hhh… hhh… tunggu Biimm..” Tubuh sintal mba Astrid ambruk ke tubuhku ketika penetrasi itu berhasil… kudiamkan sejenak tubuh sintal itu diam tak bergerak di atas tubuhku dengan nafas memburu tak beraturan… besutan-besutan kecil kurasakan ketika mba Astrid mulai menggerakkan pinggulnya… dan gerakan itu semakin keras… dan besutan-besutan itu semakin nikmat kurasakan…. aku ga bisa menahan diri lagi untuk mengcounternya… aku mulai mengayun batang kemaluanku..<br />
“ Biimmooo… oooohhh…sssshhhh” hanya itu desah-desah kalimat pendek yang sering terucap dari mulut mba Astrid yang dengan gemulai menarikan pinggulnya… diiringi erangan dan rintihan kami yang sangat ekspresif… sesekali bibir kami berpagutan liar… remasan gemas tanganku pada payudara montok yang terayun-ayun itu seakan tak mau lepas…<br />
“ Biimm… Biimmoooo… ssssshh… aku hampiiirrr… ookkkhhh..” gerakan tubuh mba Astrid semakin tak beraturan… dan rasanya akupun ga perlu menahan bobolnya tanggul spermaku untuk lebih lama…<br />
“ Tunggu mba..” desisku pendek.. dan bagaikan dikomandoin tubuh kami bisa serentak meregang dan aku terpaksa mengayunkan batang kemaluanku sehebat-hebatnya un tuk menghasilkan kenikmatanku secara maksimal…<br />
“ Aaaaarrgh.. Biiiimmooo… aammmpuuuunn…” Tubuh mbak Astrid menggelepar hebat di atas tubuhku… betapa kejam kuku jarinya mencengkeram dadaku sebagai pelampiasan meledaknya puncak birahi betinanya….<br />
Hening…. sesaat setelah terjadinya ledakan hebat… kulihat jarum jam didnding menunjukkan angka 11.30… tubuhku tetap rebah telentang… sedangkan tubuh mba Astrid tergolek disamping membelakangiku… Ketika deru nafas memburu kami mulai mereda… dan ketika keringat birahi kami mulai mengering…. kupeluk tubuh sintal mba Astrid dari belakang, tapi dengan lembut tanganku diangkat dan dipindahkan ke tubuhku sendiri… dan tubuh mbak Astrid beringsut menjauhiku… kudekati lagi tubuh itu dan kudaratkan kecupan di punggung berkulit mulus itu… kudengar isak tangisnya….<br />
“ kenapa mba..?” tanyaku lembut… lama ga ada jawaban, isak tangis mba Astrid makin keras… kubelai lembut pundaknya.. tapi tanganku ditepisnya…<br />
“ Bimo… aku sedih dengan kejadian ini… aku malu sama kamu.. dan aku merasa sudah melukai hati Puspa dan mas Budhi…” terdengar suara mba Astrid serak…<br />
“ Malu kepadaku..? untuk apa malu…? justru aku merasa lebih dekat dan bahagia sama kamu mbak.. walaupun sebenarnya ga seharusnya dengan jalan seperti ini… selama kita bisa memposisikan masalah ini pada porsinya, kurasa mas Budhi ataupun Puspa ga akan merasa kita sakiti..” jawabku panjang lebar..<br />
“ Aku takut mereka tahu apa yang telah kita lakukan..” sahut mba Astrid dengan suara yang semakin tenang…<br />
“ Mereka ga akan tahu selama kita ga memberitahu… dan kondisi kita saat ini adalah seorang lelaki dan wanita yang punya keinginan yang harus terpenuhi saat ini juga… kita tidak bisa menghindari mbak..” sahutku lagi, sambil kutumpangkan tanganku dipinggul bulatnya… mba Astrid tak bereaksi walaupun masih mempunggungiku…<br />
“Lebih tepatnya harus terpenuhi malam ini… bukan hanya sesaat…” sahut mba Astrid sambil membalikkan badannya, sehingga kembali payudara montoknya menempel di dadaku… matanya menatapku tajam penuh tantangan.. dan kini wajah sembab sehabis menangis ini tersenyum manis sekali…<br />
“ sepanjang malam ini mba..?” tanyaku menegaskan, sambil kulingkarkan lenganku ke pinggangnya yang raping…<br />
“ Yah… bukankah malam masih panjang Bim…?” bisiknya manja.. wajahnya ditengadahkan ke wajahku. Kupagut bibir bagus itu dan disambut dengan sangat bergairah…. Gairah liar birahi betina mba Astrid meletup dahsyat, aku benar-benar tak menyangka ibu muda yang kalem dan polos bisa berubah sedemikian agresip… Batang kemaluanku rupanya benar-benar membikin ibu muda ini gemas setengah mati… tak hentinya tangan berjari lentik ini mengocok dan meremas-remasnya..<br />
“ Bimo aku pengen “ini” kamu..” bisiknya manja sambil meremas lebih keras saat mengucap kata “ini”…<br />
“ Emang bisa..?” sahutku menggoda… wooww.. perutku digigit kecil mba Astrid dengan gemas…<br />
“ Boleeeh enggaaa..?” rajuknya<br />
“ Iyaaaa… habisiiin deeeh..” jawabku sambil kuremas pantat bulatnya… Awalnya kurasakan mba Astrid masih coba-coba… dengan sabar aku memberi arahan, karena beberapa kali palkonku terkena giginya… lumayan sakiit… Selanjutnya, tubuhku dibuat melintir dan menggeliat merasakan permainan lidah dan lembutnya bibir mba Astrid membasuk batang kemaluanku… kadang-kadang dengan nekadnya batang kemaluanku ditanamnya dalam-dalam sampai ujung kerongkongannya… sampai mba Astrid tersedak..<br />
“ Eeeii.. jangan diabisin mbaa..” kataku lembut… melihat mba Astrid tersedak..<br />
“ Abis gemeees aku Bim… punya kamu panjaaang bangeeet, gede lagi…” bisiknya manja, memberi alasan…<br />
Akhirnya kami membuat posisi 69, mba Astrid menindihku dengan posisi mengangkangi wajahku… Kami sepakat dengan posisi ini sampai mencapai orgasme… kembali erangan dan rintihan kami bersahutan.. gerak tubuh kami sudah tak berirama, detik-detik akhir mba Astridpun kurasakan… beberapa kali kaki panjangnya meregang dan besotan mekinya di bibirku makin liar… aksi lidah dan bibirnya pada batang kemaluankupun makin liar, membuatku semakin mendekati titik kulminasi…<br />
“ Eeeeeehhhkkk… Biiiimmmm… niiiikkkkmaaaattnyaaa…” rengek mba Astrid panjang, tubuhnya menggeliat hebat… kedua kakinya meregang.. besotan meki ke mulutkupun makin hebat… lidahku kujulurkan jauh kedalam liang becek yang kurasakan mengedut-ngedut…<br />
“ Oooowww.. mbak akuu.. hampiiirr…” Desahku selang tak lama setelah palkonku kembali dihajar lidah dan mulut mba Astrid… busyeeet, bukannya melepaskan kuluman bibirnya di palkonku, mba Astrid malah memperhebat aksi mulut dan lidahnya ditambah kocokan tangannya pada batang kemaluanku… Apa dayaku… tak ampun lagi diiringi eranganku, tubuhku mengejang keras mengantarkan semprotan spermaku bertubi-tubi di dalam mulut mba Astrid yang makin lengket seperti lintah menempel di tubuhku… tak luput kantong pelerku diremas-remas lembut, seakan spermaku ingin diperas habis… setelah dirasa tetes terakhir… buru-buru mba Astrid bangun dari tubuhku dan menyambar botol aqua yang tadi dibawa dari rumah dan diteguknya sampai tandas…<br />
“ Iiih… rasanya aneh… banyak banget, kentel lagi… kenyang deh aku Bim… tapi enaak kok, asin ada gurihnya..” komentar mba Astrid dengan pengalaman barunya… Kembali kami berbaring di karpet tebal merasakan lemasnya tubuh…<br />
Setelah mengguyur tubuh dengan shower di kamar mandi kembali kami rebahan santai di karpet tebal di depan televisi, saat itulah mba Astrid menceritakan rahasia kehidupan ranjangnya dengan mas Budhi, yang monotone, mas Budhi terlalu polos dan lurus dalam soal sex.. sedikit-sedikit takut dosa. Dalam hal kepuasan sex sebenernya mba Astrid tidak merasa kekurangan, karena selain mas Budhi memang punya stamina tubuh yang bagus dengan hidup sehatnya, di sisi lain memang mba Astrid adalah type wanita yang gampang tersulut gairah seksualnya dan dengan cepat mencapai puncak orgasme…<br />
“ Pernah hari Minggu pagi aku liat mas Budhi sedang nyuci mobil dengan kaos yang basah, sehingga nempel dibadannya yang atletis… seeerrrr… langsung.. basah juga deh CD ku… dan langsung kutarik mas budhi kekamar dan aku telanjangi…. haa.. haaa.. dapet dua kali…” tutur mba Astrid sambil menyuapi aku dengan anggur yang dibawanya tadi… Kembali kami nonton bokep yang belum kami tonton… belum seperempat jam Asia Carrera beraksi…<br />
“ Biiiimmm… nggaaa tahaaan neeh… keburu pagi…” Desah mba Astrid manja dengan nafas yang sudah ngos-ngosan… apalagi dengan membengkaknya batang kemaluanku yang dari tadi ga lepas dari genggamannya.<br />
“ Mba Astrid pingin diapain..?” bisikku sambil kudaratkan kecupan di lehernya<br />
“ Pingin kaya di film itu…” jawabnya manja… tanpa disuruh mba Astrid menelungkupkan tubuhnya di sofa dengan kaki berlutut di karpet agak mengangkang… kuminta pantatnya ditunggingkan sehingga gundukan bukit kemaluannya mengarah keluar… mba Astrid kembali mengerang gemas ketika palkonku mulai merentangkan otot liang sanggamanya… ketika pantat montok itu mulai menggeol gemulai dan ketika batang kemaluanku mulai memompa… mulailah kuda jantan dan kuda betina ini berpacu birahi… Aku membuktikan mba Astrid memang wanita yang cepat mencapai orgasme dan cepat kembali berkobar birahinya… dan mba Astrid menghendaki berganti posisi setelah dia mencapai orgasme… saking seringnya dia mencapai orgasme… hampir-hampir kami kehabisan posisi dan di setiap posisi mba Astrid mengaku bisa mencapai orgasme dengan kenikmatan yang maksimal… Ketika pada orgasme mba Astrid yang kelima, aku juga merasakan orgasmeku hampir sampai… mba Astrid menyadari itu…<br />
“ Biimm… tumpahkan dimulutku sayaaang… aku suka peju kentel kamu…” rengeknya disela-sela nafas kuda betinanya… dan dengan bernafsu sekali mba Astrid menyambut semburan demi semburan sperma kentalku dengan mulut terbuka lebar dan lidah yang menggapai-gapai… Tubuh mba Astrid kembali rebah telentang di karpet setelah menenggak setengah botol aqua… rambutnya yang panjang tampak kusut dan basah oleh keringatnya, tubuhnya yang berkulit putih juga tampak berkilat basah oleh keringat… terlihat sinar matanya yang kecapekan dan wajah agak memucat… Ketika aku keluar dari kamar mandi setelah kembali mengguyur tubuhku dengan shower, kulihat mba Astrid tertidur pulas dengan bibir tersenyum… kulihat jam menunjukkan jam 03.45… kurebahkan tubuhku disisinya… kubelai lembut rambutnya yang masih basah oleh keringat birahi… kukecup keningnya yang sedikit nonong… kuamati tubuh telanjang ibu muda ini, sebuah struktur yang sempurna… wajahnya berbentuk oval, bibir berbentuk bagus, hidung mancung berbentuk ramping, mata agak sipit tapi memanjang dengan kelopak besar… bulu mata yang lentik dan panjang… alisnya seperti di gambar… postur tubuhnyapun proporsional antara tinggi dan beratnya… sekitar 165 – 170 cm… buah dadanya yang montok kutaksir cup branya B…. memang masih kenyal menggemaskan dengan puting susu bak perawan, mencuat mungil ke depan, berwarna merah kecoklatan…<br />
perutnya yang rata dengan lubang pusar berbentuk indah… pinggang ramping menyambung dengan pinggul yang padat ditopang sepasang kaki yang panjang berbentuk atletis…. Rupanya aku tak dapat menahan kantukku… Aku membuka mata kulihat mbak Astrid bersimpuh di sebelah tubuhku, dengan pakaian sudah lengkap membalut tubuhnya, rupanya dia yang membangunkanku kulihat jam dinding menunjukkan pukul 05.15…<br />
“Biim, aku pulang dulu yaa..?” kata mbak Astrid, wajahnya sudah segar, rupanya sempat mencuci mukanya sebelum membangunkanku…<br />
“ Eeeh… buru-buru sih..? kan masih pagi… “ jawabku sambil menarik pinggangnya…<br />
“ Bimo kamu gila… liat tuh udah terang…” protesnya ketika tubuhnya menindih tubuhku akibat tarikan tanganku dan aku memang gha peduli karena seperti biasa kalo pagi hari, batang kemaluanku pasti ikut menggeliat bangun saat aku bangun…. kembali kugumuli tubuh indah yang kini sudah berdaster lengkap dengan sweaternya….<br />
“ Aaaahhh Bimmooo… ga mauuk… bauuuk ga enak..” protesnya manja tapi tidak menolak bahkan kudengar desisan panjang ketika batang kemaluanku kembali menggelosor memasuki tubuhnya…<br />
“ Biiimmo… asli aku ga mampu menolak yang begini iniii ooohhkk…” desisnya gemas merasakan pompaan batang kemaluanku ke liang sanggamanya yang sempit…<br />
“ Ayyuu Biiimmm… keburu mbak Suti dateng…” bisik mbak Astrid di deket telingaku, setelah orgasmenya yang kedua, mbak Suti adalah tukang cuci yang tiap pagi datang ke rumahnya….<br />
“Owwkk.. Biiimmm… giiilllaa kamuuu… aku berasaa lagiii…” rengek mbak Astrid lirih.. kurasakan tubuhnya mulai menegang…<br />
“ Mmmhh… tuungguuu mbaakk..” Kupergencar pompaanku… tubuh mbak Astrid makin kuat menegang.. memperkuat pelukan dan cengkeramannya di tubuhku…<br />
“ Oooowww… nggaaaaa tahaaaan Biiiimmm…!” teriakan keras mba Astrid menghantarkan geleparan tubuhnya yang tak terkontrol hal ini ternyata mendorong dengan cepat semburatnya spermaku kembali memenuhi liang sanggama mba Astrid…. Kembali kami terkapar di atas karpet… kali ini mbak Astrid ngga lagi telanjang… hanya dasternya aja tersingkap sampai ke perut… Setelah nafsnya kembali teratur mbak Astrid beringsut bangkit sambil memungut celana G Stringnya dimasukkan ke kantong dasternya…<br />
“ Udah ya Bim… makasih banget untuk malam panjang ini… aku ga akan melupakan malam indah sama kamu ini, tapi aku berharap cukup sekali ini saja… jangan sampai kita ulang ya Biim… janji ya..?” kata mbak Astrid sendu… akupun mengangguk saja, ngga ada kalimat yang mampu terucap dari mulutku… Kuantar mbak Astrid sampai pintu ruang tamu, karena aku masih telanjang bulat… Nggak sampai setengah menit mba Astrid menutup pintu rumahnya, kulihat dari balik kaca jendela mba Suti tukang cuci itu datang…<br />
Memang kejadian itu ga terulang lagi sampai saat ini dan hubungan keluarga kami tetap seperti sediakala sampai akhirnya mba Astrid dan Puspa istriku melahirkan anak dengan waktu hampir bersamaan, tapi kejadian semalam itu rupanya benar-benar menjadi ikon yang hidup di hati aku dan mbak Astrid… beberapa kali kami melakukan phone sex setiap kali mbak Astrid curhat tentang kehidupan seksnya yang tetap monotone… hanya sebatas itu…</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8950286056167737213.post-41381442602891813992011-07-29T03:07:00.001-07:002011-07-29T03:07:35.773-07:00seks pertama ku ..<div style="text-align: justify;">Kisah ini terjadi sekian tahun yang lalu ketika aku masih berumur 15 tahun. Aku bersekolah di sebuah SMP favorit di kotaku dan ketika itu masih duduk di kelas 3 SMP. Aku adalah anak terakhir dari 3 bersaudara dengan kakakku yang tertua telah menjadi dokter umum dan kakakku yang satu lagi masih kuliah di salah satu perguruan tinggi negri. Karena melihat keberhasilan kedua kakakku, maka ayah dan ibuku pun menuntut hal yang sama dariku. Setiap kali aku mendapatkan nilai yang jelek, pasti habislah aku terkena amarah dari kedua orangtuaku. Bahkan ayah sering memukuliku dengan sabuknya.<br />
<br />
Ketika itu aku mendapatkan nilai yang jelek di mata pelajaran sejarah, karena aku memang tidak terlalu pandai di bidang itu. Karenanya, makian dan cambukan ayah pun harus kuterima dengan lapang dada. Pamanku yang bernama Winata, masih berumur 26 tahun sudah sering membelaku ketika ayah marah karena aku mendapatkan nilai buruk. Tapi tampaknya pembelaannya sia-sia saja karena semakin dia membelaku, bukannya kasihan, ayah justru semakin geram dan Oom win selalu saja terkena makiannya pula.<br />
<br />
Sambil menangis, aku pun mengadu ke Oom Win tentang perlakuan ayah di kamarnya yang persis berada di sebelah kamarku.<br />
<br />
“Papa jahat, Oom”<br />
“Sudah Anna, kamu tenang saja”<br />
“Anna pengen mati aja Oom, badan Anna sakit semua dipukulin Papa terus”<br />
“Hush jangan bilang gitu Anna, ayah tetap sayang kok sama kamu”<br />
<br />
Kemudian aku menyingkapkan dasterku dengan tujuan menunjukkan pahaku yang sudah berwarna kebiru-kebiruan terkena pukulan ayah. Kemudian Oom Win beranjak mengambil body lotion dan membaringkan aku yang masih terisak-terisak di kasurnya.<br />
<br />
“Sudah diam, jangan menangis terus, sini Oom pijitin”<br />
<br />
Oom win dengan kelembutannya mengoleskan body lotion itu di pahaku dan memijit-memijit pahaku yang telah terbentang tanpa penutup di depan matanya.<br />
<br />
“Auch Oom pelan-pelan, sakit Oom”<br />
“Iya, Oom pelan-pelan kok Anna.”<br />
<br />
Karena memang aku sudah akrab dengan Oom Win sejak aku kecil, kami tumbuh bersama lebih sebagai kakak adik daripada hubungan paman-kemenakan. Kemudian Oom memegang bahuku untuk menenangkanku, tapi karena punggungku dan bahuku juga terkena pukulan ayah, maka aku pun mengerang kesakitan.<br />
<br />
“Auch Oom sakit sekali punggung Anna”<br />
“Coba kamu lepas saja daster nya Anna, biar Oom pijitin juga punggung kamu”<br />
<br />
Aku pun mengambil posisi tengkurap ketika Oom Win memijat-memijat punggungku. Sesekali, tangannya yang lembut menyentuh bagian paling sensitif dari tubuhku, terutama karena memang aku adalah remaja puber yang baru saja mendapatkan perubahan-perubahan di tubuhku. Tangannya sesekali menyentil bagian samping payudaraku, dan setiap kali itu pula badanku menyentak-menyentak.<br />
<br />
“Kenapa kamu Anna, sakit ya?”<br />
“Nggak kok Oom, cuman Anna kaget”<br />
“Ooh, itu normal kok, tandanya kamu sudah dewasa”<br />
<br />
Pipiku memerah menahan malu, karena ternyata Oom Win mengetahui apa maksudku. Kemudian dengan cepat Oom Win membalikkan badanku dan dia dapat melihat payudaraku yang mulai tumbuh besar dengan pentilnya yang mencuat dibawah miniset yang kupakai karena aku mulai terangsang, terutama karena pandangannya yang menyapu bagian-bagian tertentu dari tubuhku itu.<br />
<br />
“Wah Anna, kok susu kamu sudah sebesar itu kamu masih pakai miniset?”<br />
<br />
“Iya Oom, habis Anna tidak tahu harus bagaimana”<br />
“Besok pulang sekolah ikut Oom yah ke mall kita beli BH buat kamu”<br />
“Oom serius?”<br />
“Iya, tapi kamu tahu nggak ukurannya?”<br />
“Wah kalau itu sih Anna nggak tahu Oom, gimana dong?”<br />
“Coba sini Oom lihat”<br />
<br />
Dengan cepat pula Oom Win menarik miniset yang kupakai, dan refleks tanganku menutupi susuku yang tidak ditutupi dengan apapun juga. Pelan-Pelan tangan Oom Win menarik tanganku yang menutupi susuku itu.<br />
<br />
“Gila, Anna, susu sebesar itu kamu masih pakai miniset. Kalau kamu di sekolah, pasti temen-temen kamu sering melihat pentil kamu dong”<br />
“Iya Oom, temen-temen Anna yang cowok kadang-kadang ada yang jahil pura-pura tak sengaja menyenggol Anna punya”<br />
“Tuh kan, barang segitu gede mustinya dibungkus yang bener, Anna”<br />
<br />
Kemudian, dengan tangannya Oom Win mulai memegang-memegang susuku, mengusap-mengusapnya dengan body lotion tapi tidak menyentuh pentilnya.<br />
<br />
“Wah ini pasti ukurannya 34B”<br />
“Kok Oom tahu?”<br />
“Oom cuman kira-kira, Anna, besok kita tanya aja sama Mbaknya yang jaga toko, OK?”<br />
<br />
Sebelum aku menjawab pertanyaan Oom Win, tiba-tiba mulutnya sudah “ngempeng” di pentilku, karena kaget tubuhku tersentak dan bukannya mengelak, aku pun malahan membusungkan dadaku ke arah Oom Win. Tiba-Tiba Oom Win melepaskan mulutnya dari pentilku, dan seketika itu pula tubuhku semakin maju mengikuti arah kepalanya.<br />
<br />
“Enak nggak Anna?”<br />
<br />
Dengan malu-malu aku mengangguk dan dengan liar Oom Win mulai memegang-memegang susuku lagi, menggoyang-menggoyangkannya sambil memilin-memilin putingku yang sudah keras sekali. Kemudian, Oom Win keluar dari kamar dan ketika dia kembali, akan terjadi peristiwa yang lebih asik lagi.<br />
<br />
Oom Win kembali ke kamarnya ketika aku masih mengelus-mengelus putingku sendiri.<br />
<br />
“Lho, Anna, kamu lagi ngapain?”<br />
“Um, um, lagi cobain sendiri Oom, ternyata geli-geli gimana gitu enak kok”<br />
<br />
Oom Win ternyata mengambil 2 butir telur dari lemari es. Kemudian, dia mengikat kedua tanganku ke belakang (di belakang pinggang), dan setelah itu mencium bibirku. Ketika tubuhku tersentak karena aku merasakan pentilku telah beradu dengan benda dingin yang aneh, tanpa kusadari ternyata Oom Win mengelus-mengelus kan telur-telur itu tadi ke kedua pentilku. Karena aliran dingin itu pula, aku meronta-meronta kegelian dan tidak berdaya karena kedua tanganku masih terikat. Aku hanya bisa memaju mundurkan dadaku saja dan justru itu menambah keasyikan sendiri ketika kedua putingku kembali menyentuh telur yang dingin itu.<br />
<br />
“Oom, Anna pengen pipis.”<br />
“Pipis aja disini, Anna, nggak Papa kok”<br />
<br />
Karena memang aku belum pernah berhubungan sex sebelumnya, cairan yang keluar kental dan tak henti-hentinya itu ternyata lendir birahiku yang kuketahui setelah Oom Win sendiri menjelaskannya kepadaku.<br />
<br />
Setelah “pipis” itu, aku merasakan badanku lemas terkulai. Dengan tangan yang masih terikat, Oom Win mulai melucuti celana dalamku.<br />
<br />
“Oom, jangan dibuka Oom, Anna barusan aja pipis”<br />
“Anna, biar Oom bersihkan pipisnya”<br />
<br />
Kemudian Oom Win melepas celana dalamku yang sudah basah oleh lendir perawanku. Dengan liar, Oom Win menjilati memekku yang sudah basah itu.<br />
<br />
“Geli ah Oom, kok Oom nggak jijik jilatin pipis Anna?”<br />
“Hmph, hmph, memek kamu kenyal Anna”<br />
<br />
Justru mendengar kata-kata jorok dari Oom Win itulah berahiku timbul lagi dan ketika memekku sudah merasakan nyot-nyotan yang hebat, aku pun berteriak.<br />
<br />
“Sudah Oom, Anna mau pipis lagi”<br />
<br />
Karena Oom Win benar-benar melepaskan lidahnya dari memekku, pinggulku dengan selangkangannya yang telah terbuka lebar dan berlendir itu pun terangkat. Kemudian setelah beberapa saat, Oom Win berbalik menjilatiku lagi. Dan tak lama kemudian, aku pun mengerang hebat.<br />
<br />
“Arghh Oom, Anna pipis lagi Oom”<br />
<br />
Cairan kental yang deras (lebih hebat dari yang pertama kurasakan) mengalir kembali di memekku. Oom Win mulai melucuti pakaiannya dan aku kaget melihat ujangnya berdiri tegak menantang.<br />
<br />
“Lho kok bisa berdiri gitu sih Oom?”<br />
“Memang itu keistimewaan laki-laki, Anna, ade Oom ini bisa juga lemes dan lucu tapi bisa juga jadi gede dan tegak”<br />
<br />
Pelan-Pelan Oom Win mengarahkan ujangnya ke memekku.<br />
<br />
“Oom, mau dimasukkan kemana Oom, memek Anna tidak berlubang”<br />
Dengan sabar Oom Win berkata, “Setiap memek perempuan berlubang, Anna dan lubang itu baru berguna setelah ada laki-laki yang mau masuk ke lubang itu”<br />
“Tapi Anna tidak pernah melihat lubangnya, Oom”<br />
“Nanti kamu juga merasakannya, tidak usah ingin melihatnya, Anna”<br />
<br />
Daging yang kenyal itu (kepala ujang Oom Win) mulai menggesek-menggesek bagian yang menonjol dari memekku, oleh karenanya cairan yang keluar tadi mulai lagi mengalir di memekku dan aku merasa lagi kegelian.<br />
<br />
Karena masih perawan, maka lubang memekku mungkin memang sulit ditemukan oleh Oom Win. Sambil masih terus menggosok-menggosokkan kepala ujangnya, Oom Win memijit-memijit bibir memekku dan merekahkannya pelan-pelan. Dengan tangan yang masih terikat, aku meronta-meronta.<br />
<br />
“Oom, sakit Oom”<br />
“Kamu mau kita cari lubang itu nggak?”<br />
“Mau Oom”<br />
<br />
Oom Win mulai mengarahkan ujangnya ke lubang memekku. Pelan-Pelan dia menggesek-menggesek kan kepala ujang itu dan aku mulai merasakan adanya “lubang” di memekku. Pelan-Pelan sambil digosok-digosokkan maju mundur, akhirnya clep, ujang Oom Win masuk menembus selaput daraku.<br />
<br />
“Arhh Oom, sakit sekali,” darah segar pun mengalir di selangkanganku.<br />
<br />
Dengan ujangnya yang masih menancap, Oom Win hanya tersenyum melihat reaksiku. Dia masih diam dan sambil pelan-pelan mengelus-mengelus bahuku dan susuku. Setelah aku agak tenang, Oom Win memutar-memutar pinggulnya sehingga aku merasa geli yang hebat di seluruh bagian rahimku dimana tertancap ujang Oom Win. Daging yang kenyal itu melesak-melesak menyenggol-menyenggol semua bagian seakan-seakan mengocok-mengocok isi perutku. Pelan-Pelan Oom Win mulai menggenjot ujangnya dengan memaju mundurkan ujang nya dari lubang di memekku.<br />
<br />
“Memek kamu sempit sekali Anna, dede Oom serasa dipijitin”<br />
“Argh Oom, ah, geli ah..”<br />
<br />
Oom Win tidak hanya menggenjotku, tapi meremas-meremas putingku dengan liar, melumatnya dengan lidahnya mengecup-mengecupnya dan karena tanganku yang masih terikat di belakang punggung, aku pun hanya pasrah atas apa yang akan dilakukan Oom Win.<br />
<br />
“Oomm Anna pipis lagi Oom”<br />
<br />
Dan ketika cairan kental itu keluar lagi dari memekku, Oom Win masih menancapkan ujangnya di memekku sambil menunggu sampai gerak badanku agak melemah.<br />
<br />
Setelah itu, tubuhku diangkatnya dan kakiku dilingkarkan ke pinggangnya, dan dia memainkan aku seperti bonekanya, naik turun dan oleh karena gerakan itu juga, setiap kali tubuhku bergoyang-bergoyang, pentilku bergesekan dengan dadanya yang berbulu tipis dan bidang itu. Kegelian yang kurasakan makin hebat karena ujang Oom Win semakin melesak masuk ke dalam lubangku itu.<br />
<br />
Direbahkannya lagi tubuhku dan diganjalnya pinggangku dan pantatku dengan tumpukan bantal sehingga memekku semakin terkuak lebar dan itu memudahkan Oom Win untuk menancapkan ujangnya di lubangku. Pada posisi itu pula akhirnya ujang Oom Win terasa berdenyut-berdenyut dan akhirnya menyemprotkan cairan yang banyak bersamaan dengan orgasmku yang terakhir.<br />
<br />
Setelah itu, aku pun terbaring lemas dan pelan-pelan Oom Win melepaskan ikatan tanganku kemudian memandikan aku dan mengeringkanku dengan penuh kelembutan.<br />
<br />
“Sekarang Anna sudah menjadi perempuan ya, Oom?”<br />
“Iya, lubangnya ada kan Anna?”<br />
“Eh iya Oom”<br />
“Tapi, sebagai perempuan kamu tidak boleh sembrono memasukkan semua ujang-ujang ke dalam lubang memekmu itu, apalagi kalau sampai ujang-ujang itu menyemprotkan cairan seperti ujang Oom tadi”<br />
“Kenapa Oom?”<br />
“Karena cairan yang menyemprot itu berisi benih laki-laki, Anna. Kamu bisa saja hamil”<br />
<br />
Karena wajahku pusat pasi mengetahui kenyataan itu, Oom Win menenangkan aku dan memberiku pil anti hamil untuk mencegah aku hamil.<br />
<br />
Malam itu, aku tertidur pulas setelah “pipis” untuk kesekian kalinya dari hasil memilin-memilin puttingku sendiri. Setelah kejadian itu, setiap kali ayah memarahiku, lubangku tidak pernah menganggur untuk diisi ujang oleh Oom Win. Dan pengetahuanku tentang seks semakin bertambah, hingga tak sepantasnya diumurku yang masih belia sudah mengenal orgasme, sperma, ejakulasi, dan istilah-istilah seks lainnya.</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8950286056167737213.post-84142706239679031342011-07-29T03:06:00.000-07:002011-07-29T03:06:18.604-07:00kisah ngentot smp<div style="text-align: justify;">Namaku Andi, ketika aku SMP, aku tinggal dengan saudaraku di Jakarta, di rumah itu aku bersama tiga orang anak dari saudaraku itu yang usianya sebayaku kecuali Marlena si bungsu, gadis kecil yang masih kelas enam SD.<br />
<br />
Setahun sudah aku tinggal dengan mereka, di usia puber sepertiku, semakin hari tubuh Marlena yang biasa kupanggil Lena, terlihat semakin bongsor saja, dengan kulitnya yang putih bersih semakin terlihat menggairahkan nafsuku. Maklumlah turunan dari ibunya yang bertubuh bongsor dan montok.<br />
<br />
Setiap pulang sekolah aku selalu meluangkan waktu untuk ngobrol-ngobrol dengan Lena, sekedar untuk melihatnya dari dekat, apalagi payudaranya mulai terlihat bentuknya. Aku pun mulai mengincarnya, suatu ketika aku akan mendekatinya, pikirku.<br />
<br />
Dihari berikutnya saat Marlena pulang dari sekolah langsung menuju ke kamar tempat cucian-cucian yang belum kering, karena di rumah lagi tidak ada orang, akupun mengikutinya. Aku berusaha agar kedatanganku tidak mengagetkannya.<br />
“Len…udah pulang..?” iya kak, sambil melepas sepatunya.<br />
“Awas dong…mau ganti baju nih…!” katanya memohon.<br />
“Iya..aku keluar deh..tapi kalo udah ganti baju boleh masuk lagi ya…!” pintaku padanya.<br />
“Iya…..boleh…” ungkapnya.<br />
<br />
“Aku masuk ya…!” pintaku dari luar sambil membuka pintu. Wow..seperti bidadari Marlena memakai daster kecilnya yang bertali satu, jantungku berdegup kencang seakan tidak percaya akan pemandangan itu.<br />
“Len…kamu cantik sekali pakai baju itu..!” ungkapku jujur padanya.<br />
“Masa sih..!” kata Marlena sambil berputar bergaya seperti peragawati.<br />
“Aku boleh bilang sesuatu nggak Len…?” tanyaku agak ragu padanya.<br />
“Mau bilang apaan sih kak…serius banget deh kayaknya…!” ungkap Marlena penasaran.<br />
“A..aku.. boleh peluk kamu nggak..,sebentar aja…!” ungkapku memberanikan diri.<br />
“Aku janji nggak ngapa-ngapain….sungguh..!” janjiku padanya.<br />
“Iiih…peluk gimana sih.., emang mau ngapain…, nggak mau ah…!” bantahnya.<br />
“Sebentar….aja….ya…Len..” kembali aku membujuknya, jangan sampai dia jadi takut padaku.<br />
“Ya udah cepetan ah…yang enggak-enggak aja sih…” ungkapnya agak genit sambil berdiri membelakangiku.<br />
<br />
Tak kusia-siakan aku langsung memeluknya diri belakang, tanganku melingkar di tubuhnya yang kecil mulus, dan padat itu, lalu tanganku kuletakkan di bagian perutnya, sambil ku usap-usap dengan perlahan.<br />
Gila..kontolku langsung berdenyut begitu menyentuh pantat Marlena yang empuk dan bentuknya sedikit menungging menyentuh ke arah kontolku. Langsung saja kugesek-gesekkan pelan-pelan di pantatnya itu.<br />
“Iiih….diapain sih tuh…udah….ah…!” seru Marlena sambil berusaha melepaskan pelukanku.<br />
“Aku terangsang Len…abis kamu cantik sekali Len…!” ungkapku terus terang.<br />
<br />
Marlena pun membalikkan badannya menghadapku, sambil menatapku penuh rasa penasaran.<br />
“Anunya bangun ya kak…?” tanya Marlena heran.<br />
“Iya Len…aku terangsang sekali…” ungkapku sambil mengelus-elus celanaku yang menyembul karena kontolku yang sudah tegang.<br />
“Kamu mau lihat nggak Len…?” tanyaku padanya.<br />
“Nggak ah…entar ada orang masuk lho…!” katanya polos.<br />
“Kita kunci aja dulu pintu gerbangnya ya…!” ungkapku, sambil beranjak mengunci pintu gerbang depan.<br />
Sementara Marlena menungguku dengan sedikit salah tingkah di kamar itu.<br />
<br />
Sekembali mengunci pintu gerbang depan, kulihat Marlena masih di kamar itu menunggu dengan malu-malu, tapi juga penasaran.<br />
“Ya udah aku buka ya…..?” ungkapku sambil menurunkan celana pendekku pelan-pelan.<br />
Kulihat Marlena mengbuang muka pura-pura malu tapi matanya sedikit melirik mencuri pandang ke arah kontolku yang sudah kembali ngaceng.<br />
“Nih lihat….cepetan mumpung nggak ada orang…!” ungkapku pada Marlena sambil kuelus-elus kontolku di depannya. Marlena pun melihatnya dengan tersipu-sipu.<br />
”Iiih ngapain sih…. Malu tahu…!” ungkapnya pura-pura.<br />
“Ngapain malu Len…kan udah nggak ada orang…” kataku berdebar-debar.<br />
“Mau pegang nggak….?” Ungkapku sambil menarik tangan Marlena kutempelkan ke arah kontolku. Tampak muka Marlena mulai memerah karena malu, tapi penasaran. Masih dalam pegangan tanganku, tangan Marlena kugenggamkan pada batang kontolku yang sudah ngaceng itu, sengaja ku usap-usapkan pada kontolku, dia pun mulai berani melihat ke arah kontolku.<br />
<br />
“Iiiih…takut ah…gede banget sih…!” ungkapnya, sambil mulai mengusap-ngusap kontolku, tanpa bimbinganku lagi.<br />
“Aaaah…ooouw….terus Len…enak banget…!” aku mulai merintih. Sementara Marlena sesuai permintaanku terus menggenggam kontolku sambil sesekali mengusap-usapkan tangannya turun naik pada batang kontolku, rasa penasarannya semakin menjadi melihat kontolku yang sudah ngaceng itu.<br />
“Aku boleh pegang-pegang kamu nggak Len…?” ungkapku sambil mulai mengusap-usap lengan Marlena, lalu bergeser mengusap-usap punggungnya, sampai akhirnya ku usap-usap dan kuremas-remas pantatnya dengan lembut. Marlena terlihat bingung atas tingkahku itu, di belum mengerti apa maksud dari tindakanku terhadapnya itu, dengan sangat hati-hati rabaan tanganku pun mulai keseluruh bagian tubuhnya, sampai sesekali Marlena menggelinjang kegelian, aku berusaha untuk tidak terlihat kasar olehnya, agar dia tidak kapok dan tidak menceritakan ulahku itu kepada orang tuanya.<br />
“Gimana Len…….?” ungkapku padanya.<br />
“Gimana apanya…!” jawab Marlena polos.<br />
<br />
Aku kembali berdiri dan memeluk Marlena dari belakang, sementara celanaku sudah jatuh melorot ke lantai, sekalian saja kulepas. Marlena pun diam saja saat aku memeluknya, sentuhan lembut kontolku pada daster mini warna bunga-bunga merah yang dipakai Marlena membuatku semakin bernafsu padanya. akupun terus menggesek-gesekkan batang kontolku di atas pantatnya itu. Sementara tangan Marlena terus menggenggam batang kontolku yang menempel di pantatnya, sesekali dia mengocoknya pelan-pelan.<br />
Tak lama setelah itu perlahan kuangkat daster tipis Marlena yang menutupi bagian pantatnya itu, lalu dengan hati-hati kutempelkan batang kontolku diatas pantat Marlena yang tidak tertutupi oleh daster tipinya lagi.<br />
“Len….buka ya celana dalamnya….!” pintaku pelan, sambil membelai rambutnya yang terurai sebatas bahunya itu.<br />
“Eeeh….mau ngapain sih….pake dibuka segala…?” tanyanya bingung.<br />
“Nggak apa-apa nanti juga kamu tahu… Lena tenang aja…!” bujukku padanya agar dia bersikap tenang, sambil perlahan-lahan aku turunkan celana dalam Marlena.<br />
“Tuh kan…..malu…masa nggak pake celana dalam sih…!” ungkapnya merengek padaku.<br />
“Udah nggak apa-apa….kan nggak ada siapa-siapa..!” aku menenangkannya.<br />
<br />
“Kamu kan udah pegang punyaku…sekarang aku pegang punyamu ya…Len..?” pintaku padanya, sambil mulai ku usap-usap memeknya yang masih bersih tanpa bulu itu.<br />
“Ah..udah dong…geli nih…” ungkap Marlena, saat tanganku mengusap-usap selangkangan dan memeknya.<br />
“Ya udah….punyaku aja yang ditempelin deket punyamu ya..!” ungkapku sambil menempelkan batang kontolku ditengah-tengah selangkangan Marlena tepat diatas lubang memeknya. Pelan-pelan kugesek-gesekkan batang kontolku itu di belahan memek Marlena. Lama kelamaan memek Marlena mulai basah, semakin licin terasa pada gesekkan batang kontolku di belahan memek Marlena, nafsu birahiku semakin tinggi, darahku rasanya mengalir cepat keseluruh tubuhku, seiring dengan degup jantungku yang makin cepat.<br />
<br />
Masih dalam posisi membelakangiku, aku meminta Marlena membungkukkan badannya ke depan agar aku lebih leluasa menempelkan batang kontolku di tengah-tengah selangkangannya. Marlena pun menuruti permintaanku tanpa rasa takut sedikitpun, rupanya kelembutan belaianku sejak tadi dan segala permintaanku yang diucapkan dengan hati-hati tanpa paksaan terhadapnya, meyakinkan Marlena bahwa aku tidak mungkin menyakitinya.<br />
“Terus kita mau ngapain nih…?” ungkap Marlena heran sambil menunggingkan pantatnya persis kearah kontolku yang tegang luar biasa. Kutarik daster tipisnya lalu kukocok-kocokkan pada batang kontolku yang sudah basah oleh cairan memek Marlena tadi. Lantas aku masukan kembali batang kontolku ketengah-tengah selangkangan Marlena, menempel tepat pada belahan memek Marlena, mulai kugesek-gesekan secara beraturan, cairan memek Marlena pun semakin membasahi batang kontolku.<br />
“Aaah…Len…enaaaak….bangeet…!” aku merintih nikmat.<br />
”Apa sih rasanya….emang enak…ya…?” tanya Marlena, heran.<br />
“Iya…Len…rapetin kakinya ya…!” pintaku padanya agar merapatkan kedua pahanya.<br />
Waw nikmatnya, kontolku terjepit di sela-sela selangkangan Marlena. Aku terus menggenjot kontolku disela-sela selangkangannya, sambil sesekali kusentuh-sentuhkan ke belahan memeknya yang sudah basah.<br />
“Ah geli nih…. udah belum sih…jangan lama-lama dong…!” pinta Marlena tidak mengerti adegan ini harus berakhir bagaimana.<br />
“Iya…Len… sebentar lagi ya…!” ungkapku sambil mempercepat genjotanku, tanganku meremas pantat Marlena dengan penuh nafsu.<br />
<br />
Tiba-tiba terasa dorongan hebat pada batang kontolku seakan sebuah gunung yang akan memuntahkan lahar panasnya.<br />
“Aaaaakh…aaaoww…Leenn…aku mau keluaarr…crottt…crott…crottt.. oouhh…!” air maniku muncrat dan tumpah diselangkangan Marlena, sebagian menyemprot di belahan memeknya.<br />
“Iiiih….jadi basah..nih…!” ungkap Marlena sambil mengusap air maniku diselangkangannya.<br />
“Hangat…licin…ya…?” ungkapnya sambil malu-malu.<br />
“Apaan sih ini….namanya..?” Marlena bertanya padaku.<br />
”Hmm…itu namanya air mani…Len…!” jelasku padanya.<br />
<br />
Dipegangnya air mani yang berceceran di pahanya, lalu dia cium baunya, sambil tersenyum. Aku pun menatap Marlena sambil melihat reaksinya setelah melihat tingkahku padanya itu. Tapi untunglah Marlena tidak kaget atas tingkahku itu, cuma sedikit rasa ingin tahu saja yang terlihat dari sikapnya itu.<br />
Aku sungguh beruntung dengan keadaan di rumah itu sore itu yang telah memberiku kesempatan untuk mendekati Marlena gadis kecil yang cantik.<br />
<br />
Marlenapun menurunkan daster mininya sambil mengusapkannya ke selangkangannya yang belepotan dengan air maniku, lalu dipakainya kembali celana dalamnya yang kulepas tadi.<br />
“Len…makasih ya…udah mau pegang punyaku tadi…!” ungkapku pada Marlena yang masih terheran-heran atas ulahku tadi.<br />
“Kamu nggak marahkan kalau besok-besok aku pengen seperti ini lagi..?” pintaku pada Marlena.<br />
“Iya…nggak apa-apa…asal jangan lagi ada orang aja..kan malu…!” ungkap Marlena polos.<br />
<br />
Setelah itu Marlena pun bergegas mengambil tas sekolahnya berlalu ke dalam kamarnya, aku benar-benar merasa puas dengan kepolosannya tadi, pokoknya nanti aku akan bujuk dia untuk seperti itu lagi, kalau perlu kuajari yang lebih dari itu.</div>Unknownnoreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-8950286056167737213.post-35861464725869644142011-07-29T03:03:00.000-07:002011-07-29T03:03:57.895-07:00nikmat nya menyetubuhi sepupuCerita Sex Dewasa 17 tahun kali ini menceritakan tentang pemerkosaan sepupuku sendiri, sebut saja namanya Ayu dia wanita yang sangat cantik dan sexy abiz! Sebenarnya sudah sejak dulu gw  ingin ngentot bareng gadis yang payudaranya sempurna banget bagi gw, dan akhirnya pada suatu hari gw mendapatkan kesempatan untuk menginap di rumahnya kerana ada keperluan upacara adapt di rumahnya si Ayu ini yang tiada lain adalah keponakanku sendiri, dan kebetulan pada saat itu pak de dan bukdeku pergi kondangan ke luar daerah dan gw pun diminta untuk menjaga si ayu ini dirumahnya yang gede dan mewah itu!<br />
Singkat cerita akhirnya gw dan Ayu ngobrol di depan televisi. Gayanya yang cuek dengan celana pendek dan t-shirt tanktop memuat gw makin pengen memrogoti tubuh indahnya. Perlahan kontol ku mulai tegang, tapi gw pura-pura tenang aja. Ngobrol dengan Ayu adalah kesmpatan terbaik buat memandangi bodi mulusnya. Apalagi waktu itu dia duduk di bawah sofa tempat gw duduk. gw bebas memandangi paha putih Ayu. Pelan2 gw condongkan badan ke depan, terlihatlah dua payudara yang putih bulat padat berisi sehingga nafasku mulai naik turun waktu gw sadar Ayu nggak pake bra, dan asiknya dia nggak sadar gw pandangi kemolekannya karena dia serius nonton sinetron.<br />
<br />
Ketika film itu habis, Ayu pamit tidur duluan karena udah malam. gw pun masuk ke kamar tamu, gelisah bayangin indahnya toked Ayu! Pasti enak banget buat diremas  disentuh trus disedot! Dan gw pun mencoba untuk tidur, tenang tapi tetap nggak bisa. Bayangan dada dan paha Ayu masih aja bikin nggak bisa tidur. Udah jam 2...nggak sadar gw udah 3 jam gw ga bisa tidur. Mana hujan deres lagi.<br />
<br />
Akhirnya gw keluar kamar, mau bikin susu biar bisa tidur. Di lorong rumah, gw lihat pintu Ayu sedikit terbuka. Iblis langsung menari-nari di pikiranku. Kesempatan! Pelan2 gw intip Ayu. Ternyata dia udah tertidur pulas.Begitu pulas sampai nggak sadar celana pendeknya tersingkap sampai ke batas pangkal paha. Pelan2 gw buka pintu kamarnya,lalu mencoba masuk ke kamarnya yang indah<br />
<br />
Mulus banget. Buah dadanya gede. Cantik lagi. Tidur telentang seolah olah pasrah. Kontol gw pun spontan tegang . gw lepaskan semua bajuku, ku dekati Ayu.Aku nggak tahan lagi buat menyentuh buah dadanya.Pelan2 gw sentuh buah dada itu. Lembut banget. Ayu tidur pulas sampai dia nggak merasa ketika gw dengan sepelan mungkin menarik tali tanktopnya dan terlihatlah buah dadanya, gede, padat, berisi serta warna putingnya pink memikat!hehehehe<br />
<br />
Nggak tahan lagi gw tindih Ayu yang segera terbangun kaget lalu meronta.Aku pegang dua tangannya sambil ciumi buah dadanya, jilati lalu hisap putingnya. Ayu meronta dan menjerit!tolong tolong… Tapi derasnya hujan menelan suaranya. gw yakin nggak akan ada yang dengar sehingga gw nggak peduli. gw terus hisap dan gigiti buah dada dan putingnya. Ayu terus meronta, tapi it malah membuatku makin terangsang. gw rentangkan kakinya, lalu kumasukan kontolku ke pangkal pahanya yang ditutupi celana pendeknya itu. Dengan susah payah, akhirnya gw bisa melepas celana dalam pinknya. Lalu gw masukan kontol ke memeknya yang masih tipis serta rapi bulunya<br />
<br />
Ayu menangis dan memohon-mohon agar gw lepaskan. gw nggak peduli lagi. Terus aja kunikmati buah dadanya sambil menggesek kontolku di vagina indahnya. Nggak lama kemudian gw rasakan tubuhnya Ayu menggeletar trus tangisannya berubah jadi erangan lembut dan desahan ketika gw makin cepat memasukan kontol ku ke memeknya. gw bisa rasakan cairan vaginanya membasahi kontol gw! Ketika Ayu semakin menggeletar dan merem melek, gw hunjamkan kontolku ke lubang memeknya. Ayu menjerit kesakitan lagi<br />
<br />
Nikmat banget rasanya kontol gw ada di dalam memeknya Ayu. Licin , anget, ketat banget. gw tarik dorong kontolku keluar masuk mmeknya. Ayu terus aja menangis dan menjerit! tapi lama kelamaan jeritannya berganti lenguhan, erangan dan desahan walau dia terus aja meronta-ronta minta pertolongan<br />
<br />
duhhh maknyuess banget memperkosa sambil ngiisap putting keponakanku ini! Saking nikmatnya gw lengah dan Ayu menendang gw samapai terjatuh. Dia berusaha lari, tapi gw lebih cepat dan kuat. gw jambak rambutnya. gw seret dia ke tempat tidur! Dan ayu berusaha menutupi buah dadanya dan berbalik sehingga posisinya tengkurap. Kebetulan! gw tindih dia lalu kupentangkan kakinya dan hunjamkan lagi kontol gw ke vaginanya sambil satu tanganku membekap mulutnya dan tangan yang lain meremas-remas buah dadanya. gw terus pompa memeknya seakan-akan mendarat di bantal empuk karena pantatnya ternyata besar dan lembut banget. gw ciumi lehernya sambil terus memompa, membekap dan meremas-remas payudara montoknya. Sampai kenikmatanku serasa di puncak dan akhirnya uohhh.. gw pun menyemprotkan sperma hangat di dalam vaginanya ayu dan terus saja dia menangisi nasibnya kerana abis diperkosa sama gw<br />
<br />
Setelah Puas menikmati enaknya tubuh keponakan gw tinggalkan saja Ayu yang masih terdidur lemas sambil menangis! Sambil melihat spermaku mengalir keluar dari vaginanya yang hampir lecet gw perkosa itu! Begitulah cerita dewasa sex 17tahun nikmatnya memperkosa sepupu gw yang kayaknya masih perawan!Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8950286056167737213.post-70624140016582767022011-07-29T02:55:00.000-07:002011-07-29T02:55:24.527-07:00teman kantor yang membuatku horny<div style="text-align: justify;">Saya adalah seorang laki laki biasa yang baru saja ditinggalkan oleh istri saya, karena ada masalah yang masing-masing tidak mau mengalah. Akhirnya dia memilih pergi dari saya. Dan karena kepergiannya, kini flat yang biasanya kami tempati itu jadi punya dua kamar kosong.<br />
<br />
Di tempat kerja, sayapun sudah tidak banyak bercanda seperti biasanya. Dan itu yang membuat salah satu wanita teman kerja saya merasa simpati pada saya. Sehingga setelah selesai jam kerja, kami pulang bareng. Selama di dalam tram saya banyak menjawab pertanyaannya tentang kepergian istri saya. Sehingga kami tidak banyak menaruh perhatian pada macetnya kota Melbourne pada jam-jam selesai kerja seperti ini.<br />
<br />
Tanpa terasa kami sudah berada di dalam tempat tinggal saya, setelah saya persilakan dia untuk mengambil apa yang dia mau di kulkas, saya langsung ke kamar mandi untuk menumpahkan air pipis yang sejak dari tadi sudah di ujung kemaluanku.<br />
<br />
Sekembalinya saya keruang tamu, teman saya sudah duduk sambil baca baca majalah dengan satu kaleng Coca-Cola. Sayapun duduk di sampingnya. Tapi tidak terlalu rapat. Saya hidupkan TV kebetulan acara berita nasional negara ini.<br />
<br />
Kamipun bercerita panjang lebar tentang teman saya itu, seperti sudah berapa lama dia telah meninggalkan Hongkong tempat asalnya. Tapi setiap kali dia menjawab pertanyaanku dia selalu tersenyum sambil matanya memandang ke arah selangkanganku. Aku langsung melirik selangkanganku, rupanya aku lupa men-zip-nya. Langsung kutarik zip-nya, sambil bercanda padanya.<br />
<br />
“Maklumlah Nov, soalnya udah lama sarangnya pergi!”, Kataku pada Novi.<br />
<br />
“Memangnya sudah berapa lama burungmu tidak masuk kandang?”, Novi membalas candaku sambil meneguk Coca Cola dengan sedikit senyum di bibirnya.<br />
<br />
“Kira kira 5 minggulah, emangnya kenapa nanya nanya?”, Aku meneruskan sambil mencoba membetulkan posisi dudukku.<br />
<br />
“Akh, aku nggak percaya. Mana ada sich laki laki yang sudah pernah begituan akan tahan selama itu untuk tidak melakukannya?”, Bantahnya sambil senyum.<br />
<br />
“Memang sich, aku nggak tahan. Jadi selama ini aku pakai tangan aja”, Jawabku.<br />
<br />
Sambil tertawa lebar, Novi menghampiriku. Dan Novi duduk di sebelahku, rapat sekali.”Perlu dibantu?”, Tanyanya sambil tangan kanannya meraba-raba penisku.<br />
<br />
Novi memang gadis Hongkong yang menawan, diusianya yang dua puluhan dia sangat menarik setiap mata laki-laki yang memandangnya. Karena dengan buah dada dan bongkahan pantatnya yang lebih besar dari ukuran rata-rata orang tempat asalnya. Aku jadi berani, kurangkul pundaknya sambil kulumat bibir yang berlipstick merah muda menawan itu.<br />
<br />
Novipun membalas dengan nafasnya yang semakin membuatku untuk mempererat rangkulanku. Aku merasa sedikit sakit pada penisku yang sudah sangat keras karena rabaan Novi. Dengan tak sabar kulepas rangkulanku dari pundak Novi dan dengan kedua tanganku kubuka celanaku sambil tetap duduk. Agak susah memang. Tapi berhasil juga.<br />
<br />
Kudengar Novi mendesah bersamaan dengan tangannya yang menggenggam langsung penisku yang hanya pas-pasan dengan lingkaran tangannya itu. Kamipun kembali berpagutan, hanya kali ini tangan kiriku telah meremas-remas buah dadanya yang kenyal dan semakin kenyal itu. Sedangkan tangan kananku membelai-belai tengkuknya. Novi semakin memperdengarkan desahnya.<br />
<br />
“Ed, kita ke kamarmu saja.., ayo Ed, aku sudah tak tahan nich?”, Novi memohon mesra. Aku pun berdiri, tapi ketika aku ingin membuka pakaianku, aku tersentak kaget karena Novi sudah menarik penisku sambil menanyakan di mana kamarku. “Pelan pelan Nov, sakit nich!”, protesku atas tangan Novi yang menggenggam penisku dengan sangat ketat itu.<br />
<br />
Aku berjalan sambil membuka bajuku ke arah kamarku yang telah kutunjukan pada Novi. (Sebenarnya aku tak mau menggunakan kamar dimana aku dan istriku tidur sebelum istriku itu pergi. Tapi bagaimana lagi. Sudah nafsu sekali saat itu).<br />
<br />
Sesampai di kamar Novi dengan tergesa membuka seluruh pakaiannya. BH-nya, CD-nya. Semua dibuka dengan tergesa. Lalu Novi langsung menghampiriku yang sudah lebih dulu berbaring telentang di atas kasur sambil mengocok perlahan penisku agar semakin tegang, sambil melihat Novi membuka pakaiannya.<br />
<br />
Novi berbaring miring di sebelahku, bibirnya mencari bibirku sedangkan tangan kanannya menggantikan tanganku untuk mengocok-ngocok penisku. Aku mendesah. Novipun semakin beringas menciumi seluruh wajahku. Telingakupun tak lepas dari sapuan lidahnya. Aku merasakan nikmat bercampur geli yang tak terkira.<br />
<br />
Jilatan Novi semakin turun ke arah leherku, dadaku dan kedua puting payudaraku juga dililitnya dengan lidah. Sambil tangannya semakin cepat mengocok penisku yang sedikit terasa sakit karena genggamannya terlalu keras.<br />
<br />
Jilatan Novi telah berada di atas pusarku, lidahnya dicoba untuk masuk dalam lubang pusarku, dapat kudengar desahnya. Walau desahku lebih besar darinya. Kini lidah Novi menyisir bulu-bulu penisku. Aku semakin tak tahan. Tapi aku menunggu, karena aku tahu kemana tujuan sebenarnya jilatan lidah Novi itu.<br />
<br />
Ternyata aku salah, kukira Novi akan melahap penisku. Ternyata Novi malah menjilat jilat kedua bijiku bergantian. Tangannya tak lepas mengocok penisku. Sambil sesekali jari jempolnya menyapu ujung penisku yang telah basah karena air nikmatku telah membasahi bibir ujung kemaluanku. Geli dan nikmat sekali waktu Novi melakukan itu. Aku tersentak karenanya.<br />
<br />
Karena waktu Novi melakukan itu badannya agak nungging di sampingku, maka kucoba meraih bongkahan pantatnya. Kuusap-usap, Novi mendesah nikmat rupanya. Jariku tak mau berhenti sampai disitu, jariku mencari-cari lubang kemaluannya. Setelah jariku menemukannya ternyata sudah basah sekali. Semua itu membuat jariku semakin mudah untuk mencari lubangnya.<br />
<br />
Kusapu lubangnya dengan jariku sambil sekali-kali kumasukan jari telunjukku ke dalam lubangnya. Novi mendesah hebat sambil melepas jilatan lidahnya dari kedua bijiku. Kuraih pantat Novi agar tepat berada di atas wajahku. Kini kedua tanganku beraksi atas bagian belakang tubuh Novi. Jari telunjuk tanganku yang kanan kumasukan ke dalam lubang vagina Novi sambil memaju mundurkan. Sedangkan jari telunjuk tangan kiriku menggosok gosok clitorisnya. Dapat kulihat dari bawah selangkangannya, Novi membuka mulutnya lebar tanpa bersuara merasakan nikmat.<br />
<br />
Ketika niatku hendak menggunakan lidahku untuk menjilat vaginanya, aku merasakan nikmat dan sedikit ngilu yang tak terkira. Rupanya Novi telah melahap bagian kepala penisku. Lidahnya melilit-lilit di atas permukaan kepala penisku.<br />
<br />
Akupun ingin menandinginya dengan mejilat-jilat permukaan lubang vagina Novi. Sambil sekali-kali kucoba untuk memasukan lidahku kedalam vaginanya. Agak asin memang, tapi yang lebih terasa adalah nikmatnya. Semakin nikmat lagi saat kudengar Novi mengeluh karena jilatan lidahku.<br />
<br />
Novi telah memasukan penisku setengahnya dalam mulutnya sebentar sebentar dinaikan kepalanya, kemudian diturunkan lagi. Yang membuat aku merasa nikmat adalah saat Novi menurunkan wajahnya untuk melahap penisku, karena Novi telah mengecilkan lingkaran mulutnya. Sehingga hanya pas sedikit ketat ketika bibirnya menelusuri penisku dari atas ke bawah. Oh nikmat sekali.<br />
<br />
Aku hampir saja muncrat kalau aku tidak segera minta Novi membalikan badannya hingga wajahnya berhadapan denganku. Aku membalas senyumnya yang kelelahan menahan nikmat yang baru saja kami alami.<br />
<br />
Kucium lagi mulutnya yang sangat becek oleh air liurnya. Lalu kubalikan Novi agar berada dibawahku. Kulebarkan selangkangannya kugenggam penisku dengan tangan kananku, lalu kugosok-gosok kepala penisku pada permukaan kemaluannya.<br />
<br />
“Oh.., Ed.., terus Ed.., aahh.., nikmat sekali.., sshh”, erang Novi. Akupun mempercepat gesekannya, Novi menggeleng gelengkan kepalanya.<br />
<br />
Lalu dengan tiba tiba kutancapkan penisku ke dalam vaginanya yang sudah banjir itu dengan satu hentakan keras, masuklah 3/4 nya penisku dengan leluasa. Bersamaan dengan itu Novi berteriak sambil badannya sebatas bahu terangkat seperti hendak berdiri matanya membelalak menghadapi tikamanku yang tiba-tiba itu.<br />
<br />
“oohh Edwiinn.., enaak.., terus.., Ed.., terus.., lebih cepat Ed.., ayo Ed.., terus.., aahh”, erang Novi sambil menghempaskan kembali bahunya ke kasur.<br />
<br />
Kedua tangan Novi membelai wajahku sambil menggigit bibirnya yang bawah matanyapun menunjukan bahwa saat ini Novi sedang merasakan nikmat yang tiada tara. Akupun semakin cepat memaju-mundurkan penisku. Nikmat yang kurasakan tiada bandingnya. Vagina Novi masih boleh dibilang sempit.<br />
<br />
“Enak Nov?”, tanyaku padanya sambil memaju-mundurkan penisku. Novi tidak menjawab, hanya desahannya saja yang semakin jelas terdengar.<br />
<br />
“Enak nggak Nov?”, tanyaku lagi. Novi menjawab dengan anggukan kecil sambil menggigit kembali bibir bawahnya.<br />
<br />
“Jawab dong Nov, nikmat nggak?”, paksaku walaupun ini adalah pertanyaan bodoh.<br />
<br />
“Luar biasa Ed.., sshh.., aku hampir keluar nich oohh”, katanya terputus putus.<br />
<br />
“Aku masukin semuanya yach Nov?”, tanyaku padanya yang sedang melayang.<br />
<br />
“sshh.., em.., emangnya belum semuanya dimasukin?”, Novi balik bertanya heran sambil menatapku dengan sayu.<br />
<br />
“Belum!”, Jawabku singkat sambil terus maju mundur.<br />
<br />
Tangannyapun bergerak ke bawah untuk memastikan belum semua penisku masuk ke dalam lubang vaginanya. Ketika tangannya berhasil menyentuh sisa penisku yang masih di luar, aku merasa tambah nikmat.<br />
<br />
“Oohh.., Ed masukin Ed.., masukin semuanya Ed.., aahh”, pintanya sambil menarik pinggangku dengan kedua tangannya dan matanyapun terpejam menantikan.<br />
<br />
Kucoba menahan tarikan tangan Novi pada pinggangku, agar masuknya sisa penisku tidak terlalu cepat. Aku ingin memberikan kenikmatan tak terlupakan padanya.<br />
<br />
Benar saja, ketika sedikit demi sedikit sisa penisku masuk, Novi mendesis seperti ular yang berhadapan dengan musuhnya. “Sshh.. sshh”, sambil matanya terpejam ketat sekali menahan nikmat telusuran penisku ke dalam vaginanya. Kedua tangannyapun menjambak-jambak rambutnya sendiri.<br />
<br />
Tanpa diduga kucabut penisku, hanya tinggal kepalanya saja yang masih tenggelam. Novi seperti ingin protes, tapi terlambat. Karena aku telah menekannya lagi dengan sekali tancap masuklah semua penisku.<br />
<br />
“Edwiinn!”, teriak Novi keras sekali sambil tangannya memukul-mukul tempat tidur.<br />
<br />
Aku semakin percepat gerakanku, walaupun aku sudah merasa sedikit lelah dengan pinggangku yang sejak tadi maju mundur terus.<br />
<br />
“Terus Ed.., oohh.., terus.., teruss.., oohh.., oohh.., aahh”.<br />
<br />
Novi mengerang bersamaan dengan tercapainya Novi pada puncaknya, sambil tangannya meremas-remas sprei tempat tidur di kanan dan kirinya, badannya tersentak-sentak hanya putih yang kulihat di matanya.<br />
<br />
Tapi aku masih terus memacu untuk menyusulnya, makin cepat, makin cepat lagi nafasku memburu. Bunyi nikmat terdengar dari dalam vagina Novi karena air nikmatnya itu.<br />
<br />
“Oh Nov.., oohh.., aahh..”, cepat kucabut penisku agar tak muncrat di dalam, kugenggam penisku, kuarahkan penisku ke perut Novi, di sanalah air nikmatku mendarat.<br />
<br />
Novi cepat bangkit dan mendorongku agar telentang, kemudian Novi melahap separuh penisku ke dalam mulutnya. Lidahnya menjilat-jilat mulut kecil di ujung penisku. Aku merasa ngilu sekali dan tangan Novi yang mengocok-ngocok penisku seperti hendak memastikan agar keluar semua air nikmatku.<br />
<br />
“Sudah Nov.., sudah.., ngilu nich.., uuhh.., sudah”, pintaku padanya. Tapi Novi masih saja memaju-mundurkan mulutnya terhadap penisku yang semakin ngilu sekali. Setelah yakin tidak ada lagi air nikmat yang akan keluar dari penisku Novipun merebahkan kepalanya di atas perutku sambil memandangku dengan penuh kepuasan.<br />
<br />
Kemudian keadaan membisu, hanya detak jam dinding yang mengingatkan akan kenikmatan yang baru saja kami alami. Kami memang mencoba untuk mengingat kembali kejadian yang sempat membawa kami ke awang-awang.<br />
<br />
“Nov, sudah jam 8 nich. Kamu nggak pulang?”, tanyaku memecahkan kesunyian. Novi seakan tak mendengar ucapanku. Kemudian dengan lembut kuangkat kepalanya dan keletakan di atas kasur. Akupun coba bangkit, tapi sebelum aku turun dari tempat tidur kurasakan tangan Novi memegang perutku.<br />
<br />
“Mau kemana Ed?”, tanyanya sambil melepas nafar panjang.<br />
<br />
“Mau mandi dulu nich, lengket semua rasanya badanku”, Jawabku sambil menoleh ke arahnya.<br />
<br />
“Tunggu dikit lagi, kita mandi sama-sama” Novi memohon sambil melingkarkan kedua tangannya di pinggangku.<br />
<br />
Lalu kamipun pergi ke kamar mandi dan mandi berdua serta mengulanginya permainan seks yang sempat terputus tadi di kamar mandi. Setelah merasa puas kamipun istirahat sambil berpelukan hingga esok pagi.<br />
<br />
Sejak kejadian itui saya dan Novi semakin akrab dan selalu mengulangi persetubuhan yang telah kami lakukan. Sampai akhirnya istrikupun pulang kembali ke apartemenku, tapi itu tidak membuatku lupa akan Novi. Kami sering melakukannya di apartemenku tatkala istriku tidak ada atau di kantor, hotel serta apartemen Novi bila istriku sedang di rumah.<br />
</div>Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-8950286056167737213.post-30400454232545196142011-07-29T02:52:00.000-07:002011-07-29T02:52:57.530-07:00aku mengeksekusi nya di warnet<div style="text-align: justify;">Cerita Sex tentang eksekusi teman smu perawan diwarnet ini merupakan cerita dewasa tentang petualangan sorang anak SMU yang sedang mencari tugas di internet! sekilas tentang diriku.Namaku wawan,sekarang aku masih menyelesaikan kuliah di salah satu universita ternama di kotaku. Kejadian ini kualami ketika aku masih duduk di bangku SMA,dan aku melakukannya dengan tetanggaku sendiri, yang bernama tiya.Dari segi fisik dia memang cantik,dari raut wajahnya yang oriental, sampai ke lekuk tubuhnya tidak ada yang cacat apalagi payudaranya yang membuat semua laki laki yang melihatnya pasti menelan ludah.Ceritanya sex dewasanya begini,Ketika itu aku bersama tiya pergi ke warnet untuk mencari tugas, kebetulan kami sekelompok jadi kami mengerjakan tugas harus bersama. Ketika kami sampai di warnet kami langsung mengambil tempat masing masing dan mulai searching di om google tugas yang diberikan oleh pak guru<br />
<br />
Setelah beberapa jam tugas yg ku cari telah terkumpul.Untuk menghilangkan jenuh,dengan iseng aku membuka situs situs porno.Karena keasikan aku sampai ngak sadar kalo tiya meperhatikanku dari belakan"Wahh lu ya di suruh cariin tugas malah nonton bokep "kata tiya.aku pun langsung nge respon" nona yg cantik tugasnya udah selesai jadi apa salahnya dong kalo gue nyantai dulu,klo lu mau ikut duduk ajah,ngak usah malu malu!! Kataku padanya,dan iapun mau.setelah selesai satu video kulihat dari raut wajahnya ternyata ia mulai terangsan oleh video tadi.Muncullah pikiran usil di benaku.Mula mula aku bertaanya padanya " Tiya video nya bagus ngak??"bagus jawabnya dengan santai.kalo gitu kita lanjutin aja videonya.tanpa ragu ragu ia pun mau.Jurus pertama aku langsung mengangkat tanganku dan ku sandarkan di pundaknya,dia pun tidak ngerespon"bagus kataku dalam hati" Jurus kedua aku langsung mendekatkan wajah ku dekat dengan wajahnya,dan menghembuskan nafas di telinganya,dia pun langsung meresponnya dengan langsung melumat bibirku.<br />
<br />
kebetulan warnet tersebut biliknya berbentuk kamar kecil dng ukuran 150 X 150M,dan ada pintunya,jadi aku lebih leluasa untuk bermain di dalamnya pikirku dalam hati.Beberapa lamanya ia melumat bibirku,aku pun memcoba membuka bajunya,dan ahha!!!,ternyata ia tidak marah.kugunakan kesempatan ini untuk melanjutkan ke tahap berikutnya.setelah kubuka bajunya kini branya yang kubuka,dan terlihat payudaranya yang montok,kencang,dengan puting berwarna merahmuda.Akupun langsung menghisap payudara kanannya,sementara itu,tangan kiriku meremas remas yang sebelah kirinya.Setelah puas bermain yang di atas,kini aku mulai membuka celananya,tapi dia menolak"pank gue masih virgin,lu mau bertanggung jawab dengan apa yg akan lu lakukan terhadap gue.dengan eteng ku jawab YA!.Akhirnya ia pun mau. wawan ,lo nggak adil,masa dari tadi lu saja yang main,katanya merasa tidak adil.Oke lah kalo begitu lo pernah ngak mengoral kontol cowok.kataku padanya.belum,jawabnya,kalo begitu sekarang lu oralin kontol gue.Tanpa ragu ragu ia pun langsum mengoral kontol ku yang sudah tegang.sekitar 6 menit ia mengoral kontolku,aku merasakan maniku akan keluar.rasasanya aku ingin berteriak,tapi aku takut akan kedengaran oleh orang lain,tapi aku pun berpikir ah tidah mungkin,kan disini musiknya kencang jadi jika aku berteriak tdak ada yang akan mendengar.Akhirny aku menumpahkan hormonku di dalammulutnya,dan iya menelannya hinga tidak ada sisanya.anehnya setelah itu kontolku tidak langsung layu,tapi malah menantang tegangnya.Aku pun langsung menyuru tiya untuk duduk di atas meja yang tidak begitu besar,dan akupun siap bertempur.<br />
<br />
Mulamula aku menggesek gesekkan kepala kontolku di bibir vagina nya,kemudian aku mulai menyodoknya kedalam.terdengar teriakan kecilnya"uuuwwwh..."kusodokan lebih dalam lagi,dan"slop"begitu bunyi memek perawannya,dan dia pun ber desis"ahhh...."kemudian aku parkirkan kontolku di dalam memeknya,untuk membiasakan otot otot kontolku didalamnya.sekitar 1 menit,aku pun langsung menyodoknya secara berlahan tapi pasti.Semakin lama semakin cepat,dia pun hanya bisa bertereriak"ooooohh....aaahhhhhh....uhhhh.setelah capek dengan gaya tersebut aku langsung duduk di kursi,dengan tanpa di perinta ia pun langsung duduk tepat di atas kontolku,dan dimasukannya kontolku di dalam memeknya,dan ia mulai memompanya."awwwwwwhhhh owhhhhhhh uhhhhhh" shshsss Awwhwwwwhhh begitulah suarah yang di keluarkannya.setelah kurang lebih 15 menit ia berkta"say gue mau keluar "ok oke,tapi kita keluarnya barengan aja,gue juga udah mu keluar,dan crot crot crot, maniku tumpah di dalamnya,bersamaan dengan darah perawannya.setelah itu aku langsung berpakaian kembali,dan membersihan darah,dan mani yang tumpah di lantai.Akhrnya sekitar pukul 06.30.malam aku pulang dengan hati gembira karena baru menikmati perawan cantik.Dan mulai hari itulah aku jadian dengannya,dan sering melakukan hubungan tersebut,bahkan pernah di perpustakaan sekolah. Itulah pengalaman sex pertamaku. semoga cerita sex dewasa ngentot smu perawan di warnet ini dapat membuat nafsu pemirsa setia blog cerita dewasa dan cerita sex 17 tahun ini semakin mengebu-gebu! </div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8950286056167737213.post-87067818908598831192011-07-29T02:48:00.001-07:002011-07-29T02:48:47.717-07:00jilatan mantaap dari dita ..<div style="text-align: justify;">Masa kuliah adalah masa terindah. Pada masa itu aku bebas menuntut ilmu dan tidak lupa berburu cewek-cewek cantik di kampus. Cerita panas dengan Dita adalah salah satunya.<br />
<br />
Kisah ini kisah nyata dari gw, seorang mahasiswa universitas swasta di daerah grogol<br />
Kisah ini bermula waktu gw beli hp blackberry,gw punya adik kelas anak akuntansi, awalnya hubungan gw ama dia biasa aja, ampe gw punya bb, gw add PIN dia, akhirnya gw sering curhat masalah cewek gw ama dia.<br />
<br />
Sebut saja nama adik kelas gw ini Dita, juju raja gw sange banget ngeliat dia, ngeliat cara dia berpakaian. Kalo di tongkrongan kampus, dia duduk suka keliatan belahan pantatnya.<br />
Suatu malem, gw BBMan ama dia, curhat2 gt, ternyata dia baru putus ama cowoknya,<br />
“bang, gw baru putus ama cowok gw” kata dia<br />
Kemudian gw dengan bijaksananya member nasihat agar dia tabah,<br />
Dan iseng iseng, gw nanya ama dita<br />
“dit, tapi lo ga pernah ngapa2in kana ma cowok lo?” kata gw<br />
“maksudnya bang? Tanya dita<br />
“yaa kaya anak muda pacaran lah gimana” kata gw<br />
Akhirnya Dita jelasin dia sering petting ama cowoknya, setiap ketemu cowoknya minta di sepongin.<br />
*disini pikiran nakal gw main, berarti dia nakal, daripada selama ini dia cuma bacol gw, akhirnya gw beranikan diri buat spik spik<br />
<br />
Hari selasa, waktu itu dia lagi kuliah di gedung K lt.5, dan waktu itu gw BBMin dia, gw bilang gw baru putus *padahal mah speak doing alias boong *<br />
Dan gw ngajak dia nonton, waktu itu gw ama dia nonton orphan di pelangi (plasa semanggi)<br />
<br />
Pas nonton gw curi2 liat toket dia, maklum dia pake baju yg agak keliatan belahannya. Gw inget banget dia pake baju putih ketat banget, BH item tapi pake cardigan abu abu.<br />
Selesai nonton gw berniat mau pulang, sesampai di mobil, di parkiran basement, dia curhat gitu tentang dia ama cowoknya *jujur aja gw bodo amat dia mau curhat, gw cuma pengen nikmatin toket ama memeknya* sambil dia curhat di nyenderin kepalanya di bahu gw.<br />
Dan gw pun sedikit konak hehehehe<br />
Gw lupa di parkiran basement banyak satpam yang suka mondar mandir, akhirnya gw cabut dari mal itu, gw naik tol, menuju bekasi, karena rumah gw ama dia di daerah bekasi,<br />
<br />
Dari mulai keluar mal ampe masuk tol dia terus nyenderin kepalanya di bahu gw<br />
“gapapa kan bang gw pinjem bahu lo? Ga ada yg marah kan” Tanya dia<br />
“gapapa lah dit, gw kan dah putus, lupa ya lo?” sambung gw<br />
<br />
Akhirnya dia terus curhat, gw juga curhat, gw mulai colongan pegang2 tangan dia, elus2 rambut dia,<br />
Akhirnya gw sampe di depan rumahnya, salah satu komplek terbesar dan terelit lah di daerah bekasi, tuh komplek gede banget, dan satpamnya jarang mondar mandir *girang*<br />
Tiba tiba dita bilang<br />
“bang, makasih ya bang, gw boleh peluk lo ga bang?” Tanya dia<br />
*dalam hati gw, silahkan dit lo peluk gw, lo pake gw, lo puasin gw* haha<br />
<br />
Akhirnya gw ama dia pelukan, dan gw nekat buat nyium bibir gw. Asli gw deg deg an banget, untung si dita nanggepin ciuman gw, akhirnya gw ciuman lama ama dia.<br />
jujur gw sange berat, dan gw beraniin diri buat megang toketnya, sebenernya bukan megang, tapi ngelus halus.<br />
dan dia no respon<br />
akhirnya gw nanya ama dia<br />
“gapapa dit?”<br />
“gapapa bang, woles aja” kata dita<br />
<br />
mungkin begini lah kalo cewek habis putus, masih labil *bijaksana ya gw, tapi tetep aja sange ga bisa di tahan bos*<br />
<br />
akhirnya gw grepe toket dia lumayan lama, gw remes tuh toket sambil gw jilatin lehernya<br />
“ahhh bangggg” desah dita<br />
“dit , gw buka ya?” tanya gw<br />
“ahh, heeh bang” jawab dita sambil ngedesah<br />
<br />
akhirnya gw buka cardigan dia, dan kaos nya,<br />
wuhuuuu toketnya mulus sekali di balut BH bewarna hitam<br />
tanpa basa basi, gw menuju toketnya<br />
tapi tiba tiba dita bilang<br />
“bang, tapi jangan bilang siapa2 ya bang”<br />
“woles dit, gila aja gw bilang2″ jawab gw<br />
<br />
akhirnya gw jilatin pentilnya yg udah tegang. sambil ngeliatin mukanya dita yg merem melek gw makin sange.<br />
“ahhhhhh banh pelan pelannn bangg” desah dita<br />
<br />
dan gw arahin tangan dita ke arah kontol gw.<br />
secara otomatis dita ngebuka resleting celana dry gw,hehe<br />
dengan berdiri tegak, kontol gw berada di alam terbuka *lebay*<br />
“dit, kocokin dit” pinta gw<br />
“heehhh” kata dita sambil ngedesah<br />
<br />
akhirnya gw dikocokin ama dita, gw mulai ngedesah keenakkan, sambil jari jari tangan kiri gw bergentanyan di daerah pantat dia, karena dia pake baju kecil banget, jadi waktu dia kocokkin gw, bajunya keangkat dan keliatan belahan pantatnya.<br />
<br />
dita akhirnya nyepongin gw tanpa gw suruh,<br />
“ahhh terus dit aah erhhh” kali ini gw yang ngedesah<br />
<br />
tanpa sadar gw udah mau keluar,<br />
“Dit, udahan dulu dit, gw udah mau keluar” pinta gw<br />
“ya udah bang, jangan lama-lama, ga enak di depan rumah” kata dia<br />
<br />
ya udah akhirnya dia kocokin gw sambil di sepong tuh kontol gw,<br />
<br />
“CROT CROT CROT”<br />
akhirnya gw keluarin peju peju gw di dalem mulut dia. dia pun buka pintu mobil dan ngebuang peju gw di jalan *hardcore juga nih cewek, kalo tiba-tiba ada yg liat gimana*<br />
<br />
setelah beres2, gw nanya ke dita<br />
<br />
“Dit , sorry yaa”<br />
“Gapapa bang, yaelah woles aja kali bang, gw juga ga nolak kan” kata dita<br />
<br />
“tapi tadi lo bilang ga enak di depan rumah, berarti kalo di tempat lain boleh dong,hehe” tanya gw nakal<br />
<br />
“hahaha, ya udah bang, thank you bang ya” dita berusaha ga jawab, dan mengalihkan topik,haha<br />
<br />
akhirnya si dita pulang, dan gw pun pulang, senang banget hari itu gw bisa nikmatin bacol gw di kampus<br />
<br />
selama gw kuliah di TR*S*KT* , gw ama dia jadi TTMan, tapi sekarang udah jarang, karena gw udah fokus skripsi<br />
doain skripsi gw</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8950286056167737213.post-53667854227654911492011-07-29T02:43:00.000-07:002011-07-29T02:44:38.081-07:00pembantu binal yang ku taklukkan<div style="text-align: justify;">Naluri kenakalan lelakiku mendadak terpancing saat Tri, pembantu binal terus menggodaku. Cerita panas berikut ini akan menceritakan bagaimana sepak terjangku menggauli pembantu-pembantu cantik dan genit.<br />
<br />
Di kompleks perumahan ibuku, Tri terkenal sebagai pembantu yang genit, ganjen dan centil. Dia sering gonta-ganti pacar. Tri baru berusia kurang lebih 22 tahun. Bentuk tubuhnya bagus.Payudaranya berukuran kira-kira 34D dengan pantat bulat dan padat. Yang lebih menggairahkan adalah cara berpakaiannya. Trisenang mengenakan kaos ketat dan celana ABG sekarang yang memperlihatkan pinggul dan pusar. Wajahnya cukup manis.Bibirnya sensual sekali. Aku sering terkesima bila melihat bibirnya.<br />
<br />
Tugas Tri adalah menjaga anak majikannya yang masih kecil. Kalau sore hari, dia selalu mengajak anak majikannya berjalan-jalan sambil menyuapinya makan. Nah, aku sering sekali berpapasan dengannya saat dia sedang mengasuh Nabila, anak bungsu pasangan tempat Tri bekerja. Nabila anaknya lucu, sehingga aku suka mencubit gemas pipinya.<br />
Suatu kali, seperti biasa aku bertemu dengan Tri yang sedang mengasuh Nabila, dan aku berhenti sebentar untuk mencubit pipinya.Tiba-tiba Tri nyeletuk..<br />
“Kok cuma Nabila yang dicubit Pak?”, celetuk Tri. Aku terkesiap dan memandangnya dengan pandangan tak percaya.<br />
Tri menatapku dengan kerlingan genit dan tersenyum menggoda.<br />
“Habis, kalau aku cubit pipi kamu Tri, nanti kamu marah”, kataku.<br />
“Kalau cubitnya pelan-pelan, aku nggak marah kok Pak. Malah seneng..”,balasnya enteng.Kurang ajar anak ini, pikirku membatin, tapi mulai tergoda dan penasaran untuk memancingnya lebih jauh.<br />
“Kalau cuma cubit aku nggak mau Tri..”, kataku.<br />
“Terus maunya apa? Emang berani?”, katanya menantang. Benar-benar ganjen anak ini.<br />
“Aku maunya, cium bibir kamu yang seksi itu, boleh?”,tanyaku memancing.<br />
“Cuma cium? Nggak mau ah kalau cuma cium..”, jawabnya. Astaga, ini sudah keterlaluan.<br />
“Lho? Maksud kamu?”,tanyaku nggak mengerti.<br />
“Iya, Pak Irwan pasti tahu dong. Masak cuma Mbak Enny aja yang boleh ngerasain Pak Irwan..”, balas Tri.<br />
Aku kaget juga mendengar ucapan Tri. Ternyata Enny, salah satu pembantu seksi yang pernah aku tiduri cerita pada Tri. Tapi, kepalang tanggung pikirku.<br />
“Jadi benar nih kamu mau Tri?”,tanyaku memastikan.<br />
“Siapa takut? Kapan?”, tanya Tri menantangku.<br />
“Aku sih kapan aja bisa. Kamu bisanya kapan?”, jawabku sambil melirik ke arah dadanya yang bagus.<br />
Saat itu Tri pakai kaos ketat yang agak tipis, sehingga bra hitamnya membayang dan memperlihatkan lekuk yang sangat mengairahkan. Terus terang, saat itu aku horny banget. Penisku kurasakan sudah mengeras.<br />
“Ya sudah, nanti malam aja Pak, kebetulan Bapak-Ibu mau ke Bogor.. menginap”, kata Tri.<br />
“Oke, nanti jam berapa aku ke rumahmu?”, tanyaku.<br />
“Ya, sekitar jam delapanan deh”, jawab Tri sambil membusungkan dadanya.Dia tahu aku sedang memperhatikan dadanya. Nafsuku menggelegak.<br />
“Kamu beneran nih Tri, ya sudah, nanti jam delapan aku dateng. Awas nanti kamu ya..”, ancamku sambil tersenyum.<br />
“Asal Pak Irwan kuat aja nanti malam..”, tantangnya sambil mengedipkan mata dan bibirnya membuat gerakan mengecup. Ya ampun, bibirnya benar-benar seksi.<br />
“Kalau gitu aku pulang dulu ya Tri, sampai nanti malam ya..”, kataku.<br />
“Bener ya. Jangan boong lho. Tri tunggu ya Pak..”, Tri membalas.<br />
<br />
*****<br />
<br />
Malamnya, jam delapan, aku sudah berada di depan pagar rumah Tri, lebih tepat rumah majikannya. Tri sudah menungguku. Dia membukakan pintu pagar dan aku langsung masuk setelah melihat situasi aman, tidak ada yang melihat. Kami masuk ke dalam dan Tri langsung mengunci pintu depan.<br />
Tri memakai celana yang sangat pendek, dengan kaos ketat. Kulitnya cukup mulus walaupun tidak terlalu putih, namun dibandingkan dengan Enny, masih lebih putih Tri. Aku tidak mau membuang waktu, langsung kudekap dia dan kuserbu bibirnya yang memang sudah lama sekali aku incar. Bibir kami berpagutan, lidah kami saling membelit, dipadu dengan nafas kami yang memburu.<br />
Tiba-tiba Tri melepaskan ciuman kami, dan dia memegang kedua pipiku sambil menatapku, lalu berkata manja.<br />
“Pak Irwan, kalau Pak Irwan mau ngewe sama aku, ada syaratnya Pak..”, kata Tri.<br />
“Apa syaratnya Tri?”, tanyaku.<br />
“Syaratnya, Pak Irwan harus panggil aku Mbak, terus aku panggil Pak Irwan Yayang. Gimana? Mau nggak?”, tanya Tri sambil tangannya bergerak turun ke dadaku dan meremas dadaku dengan gemas.<br />
Ini yang mengherankan.Usiaku sudah di atas 40 tahun, punya isteri dan anak, jabatanku cukup tinggi di kantor, dan seorang pembantu rumah tangga yang berumur baru 22 tahun mencoba untuk menguasaiku, tapi justru aku merasa senang.<br />
“Iya Mbak, aku mau..”, jawabku sambil mengangguk. Saat itu, penisku sudah ereksi dengan maksimal.<br />
“Sekarang, Yayang harus nurut apa yang Mbak bilang ya..”, perintah Tri.<br />
“Iya Mbak..”, jawabku pasrah.<br />
Lalu Tri menuntunku ke kamarnya di bagian belakang rumah. Tri menutup pintu kemudian memeluk dan menyerbu bibirku. Kembali kami berpagutan sambil berdiri, lidah saling belit dalam gelora nafsu kami.<br />
“Yang, kamu jongkok dong..”, pinta Tri dengan nada manja. Aku menurut dan berjongkok di depan Tri.<br />
“Lepasin celana Mbak, Yang.Pelan-pelan ya Yang..”, perintahnya.<br />
“Iya Mbak..”, cuma itu kata yang bisa aku keluarkan.<br />
Lalu aku menurunkan celana pendeknya yang tinggal ditarik saja kebawah karena dia memakai celana olahraga. Perlahan mulai tampak pemandangan indah di depan mataku persis. Tri tidak pakai celana dalam saat itu. Kemaluannya gundul tanpa bulu sedikitpun, dan montok sekali bentuknya. Warnanya kemerahan dan diatasnya terlihat klitorisnya yang juga montok. Tri membuka kakinya, sehingga kemaluannya agak terkuak. Tri mendongakkan wajahku dengan tangannya.<br />
“Gimana Yang? Bagus nggak memek Mbak?”, tanyanya padaku.<br />
“Iya Mbak. Bagus banget. Tembem..”, jawabku tersendat, karena menahan nafsu dalam diriku.<br />
“Yayang mau cium memek Mbak?”, tanyanya.<br />
“Mau Mbak..”, jawabku.<br />
Aku tidak menunggu diperintah dua kali. Langsung kuserbu kemaluannya yang sangat indah itu. Tri menaikkan sebelah kakinya ke atas tempat tidur, sehingga lebih terbuka ruang bagiku untuk mencium keharuman kemaluannya.Mula-mula hidungku menyentuh kelembaban kemaluannya, dan kuhirup keharumannya. Kususupkan hidungku dalam jepitan daging kenikmatan kemaluan Tri.<br />
“Aaahh, Yayaang. Terusin Yang..”, erang Tri.<br />
Kukecup kemaluannya dengan penuh kelembutan. Dan perlahan lidahku terjulur untuk menjelajahi bibir kemaluannya. Kugerakkan lidahku perlahan-lahan kesekeliling kemaluannya. Tanganku meremas-remas pantatnya. Sesekali lidahku menyapu klitorisnya, dan kujepit klitorisnya dengan kedua bibirku.Tubuh Tri mengejang.<br />
“Aarrgghh.. Yayaanngg.. Ennaakk Yaanngg..”, erang Tri lagi.<br />
Kedua tangan Tri meremas rambutku sambil menekan kepalaku ke belahan pahanya. Wajahku terbenam di kemaluannya dan hampir tidak bisa bernafas.<br />
“Yaanngg.. Tunggu Yaang. Mbak nggak kuat berdiri Yang..”, rengeknya.<br />
Lalu Tri merebahkan tubuhnya di kasur sambil melepaskan kaos dan branya. Dia celentang di kasur. Aku berdiri dan ingin melepas baju dan celanaku.<br />
“Jangan Yang, kamu jangan buka baju dulu. Jilatin memek Mbak dulu Yang..”, pinta Tri. Lagi-lagi aku menurut.<br />
Tri kembali menekan kepalaku ke selangkangannya dankuteruskan kegiatan jilat-menjilatku di pesona kewanitaan Tri yang indah. Kumasukkan lidahku ke dalam liang kemaluannya, dan kuputar-putar di dalamnya. Tri menggelinjang kenikmatan. Rambutku sudah berantakan karena diremas-remas oleh Tri. Sekitar sepuluh menit kujilati kemaluan Tri dan memberinya kenikmatan surgawi. Akhirnya dia menjerit, tubuhnya mengejang dan tangannya menekan kepalaku dengan kuatnya.<br />
“Aaaaahh.. Yang. Mbak.. keluaarr Yaang”, rintihnya.Pantat dan pingulnya bergerak memutar dengan liar.<br />
“Sssshh.. ooohh.. Yaanggg.. Enak banget Yaanggg..”, lanjutnya penuh rasa puas.<br />
Kusedot seluruh cairan yang membanjir dari kemaluan Tri. Kurasakan becek sekali kemaluan Tri saat itu. Setelah berisitirahat kurang lebih sepuluh menit, Tri bangun dan mulai membuka pakaianku.<br />
“Sekarang giliran kamu Yang. Mbak mau puasin kamu..”, katanya.<br />
Setelah semua pakaianku lepas, Tri melihat penisku yang sedari tadi sudah keras. Tri menggenggam penisku dengan gemas dan mulai mengocoknya dengan lembut. Kemudian aku disuruhnya celentang, lalu dia mendekatkan kepalanya ke penisku. Dikecupinya kepala penisku, dan lidahnya mulai menjelajahi bagian atas penisku.<br />
Astaga, permainan lidahnya luar biasa sekali. Dalam sekejap aku dibuatnya melayang ke angkasa. Kenikmatan yang diberikan melalui lidah dan mulutnya, membuatku mendesah dan menggelepar tidak karuan. Dari bagian kepala, lalu ke batang penisku dan biji zakarku semua dijilatinya dengan penuh nafsu. Sesekali biji zakarku dimasukkan ke dalam mulutnya. Ujung lidahnya juga menyapu bahkan menusuk anusku. Kurasakan listrik yang menyengat ke sekujur tubuhku saat lidah Tri bermain-main di anusku. Sepuluh menit lamanya Tri menjilati dan mengemut penisku.<br />
Kemudian Tri merayap naik ke badanku, mengangkangiku, dan mengarahkan penisku pada liang kemaluannya. Perlahan dia menurunkan pantatnya. Kurasakan penisku mulai melakukan penetrasi ke dalam belahan kemaluannya yang sangat montok itu. Agak susah pada awalnya karena memang tembem sekali bibir kemaluan Tri. Setelah masuk semua, Tri mulai menaik- turunkan pantatnya.<br />
“Aauugghh, Mbak. Enak Mbak”, rintihku.<br />
“Iya Yang, Mbak juga.. Aduuhh. ‘punya’ kamu enak banget Yang..”, balasnya.<br />
Tri mulai melakukan putaran pinggulnya. Pantatnya tidak lagi turun naik, melainkan pinggulnya yang berputar. Ini benar-benar membuat sensasi yang luar biasa nikmatnya. Tri sangat pintar memutar pinggulnya. Aku mengimbangi gerakannya dengan menusuk-nusukkan penisku.<br />
“Yaangg. Kamu diem aja.. Biar Mbak aja yang muter..”, pintanya.<br />
Aku lagi-lagi menuruti kemauannya dan Tri semakin liar memutar pinggulnya. Tidak lama kemudian, Tri berhenti memutar-mutar pinggulnya, dan kurasakan kemaluannya menyedot penisku. Serasa dipilin oleh gumpalan daging yang hangat, kenyal dan kesat.Lalu Tri mengerang keras.<br />
“Yaangg.. Aaaacchh.. Mbak keluar lagi Yang..”, erangnya.<br />
Tri rebah di atas tubuhku, sementara kemaluannya terus menyedot penisku. Luar biasa sekali rasanya. Kemudian Tri memberi perintah agar aku berganti posisi di atas. Aku menurut, dan tanpa melepaskan penisku dari dalam kemaluannya kami berubah posisi.Sekarang aku berada di atas. Tri melingkarkan kakinya ke kakiku, sehingga aku tidak leluasa bergerak. Rupanya ini yang diinginkan oleh Tri, agar aku diam saja. Tri juga tidak menggerakkan pinggulnya, hanya kurasakan daging di dalam kamaluannya yang melakukan gerakan menyedot, memijit, memutar dan entah gerakan apa namanya. Yang pasti aku merasakan jepitan kemaluanTri yang sangat kuat namun enak sekali. Aku tidak dapat menggerakkan penisku di dalam,juga tidak dapat menarik penisku dari dalam kemaluannya. Tidak lama kurasakan kemaluan Tri menyedot penisku. Lalu perlahan Tri mulai memutar pinggulnya.<br />
Aku merasa seperti perahu yang berada di dalam lautan yang bergelora karena ada badai yang dahsyat. Dan semakin lama gelombang itu semakin kuat menggoncang perahu. Nafas kami sudah memburu, keringat sudah mengucur membasahi tubuh kami. Kurasakan kemaluan Tri mulai berdenyut lagi, bersamaan dengan aku mulai merasakan desakan lahar dalam diriku yang menuntut untuk keluar dari tubuhku. Putaran pinggul Tri semakin menggila.Aku membantu dengan menekan-nekankan pinggulku walaupun tidak terlalu bebas.<br />
“Oouuhh.. Yaangg.. Mbak nggak kuat lagi Yaangg..”, erang Tri.Aku juga sudah tidak bisa menahan lagi desakan dari dalam penisku.<br />
“Iya mbak.. aku juga.. Aarrgghh..”, rintihku.<br />
Aku tidak dapat meneruskan kata-kataku, karena saat itu muncratlah spermaku di dalam kemaluan Tri. Bersamaan dengan itu, Tri juga sudah mengejang sambil memelukku dengan kuatnya.<br />
“Ssshh.. ooouuhh.. Enak banget Yaangg..”, desah Tri yang masih menikmati orgasmenya.<br />
Kami merasakan nikmat yang tiada duanya saat spermaku bercampur dengan cairannya di dalam kemaluan Tri. Tri mencium bibirku, akupun membalasnya dengan penuh gairah. Dan.. kamipun terkulai tak berdaya. Aku terhempas di atas tubuh Tri. Nafas kami tinggal satu-satu. Seprai dan kasur Tri sudah acak-acakan sama sekali.<br />
“Yayaangg..”, Tri memanggilku dengan mesranya.<br />
“Iya mbak..”, jawabku dengan tidak kalah mesranya.<br />
“Kamu hebat deh Yang..”, kata Tri sambil mengecup bibirku dengan lembut.<br />
“Mbak juga hebat. Memek Mbak enak banget deh..”, kataku. Tri tersenyum mendengar pujianku.<br />
“Yayang suka sama memek Mbak?”, tanyanya.<br />
“Suka banget Mbak. Memek Mbak bisa nyedot gitu. Nanti boleh minta lagi ya Mbak?”, aku merayunya.<br />
“Pasti boleh Yang. Hari ini, memek Mbak emang khusus untuk Yayang kok..”,kata Tri.<br />
Dan malam itu, kami melakukannya sebanyak tiga kali, sampai kudengar adzan subuh dari mesjid terdekat. Lalu aku keluar dari rumah itu setelah melihat bahwa situasi aman, dan pulang ke rumahku.</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8950286056167737213.post-2263564808708355322011-07-29T02:40:00.000-07:002011-07-29T02:40:38.398-07:00diperkosa tanpa henti<div style="text-align: justify;">Cerita pemerkosaan ini diambil dari sebuah forum. Aksi keji yang dilakukan oleh beberapa pria mabuk yang tega memperkosa Rida si teller Bank.<br />
<br />
Rida adalah seorang gadis 20 tahunan yang bekerja di sebuah bank negeri di kota Bkl. Ia tinggal di rumah kos bersama seorang rekan wanitanya, Ita, yang juga bekerja di bank yang sama walaupun pada cabang yang berbeda. Ia memiliki tubuh yang kencang. Wajahnya cukup manis dengan bibir yang penuh, yang selalu dipoles dengan lipstik warna terang. Tentu saja sebagai seorang teller di bank penampilannya harus selalu dijaga. Ia selalu tampil manis dan harum.<br />
<br />
Suatu hari di sore hari Rida terkejut melihat kantornya telah gelap. Berarti pintu telah dikunci oleh Pak Warto dan Diman, satpam mereka. Dia tadi pergi ke WC terlebih dulu sebelum akan pulang. Mungkin mereka mengira ia sudah pulang. Baru saja ia akan menggedor pintu, biasanya para satpam duduk di pintu luar. Ada kabar para satpam di kantor bank tersebut akan diberhentikan karena pengurangan karyawan, Rida merasa kasihan tapi tak bisa berbuat apa-apa. Seingatnya ada kurang lebih 6 orang satpam disana. Berarti banyak juga korban PHK kali ini.<br />
<br />
“Mau kemana Rida?”, tiba-tiba seseorang menegurnya dari kegelapan meja teller.<br />
Rida terkejut, ada Warto dan Diman. Mereka menyeringai.<br />
“Eh Pak, kok sudah dikunci? Aku mau pulang dulu..”, Rida menyapa mereka berdua yang mendekatinya.<br />
“Rida, kami bakal diberhentikan besok..”, Warto berkata.<br />
“Iya Pak, aku juga nggak bisa apa apa..”, Rida menjawab.<br />
Di luar hujan mulai turun.<br />
“Kalau begitu.. kami minta kenang-kenangan saja Mbak”, tiba-tiba Diman yang lebih muda menjawab sambil menatapnya tajam.<br />
“I.., iya.., besok aku belikan kenang-kenangan..”, Rida menjawab.<br />
<br />
Tiba-tiba ia merasa gugup dan cemas. Warto mencekal lengan Rida. Sebelum Rida tersadar, kedua tangannya telah dicekal ke belakang oleh mereka.<br />
“Aah! Jangan Pak!”.<br />
Diman menarik blus warna ungu milik Rida. Gadis itu terkejut dan tersentak ketika kancing blusnya berhamburan. “Sekarang aja Rida. Kenang-kenangan untuk seumur hidup!”.<br />
Warto menyeringai melihat Diman merobek kaos dalam katun Rida yang berwarna putih berenda. Rida berusaha meronta. Namun tak berdaya, dadanya yang kencang yang terbungkus bra hitam berendanya mencuat keluar.<br />
“Jangannnn! Lepaskannn!”, Rida berusaha meronta.<br />
<br />
Hujan turun dengan derasnya. Diman sekarang berusaha menurunkan celana panjang ungu Rida. Kedua lelaki itu sudah sejak lama memperhatikan Rida. Gadis yang mereka tahu tubuhnya sangat kencang dan sintal. Diam-diam mereka sering mengintipnya ketika ke kamar mandi. Saat ini mereka sudah tak tahan lagi. Rida menyepak Diman dengan keras.<br />
“Eit, melawan juga si Mbak ini..”, Diman hanya menyeringai.<br />
Rida di seret ke meja Head Teller. Dengan sekali kibas semua peralatan di meja itu berhamburan bersih.<br />
“Aahh! Jangan Pak! Jangannn!”, Rida mulai menangis ketika ia ditelungkupkan di atas meja itu.<br />
Sementara kedua tangannya terus dicekal Warto, Diman sekarang lebih leluasa menurunkan celana panjang ungu Rida. Sepatunya terlepas.<br />
<br />
Diperlakukan seperti itu, Rida juga mulai merasa terangsang. Ia dapat merasakan angin dingin menerpa kulit pahanya. Menunjukkan celananya telah terlepas jatuh. Rida lemas. Hal ini menguntungkan kedua penyiksanya. Dengan mudah mereka menanggalkan blus dan celana panjang ungu Rida. Rida mengenakan setelan pakaian dalam berenda warna hitam yang mini dan sexy. Mulailah pemerkosaan itu. Pantat Rida yang kencang mulai ditepuk oleh Warto bertubi-tubi, “Plak! Plak!”.<br />
<br />
Tubuh Rida memang kencang menggairahkan. Payudaranya besar dan kencang. Seluruh tubuhnya pejal kenyal. Dalam keadaan menungging di meja seperti ini ia tampak sangat menggairahkan. Diman menjambak rambut Rida sehingga dapat melihat wajahnya. Bibirnya yang penuh berlipstik merah menyala membentuk huruf O. Matanya basah, air mata mengalir di pipinya.<br />
“Sret!”, Rida tersentak ketika celana dalamnya telah ditarik robek.<br />
Menyusul branya ditarik dengan kasar. Rida benar-benar merasa terhina. Ia dibiarkan hanya dengan mengenakan stocking sewarna dengan kulitnya. Sementara penis Warto yang besar dan keras mulai melesak di vaginanya.<br />
“Ouuhh! Adduhh..!”, Rida merintih.<br />
Seperti anjing, Warto mulai menyodok nyodok Rida dari belakang. Sementara tangannya meremas-remas dadanya yang kencang. Rida hanya mampu menangis tak berdaya.<br />
<br />
Tiba-tiba Diman mengangkat wajahnya, kemudian menyodorkan penisnya yang keras panjang. Memaksa Rida membuka mulutnya. Rida memegang pinggiran meja menahan rasa ngilu di selangkangannya sementara Diman memperkosa mulutnya. Meja itu berderit derit mengikuti sentakan-sentakan tubuh mereka. Warto mendesak dari belakang, Diman menyodok dari depan. Bibir Rida yang penuh itu terbuka lebar-lebar menampung kemaluan Diman yang terus keluar masuk di mulutnya. Tiba-tiba Warto mencabut kemaluannya dan menarik Rida.<br />
“Ampuunnn…, hentikan Pak..”, Rida menangis tersengal-sengal.<br />
Warto duduk di atas sofa tamu. Kemudian dengan dibantu Diman, Rida dinaikkan ke pangkuannya, berhadapan dengan pahanya yang terbuka.<br />
<br />
“Slebb!”, kemaluan Warto kembali masuk ke vagina Rida yang sudah basah.<br />
Rida menggelinjang ngilu, melenguh dan merintih. Warto kembali memeluk Rida sambil memaksa melumat bibirnya. Kemudian mulai mengaduk aduk vagina gadis itu. Rida masih tersengal-sengal melayani serangan mulut Warto ketika dirasakannya sesuatu yang keras dan basah memaksa masuk ke lubang anusnya yang sempit. Diman mulai memaksa menyodominya.<br />
“Nghhmmm..! Nghh! Jahannaammm…!”, Rida berusaha meronta, tapi tak berdaya.<br />
<br />
Warto terus melumat mulutnya. Sementara Diman memperkosa anusnya. Rida lemas tak berdaya sementara kedua lubang di tubuhnya disodok bergantian. Payudaranya diremas dari depan maupun belakang. Tubuhnya yang basah oleh peluh semakin membuat dirinya tampak erotis dan merangsang. Juga rintihannya. Tiba-tiba gerakan kedua pemerkosanya yang semakin cepat dan dalam mendadak berhenti. Rida ditelentangkan dengan tergesa kemudian Warto menyodokkan kemaluannya ke mulut gadis itu. Rida gelagapan ketika Warto mengocok mulutnya kemudian mendadak kepala Rida dipegang erat dan…<br />
“Crrrt! Crrrt!”, cairan sperma Warto muncrat ke dalam mulutnya, bertubi-tubi.<br />
Rida merasa akan muntah. Tapi Warto terus menekan hidung Rida hingga ia terpaksa menelan cairan kental itu. Warto terus memainkan batang kemaluannya di mulut Rida hingga bersih. Rida tersengal sengal berusaha menelan semua cairan lengket yang masih tersisa di langit-langit mulutnya.<br />
<br />
Mendadak Diman ikut memasukkan batang kemaluannya ke mulut Rida. Kembali mulut gadis itu diperkosa. Rida terlalu lemah untuk berontak. Ia pasrah hingga kembali cairan sperma mengisi mulutnya. Masuk ke tenggorokannya. Rida menangis sesengggukan. Diman memakai celana dalam Rida untuk membersihkan sisa spermanya.<br />
“Wah.. bener-bener kenangan indah, Yuk..”, ujar Warto sambil membuka pintu belakang.<br />
Tak lama kemudian 3 orang satpam lain masuk.<br />
“Ayo, sekarang giliran kalian!”, Rida terkejut melihat ke-3 satpam bertubuh kekar itu.<br />
Ia akan diperkosa bergiliran semalaman. Celakanya, ia sudah pamit dengan teman sekamarnya Ita, bahwa ia tak pulang malam ini karena harus ke rumah saudaranya hingga tentu tak akan ada yang mencarinya.<br />
<br />
Rida ditarik ke tengah lobby bank itu. Dikelilingi 6 orang lelaki kekar yang sudah membuka pakaiannya masing-masing hingga Rida dapat melihat batang kemaluan mereka yang telah mengeras.<br />
“Ayo Rida, kulum punyaku!”, Rida yang hanya mengenakan stocking itu dipaksa mengoral mereka bergiliran.<br />
Tubuhnya tiba-tiba di buat dalam keadaan seperti merangkak. Dan sesuatu yang keras mulai melesak paksa di lubang anusnya.<br />
“Akhh…, mmmhhh.., mhhh…”, Rida menangis tak berdaya.<br />
Sementara mulutnya dijejali batang kemaluan, anusnya disodok-sodok dengan kasar. Pinggulnya yang kencang dicengkeram.<br />
“Akkkghhh! Isep teruss…!, Ayooo”.<br />
Satpam yang tengah menyetubuhi mulutnya mengerang ketika cairan spermanya muncrat mengisi mulut Rida. Gadis itu gelagapan menelannya hingga habis. Kepalanya dipegangi dengan sangat erat. Dan lelaki lain langsung menyodokkan batang kemaluannya menggantikan rekannya. Rida dipaksa menelan sperma semua satpam itu bergiliran. Mereka juga bergiliran menyodomi dan memperkosa semua lubang di tubuh Rida bergiliran.<br />
<br />
Tubuh Rida yang sintal itu basah berbanjir peluh dan sperma. Stockingnya telah penuh noda-noda sperma kering. Akhirnya Rida ditelentangkan di sofa, kemudian para satpam itu bergiliran mengocok kemaluan mereka di wajahnya, sesekali mereka memasukkannya ke mulut Rida dan mengocoknya disana, hingga secara bergiliran sperma mereka muncrat di seluruh wajah Rida.<br />
<br />
Ketika telah selesai Rida telentang dan tersengal-sengal lemas. Tubuh dan wajahnya belepotan cairan sperma, keringat dan air matanya sendiri. Rida pingsan. Tapi para satpam itu ternyata belum puas.<br />
“Belum pagi nih”, ujar salah seorang dari satpam itu.<br />
“Iya, aku masih belum puas…”.<br />
Akhirnya muncul ide mereka yang lain.<br />
<br />
Tubuh telanjang Rida diikat erat. Kemudian mereka membawanya ke belakang kantornya. Bagian belakang bank itu memang masih sepi dan banyak semak belukar. Rida yang masih dalam keadaan lemas diletakkan begitu saja di sebuah pondok tua tempat para pemuda berkumpul saat malam. Hujan telah berhenti tetapi udara masih begitu dinginnya. Mulut Rida disumpal dengan celana dalamnya. Ketika malam semakin larut baru Rida tersadar. Ia tersentak menyadari tubuhnya masih dalam keadaan telanjang bulat dan terikat tak berdaya. Ia benar-benar merasa dilecehkan karena stockingnya masih terpasang.<br />
<br />
Tiba-tiba saja terdengar suara beberapa laki-laki. Dan mereka terkejut ketika masuk.<br />
“Wah! Ada hadiah nih!”, aroma alkohol kental keluar dari mulut mereka.<br />
Rida berusaha meronta ketika mereka mulai menggerayangi tubuh sintal telanjangnya. Tapi ia tak berdaya. Ada 8 orang yang datang. Mereka segera menyalakan lampu listrik yang remang-remang. Tubuh Rida mulai dijadikan bulan-bulanan. Rida hanya bisa menangis pasrah dan merintih tertahan.<br />
<br />
Ia ditunggingkan di atas lantai bambu kemudian para lelaki itu bergiliran memperkosanya. Semua lubang di tubuhnya secara bergiliran dan bersamaan disodok-sodok dengan sangat kasar. Kembali Rida bermandi sperma. Mereka menyemprotkannya di punggung, di pantat, dada dan wajahnya. Setiap kali akan pingsan, seseorang akan menampar wajahnya hingga ia kembali tersadar.<br />
“Ini kan teller di bank depan?”<br />
<br />
Mereka tertawa-tawa sambil terus memperkosa Rida dengan berbagai posisi. Rida yang masih terikat dan terbungkam hanya dapat pasrah menuruti perlakuan mereka. Cairan berwarna putih dan merah kekuningan mengalir dari lubang pantat dan vaginanya yang telah memerah akibat dipaksa menerima begitu banyak batang penis. Ketika seseorang sedang sibuk menyodominya, Rida tak tahan lagi dan akhirnya pingsan. Entah sudah berapa kali para pemabuk itu menyemprotkan sperma mereka ke seluruh tubuh Rida sebelum akhirnya meninggalkannya begitu saja setelah mereka puas.</div>Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-8950286056167737213.post-82610569746701787702011-07-27T18:02:00.000-07:002011-07-27T18:02:44.101-07:00cindy sang selingkuhanIndra pulang lebih awal berhubung dia dihubungi oleh kakaknya untuk segera pulang, misterius banget beritanya. Selama dalam perjalanan pulang hatinya galau dan cemas, apakah terbaca oleh kakaknya no hp si Budi di iklan kamar kost. Sesampainya Indra di rumah, terlihat muka masam kakak perempuannya,hm.. gawat.<br />
<br />
“Ada apa kak? Kok kelihatannya gawat?” Tanya Indra cemas, semoga saja bukan masalah Budi.<br />
“Tadi Vera menelpon, Papa kita sepertinya berselingkuh dengan salah satu pegawainya”<br />
Indra merasa lega (rumah kost maksiatnya masih bisa terus beroperasi), tetapi dia kebingungan mendengarnya, kok bisa sih bokapnya selingkuh dengan pegawainya, setahu dia sistem perekrutan pegawainya sama dengan konsep kakaknya, tidak boleh ada yg lebih cantik dari Nyokap dan Kakaknya, kalo lebih muda yah lumrah, lagian si Vera kakak perempuan sulungnya menjabat sebagai seketaris dan asisten Bokapnya, semua pegawai biasanya di sensor dulu olehnya, kok bisa kebobolan atau Bokapnya sekarang sudah rabun tua, jelek terlihat cantik di matanya?<br />
“Jadi si Vera nangkep basah Papa lagi berduaan sama selingkuhannya?” Indra bertanya sambil berusaha untuk tidak membayangkan Bokapnya yg sama kurusnya dengan dia tetapi lebih bungkuk badannya dan telah beruban sedang menggenjot cewek ceking , atau barangkali gembrot di kantornya.<br />
<br />
“Tidak, hanya saja Papa menyuruh Vera untuk memberikan bonus untuknya mobil yg lebih mewah dari standard bonus pegawai lain,” Kakak Indra mencak2,” Papa juga terlalu sering meeting dengan kliennya bersamanya tanpa melibatkan Vera, Mama juga curiga akan hal ini, Vera ingin kita menyelesaikan masalah ini, kasihan Mama,”<br />
“oh.. Gituh” Indra merasa dia harus ikut prihatin,” jadi rencana kalian gimana,”<br />
“Vera setuju dengan Papa bahwasannya prestasi Cindy ,pegawai genit itu memang bagus, dan berhubung kliennya dari Jakarta, maka sudah seharusnya dia mendapatkan mobil tersebut dan pindah ke Jakarta agar bisa lebih dekat dengan kliennya, hi..hi.. kita buka kantor khusus hanya untuk dia saja..jadi tidak menganggu moral kerja pegawai lain dan papa akan kesulitan menemuinya lagi..hi..hi.” Kakak Indra tertawa sinis mirip tokoh2 wanita jahat ala sinetron tv .<br />
“Papa setuju?” Indra bertanya,” Dan kenapa tidak dipecat saja daripada susah2 pindahin dia,”<br />
“Hm..rencananya sih begitu, tetapi klien yg dibawanya memberikan kontrak jumlah besar pada kita, dan menurut Vera pemilik perusahaan itu Ortu daripada Ipar Cindy, jadi kita tidak mau beresiko diputuskan kontrak, malah bisa2 Besan Cindy merasa kita membalas jasa baik Cindy bila dia kita pindahkan ke sini dan dapat kantor khusus untuknya…hi..hi..” Indra merinding mendengar tawa licik kakaknya.<br />
“wah.. hebatnya rencana kalian, berarti sudah beres donk ,” Indra sudah tak sabar ingin kembali ke rumah kostnya dan menggarap Desy,” jadi sudah bereskan , .. saya mau lanjutkan belajar bareng Budi”<br />
“Hei,.. jangan egois gituh,” kakak Indra menatap tajam,” Dia sudah diberangkatkan tadi siang oleh Vera, kamu jemput dia sekarang dan kamu carikan dia tempat tinggal sementara, cari saja hotel murahan sementara dulu, ntar besok kamu carikan rumah sewa sekalian yg bisa dijadikan kantor untuknya,”<br />
“Lho.. kok hotel?” Indra yg kesal karena tidak bisa balik ke rumah kost mereka menyela,” Bukankah kita sudah ada kandang buat orang jelek di sebelah rumah Ini,”<br />
Kakak Ipar Indra sedari tadi diam saja tiba2 saja memuncratkan kopi yg diminumnya saat mendengar perkataan terakhir Indra, kakak Indra melotot pada Indra lalu mendelik matanya pada suaminya yg tak sanggup menahan tawanya, terbahak2 dia dan menghindar berlari ke kamar mandi.<br />
“Kamu ,…huhh.. dasar anak durhaka… kamu tidak sayang Mama”Muka Kakak Indra merah padam menahan marah hingga mukanya yg tidak cantik menjadi jelek ( apa bedanya yah?)<br />
“Iyah…yah….Gue berangkat,.. “ Indra buru2 kabur meninggalkan kakaknya yg belum berhenti mengomel2 . Indra tidak peduli bahwa dia tadi lupa menanyakan manifest penerbangan Cindy pada kakaknya, segera berangkat ke airport, dia kesal banget karena tidak berkesempatan menggarap Desy gara2 Cindy, hm… yg ini gimana orangnya,.. Indra penasaran dengan selera Bokapnya, kalo wajahnya tebak Indra pasti dibawah kategori, cuman Bodynya saja yg bisa dinilai seperti kebanyakan pegawai lainnya. Sesampainya di Airport baru teringat olehnya data2 Cindy tidak ada, ogah dia menelpon kakaknya Indra lalu mengikuti jejak penjemput lainnya, dia menuliskan nama Cindy dan nama perusahaan Bokapnya di kertas dan bergabung dengan mereka di pintu keluar domestik. Saat Indra baru ingin berjongkok karena merasa akan lama di sana, dari kerumunan sekelompok orang melangkah keluar seorang wanita cantik, sepertinya baru saja diajak oleh orang2 itu foto bareng, artis kali yah Indra berpikir. Wanita itu berjalan kearah Indra yg tertegun karena sepertinya artis penyanyi kris Dayanti mendekatinya, Indra melihat2 ke kiri kanan dan belakangnya, takut ntar ke ge.er.. an, manatau aja ada cowok ganteng di belakangnya yg menjemput artis itu. Artis itu semakin mendekat ke Indra yg mulai berdebar2 gugup, lalu Artis itu berkata padanya dan menyodorkan tangannya bersalaman,<br />
“hai.. saya Cindy.. kamu pasti Indra putera tunggal pak Mulyono kan?”<br />
“hah..iii…iii..yyahh..?” gugup Indra menjawab dan mulutnya ternganga melongo memandangi sang Artis.<br />
“Ka..kamu Bu..bu..kan Kris dayanti?” Indra kebingungan bertanya.<br />
“hi.. hi.. kamu lucu Indra… saya Cindy, kalo mau dianggap kris dayanti juga boleh” Cindy tertawa.<br />
Indra yg masih takjub dengan penampilan Cindy lalu menyalaminya dan membantunya membawa kopernya yg gede, dia berjalan ke areal parkir diikuti oleh Cindy di belakangnya, sepanjang perjalanan mata semua orang menatap mereka. Sesampainya di mobil Indra lalu memasukkan koper Cindy dan Cindy membuka pintu penumpang depan, Indra masuk dan menghidupkan mobil, sambil terus melirik ke Cindy setiap kesempatan. Dalam hati Indra terus memikirkan bagaimana bisa Vera kebobolan memasukkan cewek secantik artis ini bekerja padanya,.. hm .. rupanya mata Bokapnya belum rabun,. Dia saja kalo ada kesempatan pasti habis digarapnya cewek secakep artis ini.<br />
“Kamu mirip dengan papa kamu yah, berarti dulu Pak Mulyono pasti seganteng kamu,” Cindy memecahkan keheningan dalam mobil, “ Kurusnya juga sama..hi..hi..”<br />
“eh..engg..ah masa sih gue ganteng?” Indra membusungkan dadanya bangga.<br />
“I..yah dong.. kamu sembunyikan saja sih.. dengan kacamata kamu , ntar.. kalo kita jalan2 bareng saya pilihkan kacamata yg cocok buat kamu,” Cindy menggoda Indra.<br />
“wah.. gue percaya saja sama Mbak Cindy, “ Hidung Indra kembang kempis dipuji Cindy, “mbak Cindy juga cantik,.. tadi saya Kira artis Kris Dayanti,”<br />
“Oh.. yah pantesan tadi banyak yg ngajak saya foto bareng..hi..hi.. rupanya saya dikira artis penyanyi” Cindy tertawa lepas sehingga payudanya yg ukurannyapun mirip sang artis berguncang, glek Indra menelan ludah melihatnya.<br />
Indra yg tak tahan penasaran akhirnya memberanikan diri menanyakan pada Cindy, bagaimana wanita secantik Cindy bisa nyasar ke perusahaan Bokapnya. Cindy yg mulanya diam sejenak lalu meminta Indra berjanji menjaga rahasiannya sebelum diceritakan, disanggupi oleh Indra. Cindy rupanya melakukan operasi plastik pada seluruh wajahnya, hidungnya dimancungkan dan pipinya sengaja di kempotkan sehingga lesungnya jelas terlihat dan melakukan liposucktion di beberapa bagian tubuhnya sehingga mendapatkan bentuknya yg aduhai seperti sekarang ini, Dia sengaja memesan dokter bedah plastik tersebut untuk membuatnya semirip mungkin dengan artis penyanyi idolanya.Dalam hati Indra menertawakan kakaknya yg kebobolan,.. tak pernah terpikirkan oleh mereka kemajuan zaman yg bisa mengubah wajah seseorang dari jelek menjadi cantik, seharusnya mereka juga ikutan dioperasi plastik..he..he.. biar perusahaan Bokapnya bisa lebih bersinar daripada sekarang yg lebih mirip LPT (Lembaga Perawan Tua) saking banyaknya pegawai jelek yg pada jomblo.<br />
“Aku mau dibawa kemana nih Indra?” Tanya Cindy kemudian.<br />
“eng… Tadi dipesan kakak gue tuk bawain kamu ke hotel duluan…, ntar besok baru nyari Ruko untuk kamu jadiin rumah dinas dan kantor kamu,” gelagapan Indra menjawab saat dia lihat Cindy merengut sewaktu dia bilang hotel.<br />
“Huh kakak kamu ituh, cemburuan banget,” Cindy merengut,” Saya tidak suka ke hotel, masa saya di tinggal seorang diri di sana , sayakan takut, Indra temenin saya yah,”<br />
Glek,.. tentu saja Indra mau, tetapi yg keluar dari mulutnya,” Bisa mencak2 Sella kakak saya kalo gue gak pulang malam ini, apalagi kalo tahu gue nginap bareng kamu,”<br />
“hi..hi.. kamu takut yah sama kakak kamu, lebih berani Papa kamu donk kalo gituh,”tantang Cindy.<br />
“Lho.. jadi beneran kamu memang selingkuh sama Papaku?” Indra kaget.<br />
“lha..iyalah.. perawan saya Papamu yg renggut,” Cindy sengaja mencemberutkan wajahnya, padahal dalam pikirannya terbayang nikmat saat bersetubuh dengan Papa Indra.<br />
“waduh, nekat juga yah Papa gue,” Indra nyegir, dalam otaknya yg sudah ngeres membayangkan nikmatnya melahap Selingkuhan bokapnya seperti cerita stensilan yg sering dia baca semasa kecil.<br />
“Hm.. bagus kagak permainan Papa gue?” Indra mulai memancing.Cindy kaget melihat senyum nakal Indra menggodanya lalu membalas,<br />
“Mantep dong, punya Papamu anunya panjang,”<br />
“Oh yah,.. hm.. masak sih,.. tapi biasanya orang bilang buah jatuh tidak jauh dari pohon lho,” Indra tertawa makin ngeres otaknya setelah melihat sepertinya Cindy juga mulai terbawa suasana.( suasana saling pengen lahap-melahap gituh)<br />
“Hm,.. kalo tidak Nampak mana terbukti,” Cindy melirik ke selangkangan Indra,” Makanya elu nginap saja malam ini bareng gue dan buktikan donk..hi..hi..”<br />
“wah..wah..nantang gue nih,” Indra semakin bingung , Dia sebenarnya sudah pengen menikmati Cindy tetapi kalo tidak pulang malam ini Sella kakaknya pasti curiga dan bisa ngadu sama nyokapnya. Indra diam dan berpikir, terbesit diotaknya ide untuk membawa Cindy ke rumah kostnya, lha di sana dia kan ada yg nemani, dan dia bisa pulang sehabis menggarap Cindy..hm.. ide bagus menurutnya.<br />
“Kalo gitu, gimana kalo saya bawa kamu ke rumah kost saja, disana sedikit rame, jadi kamu tidak perlu takut,” Indra lalu lanjut berkata,” di sana ramah2 penghuninya, yg punya temen karib gue, kamarnya bersih dan mewah kok, ada acnya lagi tiap kamar,gimana mau?”<br />
“kamu ikut nginapkan?” Cindy bertanya dengan suara manja.<br />
“Eng.. saya temani sampe malam saja yah,..toh ntar gue kenalin sama mereka,.. jadi kamu kan ada yg nemani gituh,.. pokoknya gue atur deh kamu jangan sampe kecewa malam ini,” Indra keluarkan jurus wajah penuh perhatian dan pengertian palsunya.<br />
“janji yah..Indra,” Cindy tersenyum tanda setuju. Sepanjang perjalanan ke rumah kost Indra mereka ngobrol dan tentunya makin lama makin ngeres arah obrolannya membuat Cindy makin berani mengelus2 Indra dan merebahkan dirinya pada Indra, layaknya sepasang kekasih. Saat Indra membawa Cindy ke dalam rumah yg berteriak paling keras kaget adalah si Desy, sama seperti yg lainnya dia mengira Indra membawa pulang kris Dayanti. Indra mengenalkan Cindy pada Desy, Ayu dan Budi. Mereka sebenarnya mau ngobrol dengan Cindy, tetapi Indra lalu membawa masuk Cindy ke kamar yg masih kosong dengan beralasan pada mereka Cindy lelah, padahal dia sudah tak sabar ingin melahapnya. Begitu pintu tertutup, Indra langsung meletakkan kopernya dan langsung memeluk Cindy dan menciumnya, dan dibalas oleh Cindy penuh nafsu. Budi menggigit bibir bawah Cindy dan memainkan lidahnya dalam mulutnya, saat lidah Cindy membalas masuk dalam mulut Indra langsung menyedot dan menggigit halus, hm.. Cindy merasakan nikmatnya permainan bibir Indra, 1-0 untuknya dibanding Bokapnya. Tangan Cindy lalu mulai membuka kancing baju Indra, tetapi Indra lalu menyambung membuka sendiri dan celananya cepat, Cindy juga menelanjangi dirinya. Mereka lalu merebahkan diri ke atas ranjang baru yg belum dilapisi sprei oleh Ayu. Indra bergerak meremas lembut payudara Cindy dan memainkan lidahnya pada puting Cindy, dijilatinya, lalu di gigit lembut, dan diemut2. Hm… Cindy mendesah kuat, 2-0 untuk Indra, permainan lidahnya Indra nikmat sekali, Cindy yg hanya pernah bersetubuh dengan Bokap Indra merasakan awalnya saja sudah sangat nikmat bersama Indra gimana selanjutnya, dia mendesah terangsang hebat. Indra bergerak turun dan memainkan lidahnya pada kelentit vagina Cindy, lalu bibir vaginanya dan lubang duburnya berganti2an. Indra lalu memasukkan jarinya kedalam lubang Vagina Cindy, tangannya mengobel dan mengelus2 dinding dalam vagina Cindy, yg membuatnya mendesah makin Kuat dan mengelinjang. Cindy takjub dengan permainan oral Indra yg baru dia rasakan, seumur dia tak pernah merasakan sensasi yg begitu nikmat, hm..gila.. tak mungkin lagi ngasi angka, Indra menang mutlak dibanding Bokapnya, Cindy memejamkan matanya menikmati. Saat Indra berhenti Cindy yg masih memejamkan mata merasakan nikmat dengan mulutnya yg memang lagi menganga merasa ada sesuatu yg memasukinya, dia terbelalak saat melihat yg masuk dalam mulutnya Zakar panjang Indra. Hm.. permainan apa pula sekarang Indra lakukan, Cindy lalu merasakan hangat dan denyutan zakar Indra dalam mulutnya, ditambah sodokan Indra sehingga kepala zakar Indra menabrak2 dining tenggorokannya, hm..nikmat juga permainan ini,<br />
“hm.. hm..” Cindy mendesah dengan zakar Indra dalam mulutnya, dimainkan lidahnya pada zakar Indra sehingga dia semakin merasakan denyutan zakar Indra. Sesaat kemudian Indra mencabut zakarnya dan menyuruhnya nungging, Cindy turuti dan dia rasakan zakar Indra memasuki lubang vaginanya,.. hm.. nikmat sekali dan terasa olehnya dinding lubang vaginanya merasakan hangat dan denyutan zakar Indra hingga terasa dalam sekali, lebih dalam nikmatnya daripada zakar Bokapnya.<br />
“oh….ah..ah…arghh” Cindy mendesah kuat menikmati zakar Indra yg sekarang bergerak maju mundur dalam vaginanya, perlahan dan kemudian makin cepat, Cindy juga makin mempercepat desahannya ..oh..nikmat sekali dia rasakan saat itu.<br />
Sayup2 suara desahan dan erangan Indra dan Cindy terdengar sampai ruang keluarga yg senyap karena Desy sepertinya sudah kecapekan membual, Budi mengajak mereka tidur, Ayu bingung,<br />
“Mas Budi ngajak Ayu atau mbak Desy?” tanya Ayu.<br />
“Maunya aku yah kalian berdua “ jawab Budi yg berusaha mengelak cubitan Desy,<br />
“iih.. maunya… hi..hi.?” Desy tertawa.<br />
Budi lalu merangkul Ayu dan menggandeng Desy berjalan ke kamarnya. Budi yg terbiasa tidur hanya berkolor ria membuka baju dan celananya, Ayu yg tidak tahu mengenai itu mengira Budi bersiap2 untuk bertarung, Ayu lalu menelanjangi dirinya sendiri dan naik ke atas ranjang dan tangannya lalu menyusup masuk kolor dan meremas2 zakar Budi. Desy terkejut melihat Ayu yg begitu agresif, tidak mau kalah lalu ikut bertelanjang ria, ah.. masak gue kalah sama cewek udik, Desy berkata dalam hati. Desy lalu naik ke ranjang dan mencium puting Budi dan memainkan lidahnya pada putingnya. Budi yg awalnya kaget dengan tindakan kedua cewek tersebut tidak jadi menolak, dia lalu menikmati permainan kedua cewek tersebut apalagi saat Ayu memasukkan zakarnya ke dalam mulutnya dan menghisap serta memainkan lidahnya pada kepala zakarnya langsung merem melek kenikmatan. Desy lalu mencium Budi penuh nafsu dan mengarahkan tangan Budi ke vaginanya, Budi lalu mengelus dan memasukkan jarinya ke lubang vagina Desy dan menggerakan jarinya maju mundur cepat membuat Desy mendesah menikmatinya. Tangan Budi lalu meremas2 payudaranya dan memainkan jarinya pada puting Desy, sesekali Budi memindahkan tangannya mengobel2 lubang vagina Ayu yg telah bergeser ke arahnya.<br />
Ayu yg melihat zakar Budi telah mengeras lalu cepat2 berganti posisi menaiki tubuh Budi dan memasukkan zakar budi dalam Lubang Vaginanya , dia takut terserobot Desy. Ayu lalu mendesah dan menggerakkan pinggulnya maju mundur dan memutar mencari posisi yg dia rasa paling mantap menikmati zakar Budi. Desy yg kheki melihat gerak cepat Ayu lalu menaiki tubuh Budi juga dan mengarahkan Vaginanya ke wajah Budi, dia rasakan ciuman dan jilatan lidah Budi pada kelentit dan bibir vaginanya,..hm.. nikmat sekali , dia lalu meraih tangan budi dan menuntunnya meremas payudaranya. Ayu yg memandangi punggung Desy mengeliat nikmat tidak mau kalah meraih tangan Budi yg lain dan meletakkannya pada payudarnya, oh.. ah.. sengaja dia mendesah kuat saat tangan Budi meremas payudaranya dan memainkan putingnya. Desy tidak mau kalah, dia juga ikut mendesah makin kuat sehingga suara desahan mereka memenuhi kamar,<br />
“oh.. ah.. ah…arh…..oh..”<br />
Desy yg tidak mau terserobot lagi membalikkan tubuhnya dan kali ini pantat montoknya yg menghadap ke wajah Budi, Desy kembali mendesah saat Budi kembali memainkan lidahnya, kali ini dia rasakan geli2 nikmat lidah Budi bergerak menjilati dari bibir anusnya hingga kelentitnya. Desy sekarang menatap ke arah wajah cantik Ayu, dia melihat hidung mancung Ayu dan bibir mungilnya ternganga mendesah menikmati zakar Budi, hm..emang manis wajah pembokat ini, tanpa sadar Desy yg sudah terangsang lalu gemas memeluk Ayu dan mencium bibirnya, Ayu kaget tetapi dia tidak menolak saat merasakan sensasi nikmat ciuman Desy,hm.. sama nikmatnya dengan ciuman kedua jurangan mudanya, Ayu lalu membalas ciuman Desy. Kedua tangan Ayu lalu bergerak meremas buah payudara Desy, lalu satu tangan turun dan mengelus2 vagina Desy, Budi heran karena tiba2 saja Desy menjauhkan vaginanya dari wajahnya, dia lalu melihat kedua cewek tersebut berciuman dan saling meremas payudara masing2 diatas tubuhnya, Budi kaget, tetapi dia menikamati pemandangan di depannya, kedua tangannya lalu menopang kepalanya agar bisa melihat dengan nyaman. Tangan Desy mengelus2 atasan vagina Ayu dan memainkan jarinya pada kelentit Ayu, sementara jari Ayu mengobel2 lubang vagina Desy. Tangan Budi lalu bergerak mengelus2 punggung Desy lalu bergerak memutar ke depan dan meremas2 payudara Desy. Ayu melepaskan Ciuman Desy dan mendesah makin kuat dan makin cepat menggoyang pinggulnya, lalu dia memekik merasakan dahsyat nikmat orgasmenya, Ayu merebahkan dirinya ke samping Budi dan memeluk Budi dan tangannya mengelus2 dada Budi dan sesekali dia mencium dan memainkan lidahnya pada puting Budi. Desy lalu mengantikan posisi Ayu, sekarang dia menghadap ke Budi dan mulai menggoyangkan pinggulnya dengan zakar Budi dalam lubang vaginanya. Desahannya cepat mengikuti goyangan pinggulnya. Tangan Budi lalu meraih payudara besar Desy yg juga berguncang cepat mengikuti gerakan pinggulnya, diremas2nya payudara Desy. Sesaat kemudian Desy memekik nikmat, dia lalu naik dan melihat mengambil kolor Budi lalu melap zakar Budi kemudian dia mulai melakukan oral pada zakar Budi dengan tangannya dia mengocok2 zakar Budi. Ayu tidak mau ketinggalan lalu ikut mengerumuni zakar Budi, berganti2 an Ayu dan Desy saling menjilati zakar Budi membuat Budi mengerang nikmat, saat erangan Budi makin kuat, Desy yg tahu Budi hampir mencapai klimaksnya lalu mendorong Ayu dan merebut zakar Budi dan memasukkannnya ke dalam mulut. Desy langsung menyedot kuat saat dia rasakan semburan sperma Budi dalam mulutnya, Budi langsung melolong kuat kenikmatan. Begitu selesai Ayu dan Desy tertawa terbahak2 mengenang aksi mereka barusan, Budi tersenyum senang. Mereka lalu tertidur seranjang dalam kamar master room.<br />
Sementara di kamar yg lain Cindy yang memekik merasakan nikmatnya orgasme dengan zakar Indra dalam vaginanya dengan kedua tangan Indra yg meremas2 payudaranya, hm.. nikmat sekali dia rasakan, sepertinya dua kali lebih nikmat dibandingkan dia orgasme saat masturbasi, sedangkan dengan Bokap Indra, dia tidak pernah orgasme, bokap Indra terlalu cepat nembak,sedangkan anaknya,.. wow.. masih belum nembak. Dia lalu makin mempercepat gerakan pinggulnya agar Indra segera nembak. Indra akhirnya menembakkan spermanya dengan posisi Cindy diatasnya, sepanjang permainan mereka terus berganti2 gaya, Indra sengaja melakukan banyak gaya tersebut untuk memamerkan bahwa dia lebih jago memuaskan cewek dibanding Bokapnya.<br />
“oh..ah..arghh..” Budi mengerang nikmat saat dia menembakkan spermanya, sementara Cindy memelankan goyangannya lalu berhenti dan memeluk Indra dan berusaha membujuk Indra agar tidak pulang malam itu, dia masih ingin orgasme lagi bareng Indra sekali lagi. Indra yg sudah melampiskan Birahinya pada Cindy malam itu, sedangkan siang sebelumnya pada Ayu mampu mengontrol dirinya, tidak terpengaruh dengan suara manja Cindy, dia janji besok sepagi mungkin dia datang dan memberikan orgasme kepada Cindy terlebih dahulu sebelum kuliah. Indra meninggalkan Cindy saat jam menunjukkan pukul sebelas malam, sepanjang perjalanan pulang Indra merancang skenario untuk kakaknya agar dia tidak curiga saat dia pulang begitu larut malam.Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-8950286056167737213.post-61504969323498500102011-07-27T13:35:00.000-07:002011-07-27T13:37:15.127-07:00wanita kost<div style="text-align: justify;">Kamarku berada di pojok dekat gudang, lalu di samping gudang ada halaman kecil kira-kira 30 meter persegi, tempat terbuka dan tempat untuk menjemur pakaian. Tanah ibu kostku in cukup luas, kira-kira hampir 50 X 100 m. Ada banyak pohon di samping rumah, di samping belakang juga. Di depan kamarku ada pohon mangga besar yang cukup rindang.<br />
<br />
Rasanya nasib baik berpihak padaku. Sejak saat itu, kalau aku berpapasan dengan Sari atau berbicara, aku dapat menangkap gejolak nafsu di dadanya juga. Kami makin akrab. Ketika kami berbelanja kebutuhan Puasa di supermarket, kukatakan terus terang saja kalau aku sangat menginginkannya. Sari diam saja dan memerah lagi, dapat kulihat walau tertunduk.<br />
<br />
Aku mengajaknya menikmati malam Minggu tengah malam kalau dia mau. Aku akan menunggu di halaman dekat kamarku, kebetulan semua teman-teman kostku pulang kampung. Yang satu ke Solo, istrinya di sana, tiap Sabtu pasti pulang. Yang satunya pulang ke Temanggung, persiapan Puasa di rumah.<br />
<br />
Aku harus siapkan semuanya. Kusiapkan tempat tidurku dengan sprei baru dan sarung bantal baru. Aku mulai menata halaman samping, tapi tidak begitu ketahuan. Ahh, aku ingin menikmati tubuh Sari di halaman, di meja, di rumput dan di kamarku ini. Betapa menggairahkan, seolah aku sudah mendapat jawaban pasti.<br />
<br />
Sabtu malam, malam semakin larut. Aku tidur seperti biasanya. Juga semua keluarga ibu kost. Aku memang sudah nekat kalau seandainya ketahuan. Aku sudah tutupi dengan beberapa pakaian yang sengaja kucuci Sabtu sore dan kuletakkan di depan kamarku sebagai penghalang pandangan. Tidak lupa, aku sudah menelan beberapa obat kuat/perangsang seperti yang diiklankan.<br />
<br />
Tengah malam hampir jam setengah satu aku keluar. Tidak kulihat Sari mau menanggapi. Kamarnya tetap saja gelap. Seperti biasa, aku mulai melepasi bajuku sampai telanjang, tangan kiriku memegangi tiang jemuran dan tangan kananku mengocok penisku. Sambil kusebut nama Sari, kupejamkan mataku, kubayangkan sedang menikmati tubuh Sari. Sungguh mujur aku waktu itu. Di tengah imajinasiku, dengan tidak kuketahui kedatangannya, Sari telah ada di belakangku.<br />
<br />
Tanpa malu dan sungkan dipeluknya aku, sementara tanganku masih terus mengocok penisku. Diciuminya punggungku, sesekali digigitnya, lalu tangannya meraih penisku yang menegang kuat.<br />
“Sari.. Sari.. achh.. achh.. nikmatnya..!” desahku menikmati sensasi di sekujur penisku dan tubuhku yang terangkat tergelincang karena kocokan tangan Sari.<br />
“Uhh.. achh.. Sari, Sari.. ohhh.. aku mau keluar.. ohh..” desahku lagi sambil tetap berdiri.<br />
<br />
Kemudian kulihat Sari bergerak ke depanku dan berlutut, lalu dimasukkannya penisku ke mulutnya.<br />
“Oohhh Sari… Uhh Sariii.., Saarrii… Nikmat sekali..!” desahku ketika mulutnya mengulumi penisku kuat-kuat.<br />
Akhirnya aku tidak dapat menahannya lagi, crott.. crot.. crot.., spemaku memenuhi mulut Sari, membasai penisku dan ditelannya. Ahh anak ini sudah punya pengalaman rupanya, pikirku.<br />
<br />
Lalu Sari berdiri dengan mulut yang masih menyisakan spermaku, aku memeluknya dan menciuminya. Ahh.., kesampaian benar cita-citaku menikmati tubuhnya yang putih, lembut, sintal dan buah dadanya yang menantang.<br />
<br />
Kulumati bibirnya, kusapu wajahnya dengan mulutku. Kulihat dia memakai daster yang cukup tipis. BH dan celana dalamnya kelihatan menerawang jelas. Sambil terus kuciumi Sari, tanganku berkeliaran merayapi punggung, dada dan pantatnya. Ahh.. aku ingin menyetubuhi dari belakang karena sepertinya pantatnya sangat bagus. Aku segera melepaskan tali telami dasternya di atas pundak, kubiarkan jatuh di rumput.<br />
<br />
Ahh.., betapa manis pemandangan yang kulihat. Tubuh sintal Sari yang hanya dibalut dengan BH dan celana dalam. Wahhh.., membuat penisku mengeras lagi. Kulumati lagi bibirnya, aku menelusuri lehernya.<br />
“Ehh.., ehhh..!” desis Sari menikmati cumbuanku.<br />
“Ehh.., ehhh..!” sesekali dengan nada agak tinggi ketika tanganku menggapai daerah-daerah sensitifnya.<br />
<br />
Kemudian kepalanya mendongak dan buah dadanya kuciumi dari atas. O my God, betapa masih padat dan montok buah dada anak ini. Aku mau menikmatinya dan membuatnya mendesis-desis malam ini. Tanganku yang nakal segera saja melepas kancing BH-nya, kubuang melewati jendela kamarku, entah jatuh di mana, mungkin di meja atau di mana, aku tidak tahu. Uhhh.., aku segera memandangi buah dada yang indah dan montok ini. Wah luar biasa, kuputari kedua bukitnya. Aku tetap berdiri. bergantian kukulumi puting susunya. Ahh.., menggairahkan.<br />
<br />
Terkadang dia mendesis, terlebih kalau tangan kananku atau kiriku juga bermain di putingnya, sementara mulutku menguluminya juga. Tubuhnya melonjak-lonjak, sehingga pelukan tangan kanan atau kiriku seolah mau lepas. Sari menegang, menggelinjang-gelinjang dalam pelukanku. Lalu aku kembali ke atas, kutelusuri lehernya dan mulutku berdiam di sana. Tanganku sekarang meraih celana dalamnya, kutarik ke bawah dan kubantu melepas dari kakinya. Jadilah kami berdua telanjang bulat.<br />
<br />
Kutangkap kedua tangan Sari dan kuajak menjauh sepanjang tangan, kami berpandangan penuh nafsu di awal bulan ini. Kami sama-sama melihat dan menjelajahi dengan mata tubuh kami masing-masing dan kami sudah saling lupa jarak usia di antara kami. Penisku menempel lagi di tubuhnya, enak rasanya. Aku memutar tubuhnya, kusandarkan di dadaku dan tangannya memeluk leherku.<br />
<br />
Kemudian kuremasi buah dadanya dengan tangan kiriku, tangan kananku menjangkau vaginanya. Kulihat taman kecil dengan rumput hitam cukup lebat di sana, lalu kuraba, kucoba sibakkan sedikit selakangannya. Sari tergelincang dan menggeliat-geliat ketika tanganku berhasil menjangkau klitorisnya. Seolah dia berputar pada leherku, mulutnya kubiarkan menganga menikmati sentuhan di klitorisnya sampai terasa semakin basah.<br />
<br />
Kubimbing Sari mendekati meja kecil yang kusiapkan di samping gudang. Kusuruh dia membungkuk. Dari belakang, kuremasi kedua buah dadanya. Kulepas dan kuciumi punggungnya hingga turun ke pantatnya. Selangkangannya semakin membuka saja seiring rabaanku.<br />
<br />
Setelah itu aku turun ke bawah selakangannya, dan dengan penuh nafsu kujilati vaginanya. Mulutku menjangkau lagi daerah sensitif di vaginanya sampai hampir-hampir kepalaku terjepit.<br />
“Oohh.., ehh.., aku nggak tahan lagi.., masukkan..!” pintanya.<br />
<br />
Malam itu, pembaca dapat bayangkan, aku akhirnya dapat memasukkan penisku dari belakang. Kumasukkan penisku sampai terisi penuh liang senggamanya. Saat penetrasi pertama aku terdiam sebelum kemudian kugenjot dan menikmati sensasi orgasme. Aku tidak perduli apakah ada yang mendengarkan desahan kami berdua di halaman belakang. Aku hanya terus menyodok dan menggenjot sampai kami berdua terpuaskan dalam gairah kami masing-masing.<br />
<br />
Aku berhasil memuntahkan spermaku ke vaginanya, sementara aku mendapatkan sensasi jepitan vagina yang hebat ketika datang orgasmenya. Aku dibuatnya puas dengan kenyataan imajinasiku malam Minggu itu. Sabtu malam atau minggu dini hari yang benar-benar hebat. Aku bersenggama dengan Sari dalam bebrapa posisi. Terakhir, sebelum posisi konvensioal, aku melakukan lagi posisi 69 di tempat tidur.<br />
<br />
Ahh Sari, dia berada dalam pelukanku sampai Minggu pagi jam 8 dan masih tertidur di kamarku. Aku bangun duluan dan agak sedikit kesiangan. Ketika melihat ke luar kamar, ohh tidak ada apa-apa. Kulihat kedua cucu ibu kostku sedang bermain di halaman. Mereka tidak mengetahui di tempat mereka bermain itu telah menjadi bagian sejarah seks hidupku dan Sari.</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8950286056167737213.post-53920436889833450982011-07-27T13:27:00.000-07:002011-07-27T13:37:35.161-07:00dosen ku mengajarkan ku ..<div style="text-align: justify;">Cerita Dewasa Seks ini terjadi saat aku waktu masih kuliah. Cerita Sex yang coba ingin aku bagi kepada kawan-kawan semua adalah pengalaman cerita dewasa dan cerita sex ku dengan dosen kuliahku. Ia mengajar mata kuliah bahasa inggris. Sejalan dengan waktu, kini aku bisa kuliah di universitas keinginanku. Namaku Jack, sekarang aku tinggal di Yogyakarta dengan fasilitas yang sangat baik sekali. Kupikir aku cukup beruntung bisa bekerja sambil kuliah sehingga aku mempunyai penghasilan tinggi.<br />
<br />
Berawal dari reuni SMA-ku di Jakarta. Setelah itu aku bertemu dengan dosen bahasa inggrisku, kami ngobrol dengan akrabnya. Ternyata Ibu Shinta masih segar bugar dan amat menggairahkan. Penampilannya amat menakjubkan, memakai rok mini yang ketat, kaos top tank sehingga lekuk tubuhnya nampak begitu jelas. Jelas saja dia masih muda sebab sewaktu aku SMA dulu dia adalah guru termuda yang mengajar di sekolah kami. Sekolahku itu cuma terdiri dari dua kelas, kebanyakan siswanya adalah wanita. Cukup lama aku ngobrol dengan Ibu Shinta, kami rupanya tidak sadar waktu berjalan dengan cepat sehingga para undangan harus pulang. Lalu kami pun berjalan munuju ke pintu gerbang sambil menyusuri ruang kelas tempatku belajar waktu SMA dulu.<br />
<br />
Tiba-tiba Ibu Shinta teringat bahwa tasnya tertinggal di dalam kelas sehinga kami terpaksa kembali ke kelas. Waktu itu kira-kira hampir jam dua belas malam, tinggal kami berdua. Lampu-lampu di tengah lapangan saja yang tersisa. Sesampainya di kelas, Ibu Shinta pun mengambil tasnya kemudian aku teringat akan masa lalu bagaimana rasanya di kelas bersama dengan teman-teman. Lamunanku buyar ketika Ibu Shinta memanggilku.<br />
<br />
“Kenapa Jack”<br />
“Ah.. tidak apa-apa”, jawabku. (sebetulnya suasana hening dan amat merinding itu membuat hasratku bergejolak apalagi ada Ibu Shinta di sampingku, membuat jantungku selalu berdebar-debar).<br />
“Ayo Jack kita pulang, nanti Ibu kehabisan angkutan”, kata Ibu Shinta.<br />
“Sebaiknya Ibu saya antar saja dengan mobil saya”, jawabku dengan ragu-ragu.<br />
“Terima kasih Jack”.<br />
<br />
Tanpa sengaja aku mengutarakan isi hatiku kepada Ibu Shinta bahwa aku suka kepadanya, “Oh my God what i’m doing”, dalam hatiku. Ternyata keadaan berkata lain, Ibu Shinta terdiam saja dan langsung keluar dari ruang kelas. Aku panik dan berusaha minta maaf. Ibu Shinta ternyata sudah cerai dengan suaminya yang bule itu, katanya suaminya pulang ke negaranya. Aku tertegun dengan pernyataan Ibu Shinta. Kami berhenti sejenak di depan kantornya lalu Ibu Shinta mengeluarkan kunci dan masuk ke kantornya, kupikir untuk apa masuk ke dalam kantornya malam-malam begini. Aku semakin penasaran lalu masuk dan bermaksud mengajaknya pulang tapi Ibu Shinta menolak. Aku merasa tidak enak lalu menunggunya, kurangkul pundak Ibu Shinta, dengan cepat Ibu Shinta hendak menolak tetapi ada kejadian yang tak terduga, Ibu Shinta menciumku dan aku pun membalasnya.<br />
<br />
Ohh.., alangkah senangnya aku ini, lalu dengan cepat aku menciumnya dengan segala kegairahanku yang terpendam. Ternyata Ibu Shinta tak mau kalah, ia menciumku dengan hasrat yang sangat besar mengharapkan kehangatan dari seorang pria. Dengan sengaja aku menyusuri dadanya yang besar, Ibu Shinta terengah sehingga ciuman kami bertambah panas kemudian terjadi pergumulan yang sangat seru. Ibu Shinta memainkan tangannya ke arah batang kemaluanku sehingga aku sangat terangsang. Lalu aku meminta Ibu Shinta membuka bajunya, satu persatu kancing bajunya dibukanya dengan lembut, kutatap dengan penuh hasrat. Ternyata dugaanku salah, dadanya yang kusangka kecil ternyata amat besar dan indah, BH-nya berwarna hitam berenda yang modelnya amat seksi.<br />
<br />
Karena tidak sabar maka kucium lehernya dan kini Ibu Shinta setengah telanjang, aku tidak mau langsung menelanjanginya, sehingga perlahan-lahan kunikmati keindahan tubuhnya. Aku pun membuka baju sehingga badanku yang tegap dan atletis membangkitkan gairah Ibu Shinta, “Jack kukira Ibu mau bercinta denganmu sekarang.., Jack, tutup pintunya dulu dong”, bisiknya dengan suara agak bergetar, mungkin menahan birahinya yang juga mulai naik<br />
<br />
Tanpa disuruh dua kali, secepat kilat aku segera menutup pintu depan. Tentu agar keadaan aman dan terkendali. Setelah itu aku kembali ke Ibu Shinta. Kini aku jongkok di depannya. Menyibak rok mininya dan merenggangkan kedua kakinya. Wuih, betapa mulus kedua pahanya. Pangkalnya tampak menggunduk dibungkus celana dalam warna hitam yang amat minim. Sambil mencium pahanya tanganku menelusup di pangkal pahanya, meremas-remas liang senggamanya dan klitorisnya yang juga besar. Lidahku makin naik ke atas. Ibu Shinta menggelinjang kegelian sambil mendesah halus. Akhirnya jilatanku sampai di pangkal pahanya.<br />
<br />
“Mau apa kau sshh… sshh”, tanyanya lirih sambil memegangi kapalaku erat-erat.<br />
“Ooo… oh.. oh..”, desis Ibu Shinta keenakan ketika lidahku mulai bermain-main di gundukan liang kenikmatannya. Tampak dia keenakan meski masih dibatasi celana dalam.<br />
Serangan pun kutingkatkan. Celananya kulepaskan. Sekarang perangkat rahasia miliknya berada di depan mataku. Kemerahan dengan klitoris yang besar sesuai dengan dugaanku. Di sekelilingnya ditumbuhi rambut yang tidak begitu lebat. Lidahku kemudian bermain di bibir kemaluannya. Pelan-pelan mulai masuk ke dalam dengan gerakan-gerakan melingkar yang membuat Ibu Shinta makin keenakan, sampai harus mengangkat-angkat pinggulnya. “Aahh… Kau pintar sekali. Belajar dari mana hh…”<br />
Tanpa sungkan-sungkan Ibu Shinta mencium bibirku. Lalu tangannya menyentuh celanaku yang menonjol akibat batang kemaluanku yang ereksi maksimal, meremas-remasnya beberapa saat. Betapa lembut ciumannya, meski masih polos. Aku segera menjulurkan lidahku, memainkan di rongga mulutnya. Lidahnya kubelit sampai dia seperti hendak tersendak. Semula Ibu Shinta seperti akan memberontak dan melepaskan diri, tapi tak kubiarkan. Mulutku seperti melekat di mulutnya. “Uh kamu pengalaman sekali ya. Sama siapa? Pacarmu?”, tanyanya diantara kecipak ciuman yang membara dan mulai liar. Aku tak menjawab. Tanganku mulai mempermainkan kedua payudaranya yang tampak menggairahkan itu. Biar tidak merepotkanku, BH-nya kulepas. Kini dia telanjang dada. Tak puas, segera kupelorotkan rok mininya. Nah kini dia telanjang bulat. Betapa bagus tubuhnya. Padat, kencang dan putih mulus.<br />
<br />
“Nggak adil. Kamu juga harus telanjang..” Ibu Shinta pun melucuti kaos, celanaku, dan terakhir celana dalamku. Batang kemaluanku yang tegak penuh segera diremas-remasnya. Tanpa dikomando kami rebah di atas ranjang, berguling-guling, saling menindih. Aku menunduk ke selangkangannya, mencari pangkal kenikmatan miliknya. Tanpa ampun lagi mulut dan lidahku menyerang daerah itu dengan liar. Ibu Shinta mulai mengeluarkan jeritan-jeritan tertahan menahan nikmat. Hampir lima menit kami menikmati permainan itu. Selanjutnya aku merangkak naik. Menyorongkan batang kemaluanku ke mulutnya.<br />
<br />
“Gantian dong..” Tanpa menunggu jawabannya segera kumasukkan batang kemaluanku ke mulutnya yang mungil. Semula agak kesulitan, tetapi lama-lama dia bisa menyesuaikan diri sehingga tak lama batang kemaluanku masuk ke rongga mulutnya. “Justru di situ nikmatnya.., Selama ini sama suami main seksnya gimana?”, tanyaku sambil menciumi payudaranya. Ibu Shinta tak menjawab. Dia malah mencium bibirku dengan penuh gairah. Tanganku pun secara bergantian memainkan kedua payudaranya yang kenyal dan selangkangannya yang mulai basah. Aku tahu, perempuan itu sudah kepengin disetubuhi. Namun aku sengaja membiarkan dia menjadi penasaran sendiri.<br />
<br />
Tetapi lama-lama aku tidak tahan juga, batang kemaluanku pun sudah ingin segera menggenjot liang kenikmatannya. Pelan-pelan aku mengarahkan barangku yang kaku dan keras itu ke arah selangkangannya. Ketika mulai menembus liang kenikmatannya, kurasakan tubuh Ibu Shinta agak gemetar. “Ohh…”, desahnya ketika sedikit demi sedikit batang kemaluanku masuk ke liang kenikmatannya. Setelah seluruh barangku masuk, aku segera bergoyang naik turun di atas tubuhnya. Aku makin terangsang oleh jeritan-jeritan kecil, lenguhan serta kedua payudaranya yang ikut bergoyang-goyang.<br />
<br />
Tiga menit setelah kugenjot, Ibu Shinta menjepitkan kedua kakinya ke pinggangku. Pinggulnya dinaikkan. Tampaknya dia akan orgasme. Genjotan batang kemaluanku kutingkatkan. “Ooo… ahh… hmm… ssshh…”, desahnya dengan tubuh menggelinjang menahan kenikmatan puncak yang diperolehnya. Kubiarkan dia menikmati orgasmenya beberapa saat. Kuciumi pipi, dahi, dan seluruh wajahnya yang berkeringat. “Sekarang Ibu Shinta berbalik. Menungging di atas meja.., sekarang kita main dong di atas meja ok!” Aku mengatur badannya dan Ibu Shinta menurut. Dia kini bertumpu pada siku dan kakinya. “Gaya apa lagi ini?”, tanyanya.<br />
<br />
Setelah siap aku pun mulai menggenjot dan menggoyang tubuhnya dari belakang. Ibu Shinta kembali menjerit dan mendesah merasakan kenikmatan yang tiada taranya, yang mungkin selama ini belum pernah dia dapatkan dari suaminya. Setelah dia orgasme sampai dua kali, kami istirahat.<br />
“Capek?”, tanyaku. “Kamu ini aneh-aneh saja. Sampai mau remuk tulang-tulangku”.<br />
“Tapi kan nikmat Bu..”, jawabku sambil kembali meremas payudaranya yang menggemaskan.<br />
“Ya deh kalau capek. Tapi tolong sekali lagi, aku pengin masuk agar spermaku keluar. Nih sudah nggak tahan lagi batang kemaluanku. Sekarang Ibu Shinta yang di atas”, kataku sambil mengatur posisinya.<br />
<br />
Aku terletang dan dia menduduki pinggangku. Tangannya kubimbing agar memegang batang kemaluanku masuk ke selangkangannya. Setelah masuk tubuhnya kunaik-turunkan seirama genjotanku dari bawah. Ibu Shinta tersentak-sentak mengikuti irama goyanganku yang makin lama kian cepat. Payudaranya yang ikut bergoyang-goyang menambah gairah nafsuku. Apalagi diiringi dengan lenguhan dan jeritannya saat menjelang orgasme. Ketika dia mencapai orgasme aku belum apa-apa. Posisinya segera kuubah ke gaya konvensional. Ibu Shinta kurebahkan dan aku menembaknya dari atas. Mendekati klimaks aku meningkatkan frekuensi dan kecepatan genjotan batang kemaluanku. “Oh Ibu Shinta.., aku mau keluar nih ahh..” Tak lama kemudian spermaku muncrat di dalam liang kenikmatannya. Ibu Shinta kemudian menyusul mencapai klimaks. Kami berpelukan erat. Kurasakan liang kenikmatannya begitu hangat menjepit batang kemaluanku. Lima menit lebih kami dalam posisi rileks seperti itu.<br />
<br />
Kami berpelukan, berciuman, dan saling meremas lagi. Seperti tak puas-puas merasakan kenikmatan beruntun yang baru saja kami rasakan. Setelah itu kami bangun di pagi hari, kami pergi mencari sarapan dan bercakap-cakap kembali. Ibu Shinta harus pergi mengajar hari itu dan sorenya baru bisa kujemput.<br />
Sore telah tiba, Ibu Shinta kujemput dengan mobilku. Kita makan di mall dan kami pun beranjak pulang menuju tempat parkir. Di tempat parkir itulah kami beraksi kembali, aku mulai menciumi lehernya. Ibu Shinta mendongakkan kepala sambil memejamkan mata, dan tanganku pun mulai meremas kedua buah dadanya. Nafas Ibu Shinta makin terengah, dan tanganku pun masuk di antara kedua pahanya. Celana dalamnya sudah basah, dan jariku mengelus belahan yang membayang. “Uuuhh.., mmmhh..”, Ibu Shinta menggelinjang, tapi gairahku sudah sampai ke ubun-ubun dan aku pun membuka dengan paksa baju dan rok mininya.<br />
<br />
Aaahh..! Ibu Shinta dengan posisi yang menantang di jok belakang dengan memakai BH merah dan CD merah. Aku segera mencium puting susunya yang besar dan masih terbungkus dengan BH-nya yang seksi, berganti-ganti kiri dan kanan. Tangan Ibu Shinta mengelus bagian belakang kepalaku dan erangannya yang tersendat membuatku makin tidak sabar. Aku menarik lepas celana dalamnya, dan nampaklah bukit kemaluannya. Akupun segera membenamkan kepalaku ke tengah ke dua pahanya. “Ehhh…, mmmhh..”. Tangan Ibu Shinta meremas jok mobilku dan pinggulnya bergetar ketika bibir kemaluannya kucumbui. Sesekali lidahku berpindah ke perutnya dan menjilatinya dengan perlahan.<br />
<br />
“Ooohh.., aduuuhh..”. Ibu Shinta mengangkat punggungnya ketika lidahku menyelinap di antara belahan kemaluannya yang masih begitu rapat. Lidahku bergerak dari atas ke bawah dan bibir kemaluannya mulai membuka. Sesekali lidahku membelai klitorisnya yang membuat tubuh Ibu Shinta terlonjak dan nafas Ibu Shinta seakan tersendak. Tanganku naik ke dadanya dan meremas kedua bukit dadanya. Putingnya membesar dan mengeras. Ketika aku berhenti menjilat dan mengulum, Ibu Shinta tergeletak terengah-engah, matanya terpejam. Tergesa aku membuka semua pakaianku, dan kemaluanku yang tegak teracung ke langit-langit, kubelai-belaikan di pipi Ibu Shinta. “Mmmhh…, mmmhh.., ooohhm..”. Ketika Ibu Shinta membuka bibirnya, kujejalkan kepala kemaluanku, kini iapun mulai menyedot. Tanganku bergantian meremas dadanya dan membelai kemaluannya. “Oouuuh Ibu Shinta.., enaaaak.., teruuuss…”, erangku.<br />
<br />
Ibu Shinta terus mengisap batang kemaluanku sambil tangannya mengusap liang kenikmatannya yang juga telah banjir karena terangsang menyaksikan batang kemaluanku yang begitu besar dan perkasa baginya. Hampir 20 menit dia menghisap batang kemaluanku dan tak lama terasa sekali sesuatu di dalamnya ingin meloncat ke luar. “Ibu Shinta.., ooohh.., enaaak.., teruuus”, teriakku. Dia mengerti kalau aku mau keluar, maka dia memperkuat hisapannya dan sambil menekan liang kenikmatannya, aku lihat dia mengejang dan matanya terpejam, lalu.., “Creet.., suuurr.., ssuuur..”<br />
“Oughh.., Jack.., nikmat..”, erangnya tertahan karena mulutnya tersumpal oleh batang kemaluanku. Dan karena hisapannya terlalu kuat akhirnya aku juga tidak kuat menahan ledakan dan sambil kutahan kepalanya, kusemburkan maniku ke dalam mulutnya, “Crooot.., croott.., crooot..”, banyak sekali maniku yang tumpah di dalam mulutnya.<br />
<br />
“Aaahkk.., ooough”, ujarku puas. Aku masih belum merasa lemas dan masih mampu lagi, akupun naik ke atas tubuh Ibu Shinta dan bibirku melumat bibirnya. Aroma kemaluanku ada di mulut Ibu Shinta dan aroma kemaluan Ibu Shinta di mulutku, bertukar saat lidah kami saling membelit. Dengan tangan, kugesek-gesekkan kepala kemaluanku ke celah di selangkangan Ibu Shinta, dan sebentar kemudian kurasakan tangan Ibu Shinta menekan pantatku dari belakang. “Ohm, masuk.., augh.., masukin”<br />
Perlahan kemaluanku mulai menyeruak masuk ke liang kemaluannya dan Ibu Shinta semakin mendesah-desah. Segera saja kepala kemaluanku terasa tertahan oleh sesuatu yang kenyal. Dengan satu hentakan, tembuslah halangan itu. Ibu Shinta memekik kecil. Aku menekan lebih dalam lagi dan mulutnya mulai menceracau, “Aduhhh.., ssshh.., iya.., terus.., mmmhh.., aduhhh.., enak.., Jack”<br />
Aku merangkulkan kedua lenganku ke punggung Ibu Shinta, lalu membalikkan kedua tubuh kami sehingga Ibu Shinta sekarang duduk di atas pinggulku. Nampak kemaluanku menancap hingga pangkal di kemaluannya. Tanpa perlu diajari, Ibu Shinta segera menggerakkan pinggulnya, sementara jari-jariku bergantian meremas dan menggosok payudaranya, klitoris dan pinggulnya, dan kamipun berlomba mencapai puncak.<br />
<br />
Lewat beberapa waktu, gerakan pinggul Ibu Shinta makin menggila dan iapun membungkukkan tubuhnya dengan bibir kami saling melumat. Tangannya menjambak rambutku, dan akhirnya pinggulnya berhenti menyentak. Terasa cairan hangat membalur seluruh batang kemaluanku. Setelah tubuh Ibu Shinta melemas, aku mendorongnya hingga telentang, dan sambil menindihnya, aku mengejar puncak orgasmeku sendiri. Ketika aku mencapai klimaks, Ibu Shinta tentu merasakan siraman air maniku di liang kenikmatannya, dan iapun mengeluh lemas dan merasakan orgasmenya yang kedua. Sekian lama kami diam terengah-engah, dan tubuh kami yang basah kuyup dengan keringat masih saling bergerak bergesekan, merasakan sisa-sisa kenikmatan orgasme.</div>Unknownnoreply@blogger.com0